22 research outputs found

    Analisis Distribusi Obat Rawat Inap di Instalasi Farmasi RSUD Tarakan Jakarta Pusat

    Get PDF
    Drug management in hospital which consist of stages are selection, procurement, distribution and use. Result of preliminary observation done in Pharmacy Installation of Tarakan Hospital found some inefficiency problem in distribution steps such as expired and damage control, conformity of record to physical checks on drug management, etc. Therefore, it necessary to evaluation the efficiency rate of inpatient ward drug management distribution. Research using a design description is retrospective and concurrent with the evaluation of documents relating to inpatient drug distribution process. The study used a sample of drugs including medicines criteria Class A. Data collected in the form of qualitative and quantitative data from observations of documents and interviews with relevant officers. Presentation of data in tabular and textual descriptions, evaluations descriptively using SPSS. Measurement of the efficiency of drug distribution is done by using indicators of the efficiency of Depkes, Pudjaningsih (1996) and WHO (1993), then compared with the standard or the results of a study to determine the existence of inefficiency. The results showed, according to several indicators of drug distribution and hospitalization have not beenefficient. Inefficiency drug management indicators at this stage of the distribution occurs on a match between the physical card stock is 93,27%; the damaged and expired drugs in 2008 was 0,23% in 2009 was 0,48%; TOR in 2008 was 6 times and in 2008 was 6,9 times.Pengelolaan obat di rumah sakit terdiri dari tahap selection, procurement, distribution, dan use. Dari hasil observasi pendahuluan yang dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan ditemukan beberapa masalah ketidakefisienan pada tahap distribution diantaranya yaitu sistem inventory obat yang kurang baik misalnya kontrol terhadap obat rusak dan atau kadaluarsa dan ketidakkecocokan antara obat dengan kartu stok. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap pengelolaan distribusi obat rawat inap. Penelitian menggunakan rancangan deskripsi bersifat retrospective dan concurrent, dengan melakukan evaluasi terhadap dokumen yang berhubungan dengan proses distribusi obat rawat inap. Penelitian menggunakan sampel obat yang termasuk kriteria obat kelas A. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan kuantitatif dari pengamatan dokumen serta wawancara dengan petugas terkait. Penyajian data dalam bentuk tabel dan uraian tekstual, analisis secara deskriptif menggunakan program SPSS. Pengukuran tingkat analisis distribusi obat dilakukan dengan menggunakan indikator efisiensi Depkes, Pudjaningsih (1996) dan WHO (1993), kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian untuk mengetahui adanya ketidakefisienan. Hasil penelitian menunjukkan, menurut beberapa indikator distribusi obat rawat inap sebagian belum dan sudah efisien. Ketidakefisienan indikator pengelolaan obat pada tahap distribusi terjadi pada kecocokan antara jumlah fisik dengan kartu stok yaitu 93,27%; obat kadaluwarsa dan/atau rusak tahun 2008 adalah 0,23% tahun 2009 adalah 0,48%, TOR tahun 2008 adalah 6 kali dan tahun 2009 adalah 6,9 kali

