9 research outputs found

    KAJIAN RESPON DEBIT MATAAIR NGELENG TERHADAP CURAH HUJAN UNTUK KARAKTERISASI AKUIFER KARST

    Get PDF
    Sistem akuifer karst memiliki sifat heterogen-anisotropis. Keunikan akuifer karst memeberikan perbedaan dalam proses evaluasi dan pemahaman mengenai sifat akuifer karst. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui pola korelasi antara recharge yang berupa curah hujan dengan discharge yang berupa debit pada Mataair Ngeleng secara temporal; (2) Menganalisis komponen aliran mataair yang berkaitan dengan respon debit terhadap curah hujan guna mengetahui karakteristik akuifer karst Mataair Ngeleng. Proses evaluasi dengan analisis resesi hidrograf dan korelasi discharge – recharge menjadi pendekatan untuk mengetahui karakter dari sistem akuifer daerah kajian. Penelitian ini menggunakan data time series. Korelasi discharge – recharge menunjukan respon cepat dengan waktu jeda kenaikan debit 2 jam setelah hujan. Kondisi tersebut mengindikasikan sudah berkembang sistem aliran cepat (aliran celah dan saluran) pada akuifer mataair. Hasil yang sama juga ditunjukan dari analisis resesi hidrograf yang menunjukan terdapat 3 komponen aliran yang menyuplai mataair, yaitu komponen aliran diffuse (rembesan), fissure (celah) dan conduit (saluran)

    Analisis Karakteristik Hidrologi Aliran Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst untuk Mendukung Pengembangan Geowisata

    No full text
    Perkembangan lorong-lorong pelarutan di kawasan karst menyebabkan kondisi anisotropis pada airtanah di kawasan ini. Kondisi seperti ini menyebabkan penentuan batas hidrologi dari sungai bawah tanah sulit untuk dilakukan. Disisi lain kondisi kawasan karst memiliki daya tarik tersendiri untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata. Makalah ini membahas tentang metode-metode yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik hidrologi aliran sungai bawah tanah (analisis Hidrograf, Tracer dan Hidrogeokimia) dan membuat model pengelolaan geowisata gua di kawasan karst berdasarkan pada karakteristik hidrologis sungai bawah tanah. Identifikasi karakteristik hidrologi sangat penting untuk mendukung pengembangan geowisata (wisata gua). Hal ini terkait dengan pengurangan risiko bencana yang mungkin muncul. Seperti kecelakaan gua yang terjadi pada Bulan Maret 2013 di Gua Serpeng Kabupaten Gunungkidul akibat terjadi banjir secara tiba-tiba di dalam gua

    Rainfall–discharge relationship and karst flow components analysis for karst aquifer characterization in Petoyan Spring, Java, Indonesia

    No full text
    This research was conducted at the Petoyan Spring, one of the important karst springs in the western part of Gunungsewu Karst, Java, Indonesia. The main purpose of this study was to (1) define the relationship between the rainfall pattern and the discharge of Petoyan Springs and (2) analyze the spring flow component, relating to the discharge of the rainfall response to the karst aquifer characterization. Spring discharge fluctuation and precipitation data over a 9-month period were analyzed by bivariant, cross-correlation, and factual comparison to determine the correlation between rainfall and spring discharge. The calculation of hydrograph recession constants for diffuse, fissures, and conduit flows was conducted to understand the karst aquifer properties to recharge the spring discharge. Then, the diffuse flow recession constant value was used to separate the conduit and diffuse flows of the Petoyan Spring. The results showed that the voids system in the Petoyan Spring performed a rapid discharge response to rainfall, because the conduit system is already developed. The rapid response also shown by the highest correlation between rainfall and discharge amounted to 0.281 h in time lag. The recession constant value for Petoyan Spring of each component is 0.997 (diffuse flow), 0.721 (fissure flow), and 0.449 (conduit flow). However, the percentage of monthly diffuse flow is between 79.79 and 80.26 %, which still shows the dominance of diffuse flow in the karst aquifers

