8 research outputs found

    DISKURSUS FEMINISME DALAM HUKUM KELUARGA ISLAM PADA SITUSWEB ISLAM INDONESIA: RESPONS KELOMPOK ISLAM KONSERVATIF DAN ISLAM MODERAT

    Get PDF
    This article discusses intensively the discourse between those who support and against feminism within Indonesian Muslims. The two groups are represented by almanhaj.or.id and islami.co. The author compares three fundamental aspect of feminis legal theory: the position of men and women in Islamic family law; assumptions and relationship towards men and women; and accommodation of womaen’s experiences in law. From the three fundamental aspects, the author conclude that almanhaj.or.id is a Muslims’ website which understand women as object of law which are different with men and promote conservatism and anti-feminism, while islami.co represents Muslims’ website which understand women as subject of law which are equal with men and promote moderatism and feminism in understanding of Islamic Family Law. Artikel ini mendiskusikan secara intensif diskursus antara kelompok yang mendukung dan menetang feminisme di kalangan Muslim Indonesia. Dua kelompok tersebut direpresentasikan melalui situs almanhaj.or.id dan islami.co. Penulis membandingkan tiga aspek fundamental dalam Teori Hukum Feminis, yaitu: kedudukan laki-laki dan perempuan dalam hukum keluarga Islam; asumsi dan relasi antara laki-laki dan perempuan; dan akomodasi hukum terhadap pengalaman permpuan. Dari ketiga aspek itu, penulis menyimpulkan bahwa almanhaj.or.id merupakan sebuah website Muslim yang memahami perempuan sebagai objek hukum yang berbeda dengan laki-laki dan mempromosikan konservativisme dan anti-feminisme, sementara itu islami.co merepresentasikan website Muslim yang memahami perempuan sebagai subjek hukum yang setara dengan laki-laki dan mempromosikan moderatisme dan feminisme dalam memahami hukum keluarga Islam

    MENIMBANG METODE TEMATIK-HOLISTIK DALAM PEMBARUAN HUKUM KELUARGA MUSLIM (Telaah Pemikiran Khoiruddin Nasution)

    Get PDF
    Muslim family law has evolved both in methods and legal materials. Muslim family law , which was originally contained in the books of fiqh, developed into the form of legislation. The development is accompanied by wearing various methods of Islamic family law reform. However, for some people, there has been an update that is not enough. Khoiruddin Nasution, a professor at UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, said that the Islamic family law needs to be used thematic - holistic methods. This article seeks to discuss the bid Khoiruddin and see its application in cases of Islamic family law. [Hukum keluarga Muslim telah mengalami perkembangan baik secara metode maupun materi hukumnya. Hukum keluarga Muslim, yang pada awalnya terdapat dalam kitab-kitab fikih, dikembangkan ke dalam bentuk perundang-undangan. Perkembangan tersebut diiringi dengan dipakainya berbagai metode pembaruan hukum keluarga Islam. Namun, bagi sebagian kalangan, pembaruan yang telah ada belumlah cukup. Khoiruddin Nasution, seorang guru besar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menyebutkan bahwa dalam hukum keluarga Islam perlu dipakai metode tematik-holistik. Artikel ini berusaha membahas tawaran Khoiruddin tersebut serta melihat aplikasinya dalam kasus-kasus hukum keluarga Islam.

    KEADILAN “SETENGAH HATI”: Menakar Kedudukan Suami-Isteri dan Poligami dalam Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

    Get PDF
    The Indonesian marital act grew long time and it find its maturity on the shape of marital act (1974) and Islamic law compilation (1991). On their old ages, Indonesian family law have been examined. Its results, some of them want to defens and others want to reform this marital act. For the last, marital act the applicable marital act is considered contrary to the universal principles, such as justice, equality, and brotherhood. This article attemp to discuss the justice on the marital act, specifically, about the role of husband and wife position. After describing the Indonesian Marital Act, the concept of justice in Islam, this article discuss the problem of justice on the role of husband and wife position on Marital Act and Islamic Law Compilation, what it has fulfilled the values ofjustice or not.[Hukum perkawinan di Indonesia sudah berkembang lama dan menemukan bentuk kematangannya dalam bentuk Undang-Undang Perkawinan (1974) dan Kompilasi Hukum Islam (1991). Di usianya yang sudah sangat tua, hukum perkawinan di Indonesi telah banyak dikaji. Hasilnya, ada yang menginginkan materi hukum perkawinan itu dipertahankan, ada pula yang menghendaki untukdiperbaharui. Bagi kalangan terakhir ini, hukum perkawinan yang berlaku dianggap bertentangan dengan berbagai prinsip universal, seperti keadilan, kesetaraan, dan persaudaraan. Artikel ini berupaya membahas keadilan dalam hukum perkawinan itu, khususnya tentang aturan kedudukan suami-isteri dan poligami. Setelah mendeskripsikan hukum perkawinan di Indonesia, konsep keadilan dalam Islam, tulisan ini membahas problem keadilan dalam aturan kedudukan suami-isteri dan poligami dalam UU Perkawinan dan KHI, apakah ia sudah memenuhi nilai-nilai keadialan atau tidak.