    Evaluasi Pengelolaan Obat Dan Strategi Perbaikan Dengan Metode Hanlon

    Get PDF
    Pemilihan, pengadaan, pendistribusian, dan pemakaian obat merupakan bagian dari siklus pengelolaan obat. Menggunakan metrik efisiensi dan metode Hanlon, peneliti berangkat untuk menilai Dr. Efram Harsana, pendekatan IFRSAU, untuk manajemen pengobatan. Data retrospektif dan konkuren dianalisis dengan desain deskriptif. Pengumpulan data baik dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif. Sepanjang Seluruh Proses Pemberian Obat IFRSAU Menggunakan indikator dari Kementerian Kesehatan (2008), Permenkes (2014), dan WHO (1993), Dr. Efram Harsana membandingkan tingkat efisiensi dengan standar dan menggambarkan berdasarkan analisis rencana aksi prioritas menggunakan metode Hanlon. Hasilnya, temuan penelitian memenuhi kriteria inklusi: 100% pemakaian obat FORNAS tersedia, 35,42 persen alokasi dana untuk pengadaan obat, ITOR dengan peningkatan ketersediaan obat 10,42 kali lipat, dan persentase resep obat generik di Pasokan 13 bulan (90,37 persen ). Ketersediaan obat dan kesesuaian formularium rumah sakit (78,78%), frekuensi keterlambatan pembayaran (123 X), dan pemenuhan plan-to-plan merupakan contoh tahapan proses administrasi yang tidak memenuhi kriteria yang dipersyaratkan. Angka kejadian buruk (120,43%), kesesuaian antara obat dan kartu inventaris (93,75%), dan total tipikal obat yang diresepkan per pasien semuanya tinggi (3,41). Total waktu yang dibutuhkan untuk menulis resep untuk seorang pasien (38 menit tidak dicampur, 73 menit dicampur)

    Uji Aktivitas Diuretik Ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata) pada Tikus Jantan Galur Wistar

    Get PDF
    Matoa leaves (Pometia pinnata) empirically were used as antihypertensive. Diuretic medicine correlated with antihypertensive drugs so this study aims to determine the effect of diuretics matoa leaves extract. Matoa leaves ethanol extract was tested on male rats wistar strain. Animal tests used as many as 25 tails were divided into 5 groups, namely: negative control CMC 0.5%, furosemide 3.6 mg/kg, matoa leaves ethanol extract 50 mg/kg, matoa leaves ethanol extract 100 mg/kg BB, matoa leaves ethanol extract 150 mg/kg. Then the hour urine volume is recorded at 1, 2, 3, 4, 5 and 24 hours. Diuretic effect can be seen from the analysis of data obtained diuretic percent of the volume of urine each time of observation. Results of this research was conducted matoa leaves extract diuretic test. Based on data and ANOVA test can be concluded that the ethanol extract of the matoa leaves can efficacious as a diuretic and its effective dose is 100 mg/kg.Daun matoa (Pometia pinnata) secara empiris digunakan sebagai antihipertensi. Obat diuretik berkorelasi dengan obat antihipertensi sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek diuretik ekstrak daun matoa. Ekstrak etanol daun matoa diujikan pada tikus putih jantan galur wistar. Hewan uji yang digunakan sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu : kontrol negatif CMC 0,5%, Furosemid 3,6 mg/kg BB, ekstrak etanol daun matoa 50 mg/kg BB, ekstrak etanol daun matoa 100 mg/kg BB, ekstrak etanol daun matoa 150 mg/kg BB. Kemudian volume urin dicatat pada jam ke 1, 2, 3, 4, 5 dan 24 jam. Efek diuretik dapat dilihat dari hasil analisa data persen diuretik yang diperoleh dari volume urin tiap waktu pengamatan. Hasil dari penelitian ini adalah ekstrak daun matoa yang dilakukan uji diuretik. Berdasarkan data dan uji anava dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak etanol daun matoa dapat berkhasiat sebagai diuretik dan dosis efektif nya adalah 100 mg/kgbb