    KAJIAN RESPON DEBIT MATAAIR NGELENG TERHADAP CURAH HUJAN UNTUK KARAKTERISASI AKUIFER KARST

    No full text
    Karst aquifer system has heterogeneous – anisotropic characteristic. The uniqueness of karst aquifer gives different evaluation process and understanding of karst aquifer characteristic. The aims of this research are: (1) to understand the correlation pattern between recharge from the rainfall and spring discharge temporally; (2) to analyze spring flow components that are related with response of discharge from rainfall to determine the characteristic of Ngeleng Spring karst aquifer. Evaluation processes was carried out using hydrograph recession analysis and discharge – recharge correlation approach is used to understand the character of aquifer system in study. This research used time series data. Discharge – recharge correlation show quick response which rising discharge about 2-hours time lag after rainfall. The quick response shows that there are rapid flow components (conduit and fissure). The recession analysis also shows there are 3 flow components supply the spring flow, that are diffuse, fissure and conduit

    SERIAL POWERPOINT CROSS CORRELATION ANTARA INPUT (CURAH HUJAN) DAN OUTPUT (DEBIT ALIRAN) SISTEM AKUIFER KARST

    No full text
    Mengetahui korelasi tertinggi antara akuifer karst sehingga diketahui jeda dari awal recharge hingga discharge

    Analisis Tingkat Perkembangan Akuifer Karst di Kawasan Karst Gunung Sewu, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Karst Rengel, Tuban, Jawa Timur Berdasarkan Analisis Hidrograf

    No full text
    Tingkat perkembangan karstifikasi (derajat karstifikasi) suatu akuifer karst mempengaruhi karakteristik imbuhan airtanah, besar sedikitnya kapasitas simpanan dan sistem pelepasan air oleh akuifer. Akuifer karst yang memiliki derajat karstifikasi tinggi akan memiliki kapasitas simpanan air yang rendah dan sistem pelepasan air yang cepat, sebaliknya pada akuifer karst yang memiliki derajat karstifikasi rendah akan didominasi oleh tipe aliran diffuse, kapasitas simpanan akuifer tinggi dan sistem pelepasan simpanan airnya yang perlahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi secara spasial dan temporal derajat karstifikasi pada suatu akuifer karst berdasarkan karakteristik hidrograf alirannya. Penelitian ini dilakukan pada dua mataair (Beton dan Petoyan) dan enam sungai bawah tanah (Bribin, Gilap, Ngreneng, Seropan, Toto, dan Ngerong) pada dua kawasan karst yang berbeda yaitu Karst Gunung Sewu, Gunung Kidul, Yogyakarta dan Karst Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Data utama yang digunakan adalah data perekaman tinggi mukaair secara time series yang kemudian dikonversikan menjadai data debit aliran setelah dibuat stage discharge rating curve-nya pada ke delapan lokasi pengukuran. Metode straight line methods kemudian dilakukan untuk memisahkan komponen aliran dasar, dan analisis hidrograf berdasarkan rumus Rashed (2012) dilakukan untuk mengukur seluruh komponen hidrograf untuk menentukan derajat karstifikasi akuifer karstnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara temporal terdapat perbedaan derajat karstifikasi pada awal musim penghujan berupa darcian aquifer (Dk=1.95-9.27), meningkat menjadi partially dan karstified aquifer (Dk=10.92-35.99) pada pertengahan musim, dan di akhir musim penghujan derajat karstifikasi menurun kembali menjadi darcian aquifer. Secara spasial, terdapat perbedaan derajat karstifikasi antara di bagian hulu sistem SBT Bribin (Gua Gilap dan Mataair Beton) yaitu pada tahap partially dan karstified akuifer dan di bagian hilir (Gua Bribin, Seropan, dan Toto) pada tahap darcian aquifer. Secara umum, perhitungan pada awal dan akhir musim hujan menunjukkan bahwa Karst Gunung Sewu dan Karst Rengel termasuk pada derajat karstifikasi Darcian aquifer, yaitu Karst Rengel berada pada darcian aquifer tahap 1 (muda), sedangkan Karst Gunung Sewu berada pada darcian aquifer tahap 2 (tua). Sementara itu, perhitungan saat banjir pada puncak musim hujan menunjukan bahwa karstifikasi di Karst Gunung Sewu telah lebih berkembang dibanding dengan Karst Rengel