    TRADISI LITERASI DI PERGURUAN TINGGI ISLAM: PANDANGAN DAN MOTIVASI PARA PENULIS JURNAL AL-AHWAL UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

    Get PDF
    This article discusses the level of literacy traditions in Indonesia, especially with regard to the publication of comparatively low scientific journal articles. Psychologically, one that affects the level of scientific journal publications relates to the motivation of the authors. This article describes the views and motivations of authors of the Al-Ahwal Journal: Journal of Islamic Family Law, one of the nationally accredited journals (Rank two), published by Islamic Family Law Study Program, Syari'ah Faculty and Law, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sources of research data were 30 respondents as article writers and 2 speakers. The data is analyzed through a psychological perspective, using motivational theories developed by Abraham Maslow and Alderfer. The study revealed that the motivation to write articles in journals is not based on the fulfillment of physiological needs and the need for security as in Maslow's hierarchy of needs, nor is it driven by the existence needs in Alderfer's theory. The writing tradition in Al-Ahwal's journal was motivated more by social needs and self-actualization in Maslow's theory, or based on factors to meet the needs of social relations and self-development as found in Alderfer's theory. [Artikel ini membahas tingkat tradisi literasi di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan publikasi artikel jurnal ilmiah yang relatif rendah. Secara psikologis, yang mempengaruhi tingkat publikasi jurnal ilmiah berkaitan dengan motivasi penulis. Artikel ini menjelaskan pandangan dan motivasi penulis Jurnal Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam, salah satu jurnal terakreditasi nasional (Peringkat dua), yang diterbitkan oleh Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari'ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sumber data penelitian adalah 30 responden sebagai penulis artikel dan 2 pembicara. Data dianalisis melalui perspektif psikologis, menggunakan teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham Maslow dan Alderfer. Studi ini mengungkapkan bahwa motivasi untuk menulis artikel di jurnal tidak didasarkan pada pemenuhan kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan keamanan seperti dalam hierarki kebutuhan Maslow, juga tidak didorong oleh kebutuhan yang ada dalam teori Alderfer. Tradisi penulisan dalam jurnal Al-Ahwal lebih termotivasi oleh kebutuhan sosial dan aktualisasi diri dalam teori Maslow, atau berdasarkan faktor untuk memenuhi kebutuhan hubungan sosial dan pengembangan diri seperti yang ditemukan dalam teori Alderfer.

    KEADILAN “SETENGAH HATI”: Menakar Kedudukan Suami-Isteri dan Poligami dalam Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

    No full text
    The Indonesian marital act grew long time and it find its maturity on the shape of marital act (1974) and Islamic law compilation (1991). On their old ages, Indonesian family law have been examined. Its results, some of them want to defens and others want to reform this marital act. For the last, marital act the applicable marital act is considered contrary to the universal principles, such as justice, equality, and brotherhood. This article attemp to discuss the justice on the marital act, specifically, about the role of husband and wife position. After describing the Indonesian Marital Act, the concept of justice in Islam, this article discuss the problem of justice on the role of husband and wife position on Marital Act and Islamic Law Compilation, what it has fulfilled the values of justice or not. [Hukum perkawinan di Indonesia sudah berkembang lama dan menemukan bentuk kematangannya dalam bentuk Undang-Undang Perkawinan (1974) dan Kompilasi Hukum Islam (1991). Di usianya yang sudah sangat tua, hukum perkawinan di Indonesi telah banyak dikaji. Hasilnya, ada yang menginginkan materi hukum perkawinan itu dipertahankan, ada pula yang menghendaki untuk diperbaharui. Bagi kalangan terakhir ini, hukum perkawinan yang berlaku dianggap bertentangan dengan berbagai prinsip universal, seperti keadilan, kesetaraan, dan persaudaraan. Artikel ini berupaya membahas keadilan dalam hukum perkawinan itu, khususnya tentang aturan kedudukan suami-isteri dan poligami. Setelah mendeskripsikan hukum perkawinan di Indonesia, konsep keadilan dalam Islam, tulisan ini membahas problem keadilan dalam aturan kedudukan suami-isteri dan poligami dalam UU Perkawinan dan KHI, apakah ia sudah memenuhi nilai-nilai keadialan atau tidak.