    ANTIHYPERTENSIVE ACTIVITY OF EXTRACT AND FRACTIONS OF MATOA (POMETIA PINNATA J. R & G FORTS) LEAVES

    Get PDF
    ABSTRACTObjective: The purpose of this study was to determine antihypertensive activity of extract and fractions of matoa (Pometia pinnata) leaves.Methods: Matoa leaves were extracted by reflux, followed by evaporating using rotary evaporator. Hypertension was induced by 50 mg/kg bw. NaCland 1.5 mg/kg bw. prednisone orally, every day as long as 28 days, then continued over the next 28 days in the therapy period. Male Sprague Dawleyrats were divided into 12 groups which were hydrochlorothiazide (0.45 mg/kg bw.), control group hypertensive, control normal, matoa leaves extract(MLE) (with doses of 50 mg/kg bw., 100 mg/kg bw., and 150 mg/kg bw.), ethylacetate fraction (with doses of 4.35 mg/kg bw., 8.71 mg/kg bw., and13.06 mg/kg bw.), and water fraction (with doses of 10 mg/kg bw., 21.88 mg/kg bw., and 32.82 mg/kg bw.). Measurement of systolic and diastolicblood pressure was done every weeks using direct tail-cuff of noninvasive method. Then histomorphology of muscle heart was performed at the endof this research.Results: Ethylacetate fraction of matoa leaves 13.08 mg/kg bw. and MLE 150 mg/kg bw. gave significant result in lowering blood pressure (p<0.05) onthe 28th day of therapy and showed an equal profile with hydrochlorothiazide (0.45 mg/kg bw). Histomorphological result of rat's muscle heart foundcollagen production was increased in NaCl-prednisone induced rats.Conclusions: Extract and fractions of P. pinnata leaves could decrease blood pressure of NaCl-prednisone induced hypertension rats, but this effectwas not liniear with doses and they did not decrease the collagen production in cardiac myocardium compared to normal group.Keywords: Pometia pinnata, Leaves, Hypertension, Tail-cuff noninvasive method, Blood pressure

    Uji Aktivitas Antihipertensi Ekstrak Dan Fraksi-Fraksi Daun Matoa Pada Tikus Jantan yang Diinduksi Angiotensin II dengan Parameter Kadar Renin dan Angiotensin II

    Get PDF
    ABSTRACT Matoa leaves (Pometia pinnata) is a plant thought to have hypertensive activity because it contains kuersetin. Research conducted by (Purwidyaningrum, 2017) extracts and fractions of matoa leaves has antihypertensive activity with an effective dose of 150 mg/kg. Other studies conducted by (Elisa, 2019) effects that can reduce blood pressure are extract doses of 300 mg and 30 mg of ethyl acetate fraction induced by angiotensin II can reduce systolic and diastolic blood pressure. This study aims to determine extracts and fractions of matoa leaves in decreasing renin levels and angiotensin II levels.  The extraction method was maseration with 96% ethanol solvent and fractionated by liquids method using n-hexane solvent, ethyl acetate water.  In this study used 21 male wistar strain rats divided into 7 groups, namely group I (normal), group II as negative control (CMC 1%), group III as positive control (Irbesartan), group IV (matoa leaves extract 60 mg/200g), Group V (fraction n-hexane 2,34 mg/200g), Group VI (ethyl acetate fraction 9,54 mg/200g), Group VII (water fraction 7,98 mg/200g). The results showed ethanol extract and matoa leaves fractions were not significantly difference in meaning with the positive control group different in reducing blood pressure, renin levels and angiotensin II induced by angiotensin II and were significantly from the normal and negative group. The water fraction (7,98 mg/200g) showed a decrease in systolic blood pressure of 9.0% and diastolic 7.1%, the ethyl acetate fraction showed a decrease in renin level 0f 23.6 %. EDM showed a decrease in 17.2% angiotensin II levels.   Keyword : Pometia pinnata; renin levels; angiotensin II levels; induced angiotensin IIDaun matoa (Pometia pinnata) merupakan salah satu tanaman yang diduga memiliki aktivitas hipertensi karena mengandung kuersetin. Penelitian yang dilakukan oleh (Purwidyaningrum, 2017) ekstrak dan fraksi-fraksi daun matoa memiliki aktivitas sebagai antihipertensi dengan dosis efektif 150 mg/kg. Penelitian lain yang dilakukan oleh (Elisa, 2019) efek yang dapat menurunkan tekanan darah adalah ekstrak dosis 300 mg dan fraksi etil asetat 30 mg yang diinduksi angiotensin II mampu menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pemberian ekstrak dan fraksi-fraksi daun matoa dalam penurunan kadar renin dan kadar angiotensin II. Serbuk daun matoa diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan difraksinasi menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, air. Dalam penelitian ini menggunakan 21 ekor tikus putih jantan galur wistar dibagi dalam 7 kelompok, kelompok I (normal), kelompok II kontrol negatif (CMC 1%), kelompok III kontrol positif (Irbesartan), kelompok IV (ekstrak daun matoa 60 mg/200g), Kelompok V (fraksi n-heksana 2,34 mg/200g), kelompok VI (fraksi etil asetat 9,54 mg/200g), kelompok VII (fraksi air 7,98 mg/200g).   Hasil penelitian menunjukkan ekstrak dan fraksi-fraksi daun matoa tidak berbeda signifikan terhadap kelompok positif dalam menurunkan tekanan darah, kadar renin dan angiotensin II dan berbeda signifikan terhadap kelompok normal dan negatif. Fraksi air (7,98 mg/200g) menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik 9,0% dan diastolik 7,1%, Fraksi etil asetat menunjukkan penurunan kadar renin 23,6%. EDM menunjukkan penurunan kadar angiotensin II 17,2%.   Kata kunci : Pometia pinnata; kadar renin; kadar angiotensin II; induksi angiotensin I