    PEMETAAN HIDROGEOLOGI WILAYAH BARAT DAYA KABUPATEN SERANG, BANTEN, INDONESIA

    No full text
    Perkembangan wilayah Kota Serang sebagai pusat pemerintahan Provinsi Banten menyebabkan semakin banyaknya kebutuhan air bersih di lokasi tersebut dan wilayah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan hidrogeologi wilayah di bagian barat daya Kabupaten Serang. Keempat wiayah ini selain menjadi sumber air bersih bagi Kota Serang juga menjadi wilayah penyangga yang direncanakan sebagai wilayah pengembangan perikanan air tawar dan pertanian lahan basah. Lokasi penelitian meliputi empat kecamatan yaitu Kecamatan Baros, Kecamatan Padarincang, Kecamatan Pabuaran dan Kecamatan Ciomas. Pemetaan hidrogeologi di lokasi kajian diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam perencanaan penggunaan sumberdaya air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisis data bor, hasil pengukuran geofisika, hasil penelitian sebelumnya, peta hidrogeologi skala 1:250.000, analisis geologi skala 1:100.000, pemetaan geomorfologi dan survei lapangan. Hasil penelitian menghasilkan enam kelas satuan hidrogeologi yang meliputi wilayah dengan produktivitas airtanah langka sampai dengan wilayah dengan produktivitas airtanah tinggi

    Analisis MRC untuk Karakterisasi Akuifer Karst di Mataair Mudal, Kabupaten Kuloprogo

    No full text
    Akuifer karst memiliki triple porosity yang membuat karakterisasinya sulit dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis komponen hidrograf banjir dan membuat Master Recession Curve (MRC) pada akuifer karst yang mengimbuh Mataair Mudal. Data yang digunakan adalah debit aliran dan curah hujan yang tercatat setiap 30 menit pada November 2017 hingga Mei 2018 (6 bulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mataair Mudal memiliki complex discharge regime dengan derajat karstifikasi pada kelas 5,5. Analisis komponen hidrograf banjir menguatkan hasil perhitungan derajat karstifikasi. Waktu menuju puncak banjir (Tlag) yang tergolong cepat (2,5 jam) menunjukkan telah adanya aliran conduit. Perhitungan waktu menuju aliran dasar (Tb) baik secara manual (hidrograf banjir) maupun automatis (MRC) memiliki rerata sekitar 40 jam yang mencerminkan bahwa akuifer karst yang mengimbunya masih baik dalam menyimpan airtanah. Secara keseluruhan, akuifer karst di Mataair Mudal masih didominasi oleh retakan bertipe diffuse, meskipun sudah memiliki retakan bertipe conduit yang cukup berkembangThe objective of this research was to analyze the nature of the flood hydrograph components and create a Master Recession Curve (MRC) to estimate the degree of karstification in Mudal Spring. Discharge and rainfall data were recorded every 30 minutes at time intervals between November 2017 and May 2018. The results show that Mudal Spring has a complex discharge regime with a karstification degree in the class of 5.5. Meanwhile, the time to peak flood (Tlag) which is relatively fast (2.5 hours) shows the existence of conduit flow in the flood event. Calculation of time to baseflow (Tb) has an average of 40 hours which reflects that the karst aquifer was still good in storing groundwater. Overall, karst aquifers in Mudal Spring are still dominated by diffuse type voids, although they already have conduit type voids that are quite developed

    Assessment of aquifer karstification degree in some karst sites on Java Island, Indonesia

    No full text
    This research was conducted on several springs and underground rivers in two different karst areas: the Gunung Sewu karst in the southern part of Java Island and the Rengel karst in northern Java. The objective was to determine the spatial degree of karstification in springs and underground rivers in these areas using available data on hydrograph recession. Hydrograph recession curves from eight water-level gauges in springs and underground rivers were analyzed and classified for each location based on quantitative parameters to express individual groundwater flow sub-regimes. Discharge was used to generate recessional equations, and these were related to karstification degree on a qualitative scale varying from 1 to 10. The karstification degree calculated using selected data on flood recession ranged from a low value of 3.7 in the Petoyan spring to a high value of 7.7 in the Bribin river. The value of 3.7 (low) indicates that the aquifer is dominated by a network of uniform small-sized voids (diffuse and fissure), the majority of which are open with minimal macro-fissure karst channels. Meanwhile, the value of 7.7 (high) indicates highly developed karstification of the aquifer, which is formed by large open conduits (karst channels). Furthermore, the general degree of karstification in Gunung Sewu is more developed than in the karst region of Rengel, except in the Petoyan spring, located in the western part of the Gunung Sewu karst region. Interestingly, the degree of karstification in Gunung Sewu varied. This may be due to differences in variable surface geomorphology, which is controlled by the differing solubility and thickness of the limestone beds. This study also indicates that there is a fairly strong positive relationship between the degree of karstification and the extent of the catchment area of springs
    corecore