    ISTERI SEBAGAI PENCARI NAFKAH UTAMA: Studi terhadap Perajin Kapuk di Desa Imogiri, Bantul, Yogyakarta

    Get PDF
    Islam has expressly regulate the division of tasks and roles between husbands and wives fairly. Although the husband is obliged to provide sustenance for his wife and children, but the family law of Islam does not forbid a wife from helping her husband in making a living with her husband's consent and does not interfere with her obligations as a housewife. There is a wife in a family of craftsmen in the village of Tegal Kembang, Imogiri, Yogyakarta, which acts as the main breadwinners for their families. This article examines the wives who work as the wage earners by using the concept of maqa> s} id ash-shari'ah < 'ah. The impact that emerges of the role of the kapok craftsmen woman is more on the impacts that are in positive traits and it is associated with the hajjiy and daruriy needs. The wife who has an income has the economic independence power that can even sustain the needs of the family. Social interactions that occur in kapok craftsmen community, make a strong emotional connection between kapok craftsmen. While the social interaction with the "outside world" (consumers) clearly provides insight of the Kapok Craftsmen. As for the negative impact of the mother's role of Kapok craftsman towards parenting does not seem significant. [Islam secara tegas telah mengatur tentang pembagian tugas dan peran antara suami dan istri secara adil. Walaupun suami berkewajiban memberi nafkah kepada isteri dan anak-anaknya, tetapi hukum keluarga islam tidak melarang istri membantu suaminya dalam mencari nafkah dengan persetujuan suaminya dan tidak mengganggu kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga. Ada istri pada keluarga perajin kapuk di dusun Tegal Kembang, Imogiri, Bantul,  Yogyakarta, yang berperan sebagai pencari nafkah utama bagi keluarganya. Tulisan ini mengkaji para isteri yang bekerja sebagai pencari nafkah dengan menggunakan konsep maqa>s}id asy-syari<‘ah. Dampak yang ditimbulkan dari peran yang dijalankan para ibu perajin kapuk adalah lebih pada dampak yang sifatnya positif dan hal ini terkait dengan kebutuhan yang sifatnya daruriy dan hajjiy. Para isteri yang mempunya penghasilan tersebut memiliki kemandirian dalam ekonomi bahkan dapat menopang kebutuhan keluarga. Interaksi sosial yang terjadi dalam komuitas perajin kapuk, menjadikan kuatnya hubungan emosional di antara perajin kapuk. Sementara  interaksi sosial dengan “dunia luar” (konsumen) jelas memberikan wawasan perajin kapuk semakin bertambah. Adapun dampak negatif peran ibu sebagai perajin kapuk terhadap pengasuhan anak tidak nampak secara signifikan.

    Bintang dari argasoka : biografi Ahmad Watik Pratiknya/ Prihantoro

    No full text
    xxviii, 347 hal.: ilus.; 23 c

    Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) Dalam Penguatan Ketahanan Keluarga di Kecamatan Tepus

    Get PDF
    This research is related to the role of KUA in the realization of family resilience (tahaga) in the life of the Muslim community in Tepus sub-district in Gunung Kidul Regency. The benefits can be felt in the mapping of external factors in family resilience that can affect life, including social conditions and community participation. Judging from its nature, this qualitative socio-juridical research includes descriptive research which intends to provide as accurate a data as possible about natural conditions in activities that show the role of KUA Tepus District in strengthening family resilience. The data were then obtained by participatory observation, in-depth interviews with informants from the KUA and office documentation on all matters relating to the object of research. The task of KUA Tepus District has supported its role in strengthening family resilience in the community related to religious, psychological and sociological resilience as well as the community's economy
    corecore