    Uji Aktivitas Hipoglikemik Kombinasi Ekstrak Daun Ceplikan (Ruellia tuberosa L.) dan Glibenklamid pada Tikus Putih Jantan dengan Induksi Aloksan

    Get PDF
    Diabetes mellitus is a disease or metabolic disorder characterized with high blood glucose level accompanied with carbohydrate, lipid and protein metabolism disorder as a result of insufficient insulin function. In this study, ceplikan (Ruellia tuberossa L.) leaves contained flavonoid, saponin, and tannin with hypoglycemic activity. This research aimed to find out the hypoglycemic effect of ceplikan leaf extract and glibencamide combination, the effective dose of combination, and to find out the comparison of hypoglicemic effect between single extract and combination use. The extract of ceplikan leaves was obtained using maceration method with ethanol 70% solvent. The diabetic condition of animal was obtained using monohidrate alloxane induction 100 mg/kg BW. The treatment groups were divided into 6: negative control group with CMC, positive control with glibenclamide (0.45mg/kg BW), single dose of ceplikan leaves extract (937.5 mg/kg BW), combination of ceplikan leaves extract and glibenclamide (25%:75%; 50%:50%; 75%:25%). The blood glucose level was measured using glucometer on the day-7, and day-14. The result of research showed that the combination of ceplikan leaves extract and glibenclamide had hypoglycemic activity with the effective doses of 50%:50% and 25%:75%). The combination of ceplikan leaves extract and glibenclamide had hypoglycemic effect lower than the single extract did.Diabetes melitus merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufiensi fungsi insulin. Pada penelitian ini daun ceplikan (Ruellia tuberosa L.) mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tanin yang memiliki aktivitas hipoglikemik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hipoglikemik kombinasi ekstrak daun ceplikan dengan glibenklamid, dosis efektif pada kombinasi tersebut, dan untuk mengetahui perbandingan efek hipoglikemik pada penggunaan ekstrak tunggal dengan kombinasi. Ekstrak daun ceplikan diperoleh dengan cara maserasi dengan pelarut etanol 70%. Kondisi diabetes hewan diperoleh dengan induksi aloksan monohidrat 100 mg/kg BB. Kelompok perlakuan dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol negatif CMC, kontrol positif glibenklamid (0,45 mg/kg BB), dosis tunggal ekstrak daun ceplikan (937,5 mg/kg BB), kombinasi ekstrak daun ceplikan dan glibenklamid (25%:75%; 50%:50%; 75%:25%). Penetapan kadar glukosa darah diukur dengan alat glukometer pada hari ke-7 dan ke-14. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi ekstrak daun ceplikan dan glibenklamid memiliki aktivitas hipoglikemik dengan dosis efektif pada kombinasi 50%:50% ; 25%:75%. Penggunaan kombinasi ekstrak daun ceplikan dan glibenklamid mempunyai efek hipoglikemik yang lebih rendah dibanding ekstrak tunggal

    Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fsb.) pada Mencit Balb/C yang Diinduksi Vaksin Hepatitis B

    Get PDF
    Breadfruit leaves (Artocarpus altilis (Park.) Fsb.) is a medicinal plant that is thought to have potential as a hepatoprotective. In the community itself has been widely used and is reported to have many uses since it contains efficacious compounds in plants such as saponins, polyphenols, tannins, hydrocyanic acid, acetylcholine, riboflavin and flavonoids. This study aimed to determine the  hepatoprotective effect of breadfruit leaves extract in mice induced by hepatitis B vaccine with the percentage of liver cell necrosis as parameter. Breadfruit leaves extract was made by percolation method with ethanol 70% as the solvent. The animal test was induced by hepatitis B vaccine, then they was grouped into 5 groups of negative control group were given CMC 1%, the positive control group were given Echinacea (Imboost®) and the treatment group of test animals were given breadfruit leaf extract at a dose 750 mg/kgBW, 1200 mg/kgBW, 1650 mg/kgBW. Hepatoprotective effect was observed by liver necrosis parameter on histopathologic liver mice preparations at day 35 after treatment. The results showed that the breadfruit leaf extract can provide hepatoprotective effect by reduction the liver necrosis. The percentage of reduction necrosis of the liver in the treatment of 70% ethanol extract of breadfruit leaves dose of 1200 mg/kgBW provides the most effective hepatoprotective effect on male mice induced hepatitis B vaccine.Daun sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fsb.) merupakan salah satu tanaman obat yang diduga memiliki  potensi sebagai hepatoprotektor. Tanaman ini di masyarakat sudah banyak digunakan dan dilapork

    Hubungan Kepatuhan Penggunaan Obat terhadap Tekanan darah dan Kualitas Hidup Peserta Prolanis Hipertensi di Kabupaten Demak

    Get PDF
    Optimal quality of life for people with hypertension is very important so as not to reduce patient productivity. Adherence drug use is one of the factors thought to be associated with blood pressure and quality of life. This study aims to determine the relationship between adherence to medication use on blood pressure and quality of life of patients with hypertension in Prolanis . participants at the First Level Health Facility of the Klinik Pratama. This study used a cross sectional design involving hypertensive patients participating in Prolanis who met the inclusion and exclusion criteria at seven Primary Clinics in Demak Regency. Data on medication adherence were obtained using the MARS-5 questionnaire, quality of life data using the EQ-5D-5L questionnaire, and blood pressure data using a digital sphygmomanometer. The relationship between the level of compliance with blood pressure and the relationship between the level of compliance with quality of life was tested using Spearman rho analysis. The results of the study with a total of 87 respondents showed that most of them had moderate levels of adherence (52%), systolic blood pressure (64%) and diastolic blood pressure (57%) were not controlled and the average utility score was 0.845. There is a relationship between drug use adherence to systolic and diastolic blood pressure (P = 0.009), (P = 0.032) with a weak correlation level (r = 0.27), (r = 0.23) and there is a relationship between drug use adherence on quality of life (P = 0.000) with a moderate level of correlation (r = 0.42).  Kualitas hidup yang optimal bagi penderita hipertensi menjadi sangat penting agar tidak mengurangi produktifitas penderita. Kepatuhan penggunaan obat merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan tekanan darah dan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan penggunaan obat terhadap tekanan darah dan kualitas hidup penderita hipertensi peserta Prolanis di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Klinik Pratama. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan melibatkan pasien hipertensi peserta Prolanis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di tujuh Klinik Pratama di Kabupaten Demak. Data kepatuhan penggunaan obat diperoleh menggunakan kuesioner MARS-5, data kualitas hidup menggunakan kuesioner EQ-5D-5L, data tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital. Hubungan antara tingkat kepatuhan dengan tekanan darah dan hubungan tingkat kepatuhan dengan kualitas hidup di uji menggunakan analisis Spearman rho. Hasil penelitian dengan total 87 responden menunjukkan sebagian besar memiliki tingkat kepatuhan yang sedang (52%), tekanan darah sistolik (64%) dan diastolik (57%) tidak terkendali serta rata-rata skor utilitas sebesar 0,845. Terdapat hubungan antara kepatuhan penggunaan obat terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik (P = 0,009), (P = 0,032) dengan tingkat korelasi lemah (r = −0,27), (r = −0,23) serta terdapat hubungan kepatuhan penggunaan obat terhadap kualitas hidup (P = 0,000) dengan tingkat korelasi sedang (r = 0,42)

    Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kategori A dengan Metode ABC-VEN dan EOQ di IFRS RSIS Mojokerto

    Get PDF
    The high residualvalue of drug inventory at IFRS RSIS Mojokerto indicates that drug management has not been managed optimally. The priority scale of  supervision and control at planning stage needs  to be carried out using the ABC-VEN method analyzing and calculating the EOQ value in order to achieve the most economical ordering value to avoid overstock. The purpose of this study was to determine drug classificationusing the ABC-VEN method, planning control using with EQQ and  measuringthe efficiency  value at  IFRS RSIS Mojokerto. The  design of this research is descriptive quantitative. Retrieval of retrospective data from the January-October 2020  financial statement  at IFRS RSIS Mojokerto. The data were analyzed  by ABC-VEN to get categoryA drugs. Drug inventory control was calculated by calculating the value of EOQ,ROP, efficiency value by calculating ITOR. The results of drug classification using the ABC-VEN method obtained categoryA drugs absorbing 68.05% of the total investment value. Control of planning category A drug needs resulted in the value of the remaining inventory dropping from 48.4% to 36% of the total inventory value, ITOR increased from 2.0 to 4.1 times per month. The conclusion of the ABC-VEN, EOQ and ROP analysis can be used to determine the priority scale of procurement and control to avoid over-stocking of drug supplies in the hospital.Nilai sisa persediaan obat yang tinggi di IFRS RSIS Mojokerto   mengindikasikan manajemen pengelolaan obat belum dikelola secara optimal. Skala prioritas pengawasan dan pengendalian pada tahap perencanaan kebutuhan perlu dilakukan dengan menggunakan analisis metode ABC-VEN dan   menghitung nilai EOQ agar dicapai nilai pemesanan paling ekonomis untuk menghindari overstock. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui klasifikasi obat dengan metode ABC-VEN, pengendalian perencanaan dengan EQQ dan mengukur nilai efisiensinya di IFRS RSIS Mojokerto.  Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengambilan data retrospektif dari laporan keuangan bulan Januari-Oktober 2020 di IFRS RSIS Mojokerto.  Data dilakukan analisis ABC-VEN untuk mendapatkan obat kategori A. Pengendalian persediaan obat dengan perhitungan nilai EOQ, ROP, nilai efisiensi dengan perhitungan ITOR.   Hasil klasifikasi dengan metode ABC-VEN diperoleh skala prioritas yaitu obat kategori A yang yang menyerap anggaran 68.5% dari total nilai investasi. Pengendalian perencanaan  obat kategori A mengakibatkan nilai sisa persediaan turun dari angka 48,4% menjadi 36 % dari total nilai persediaan,  ITOR  mengalami kenaikan  dari   2,0  menjadi 4,1 kali per bulan. Kesimpulan analisis ABC-VEN, EOQ dan ROP dapat digunakan untuk menentukan skala prioritas pengadaan dan pengendalian untuk menghindari over stock persediaan obat di rumah sakit

    Dagusibu, P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan) di Rumah dan Penggunaan Antibiotik yang Rasional di Kelurahan Nusukan

    Full text link
    The purpose of the service activity is to provide information and education to the public about dagusibu, P3K at home and rational use of antibiotics. Health counseling is needed by the community because it is known that the community. The GKSO Movement (Conscious Family Movement) is a program launched by the Indonesian Pharmacists Association (IAI) which is an effort to improve public understanding of medicines through dissemination of medicines, Dagusibu (Get, Use, Save and Dispose) medical equipment, medicine first aid treatment, and knowledge of antibiotics. The service partner, a resident of RT 08 RW 14, lacks awareness in maintaining cleanliness and still does not know the symptoms caused by an illness. The results of dedication show that citizens gain new knowledge and understand the material provided as a purpose of servic
    corecore