15 research outputs found

    TIPOLOGI BANGUNAN SUCI PADMA DI PURA LUHUR ANDAKASA

    Get PDF
    Pura Luhur Andakasa memiliki status sebagai kahyangan jagat, terangkum secara filosofis sebagai padmabhuana, berkedudukan di selatan, warnanya merah, aksaranya “Bang”, sebagai stana Tuhan dalam perwujudan Beliau sebagai Dewa Brahma. Pura ini memiliki banyak tipologi padma, kaya dengan ragam hiasnya, semua padma dihiasi dengan Bedawang Nala (kura-kura raksasa berapi) pada bagian bawah padma. Bangunan suci padma satu dengan padma yang lain sangat mirip dalam penggunaan ragam hiasnya, sehingga sulit memaknai fungsinya. Secara umum ada tiga tipologi padma, yaitu padma capah, padmasari dan padmasana. Padma capah memakai 2 tingkat (palih) tanpa Bedawang Nala. Padmasari memakai 3 tingkat (palih) dan 1 rong (ruang kosong pada puncak padma) tanpa Bedawang Nala. Padmasana memakai 5, 7, sampai 9 tingkat (palih), dengan menggunakan 1, 2, dan 3 rong, serta dilengkapi dengan Bedawang Nala. Dengan memakai Bedawang Nala pada seluruh padma pada pura ini, membuat setiap padma terlihat memiliki fungsi yang sama, oleh karena itu perlu dilihat jumlah tingkatnya, kelengkapan ragam hiasnya serta pedagingannya (upacara yadnya untuk memfungsikan bangunan). Pada Pura Luhur Andakasa terdapat tiga tipologi padma, yaitu padma capah sebagai stana Hyang Anantabhoga, naga tertua yang berada di sapta petala (7 lapis di bawah bhurloka). Selanjutnya padma sari sebagai stana Hyang Tugu/Dewa Brahma. Terakhir adalah padmasana dengan 5 palih dan satu rong, sebagai stana Siwa Aditya. Terletak di sisi timur laut menghadap ke barat daya. Apabila dilhat tipologi berdasarkan lokasinya maka padmasana ini adalah padmasana saji

    PERAN IDENTITAS LOKAL DALAM PENYELENGARAAN BANGUNAN GEDUNG PEMAHAMAN IKONOGRAFI HINDU DALAM UPAYA MEMPERKUAT IDENTITAS LOKAL PADA PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI BALI

    Get PDF
    Ikonografi adalah gambar atau simbol tradisional atau konvensional yang terkait dengan subjek, terutama subjek religius atau legendaris (Merriam, 2017). Ikonografi Hindu dijiwai dengan makna spiritual berdasarkan tulisan suci atau tradisi budaya, telah ada lebih dari ribuan tahun silam dan asal-usulnya hilang di masa lalu. Simbol tidak berbicara dengan pikiran rasional dan tidak bisa sepenuhnya dipahami oleh logika, mereka adalah subjek kontemplasi, asimilasi, pengalaman batin dan akhir realisasi spiritual. Pemahaman dicirikan oleh tingkat analisis deskriptif dan interpretatif, ini adalah ekspresi dari titik-titik tertentu di mana dua alam bertemu, alam transendental (niṣkala) dengan alam materi (sekala). Memahami ikonografi Hindu adalah salah satu dasar desainer dan arsitek dalam upaya memasukkan identitas lokal ke dalam desain masa kini. Kemampuan dalam melakukan stilasi[1] sangat diperlukan agar tercipta bentuk baru sesuai dengan kekinian namun tetap memiliki identitas atau jatidirinya.     [1] Stilasi adalah merubah bentuk asli dari sumber menjadi bentuk yang baru yangbersifat dekoratif, dengan tidak menghilangkan sepenuhnya ciri khas dari bentuk asli (Ilmuseni, 2017). Stilasi adalah bentuk atau motif yang digayakan (Sulastianto, 2008)

    DESAIN PARAMETRIK PADA PERANCANGAN ARSITEKTUR

    Get PDF
    Komputer tidaklah cukup menjadi extended hands, tapi harus menjadi extended brains, bagian dari berpikir, mengevaluasi dan mengambil keputusan. Digital arsitektur bukan sekedar kegiatan menggambar, melainkan memanfaatkan komputer sebagai proses desain secara total (Satwiko, 2010). Teknik komputasi sebagai sumber konsepsual desain arsitektur, merupakan suatu wacana bahwa model parametrik, sistem, dan ide-ide yang digunakan tidak hanya untuk merasionalisasi desain arsitektur, tapi untuk membangun dan mengembangkan cipta mereka. Era tahun 1960-an digital dalam arsitektur telah diramalkan akan memiliki efek dramatis pada desain bangunan, kedirgantaraan, dan industri yang menggunakan komputer untuk menghitung permukaan melengkung yang kompleks, kemampuan animasi dan simulasinya mampu membuat arsitek terpesona. Tahun 2006-an terobosan dalam desain parametrik menjadi berguna untuk arsitek. Kemajuan dalam bidang virtual-ilmiah, morfologi dari tumbuhan dan hewan, didukung inovasi yang bisa diterapkan dengan kecerdikan pada perancangan arsitektur

    ASHRAM MEDITASI KUNDALINI DI BADUNG

    Get PDF
    Perkembangan dunia spiritual di Bali khususnya meditasi kundalini membawa perubahan dalam aspek–aspek kehidupan masyarakat, metode baru dalam pembangkitan kundalini secara singkat yang dikenal dengan metode inisiasi berdampak pada tingginya minat masyarakat untuk mempelajari dan mendalami kundalini melalui meditasi.Sampai saat ini, di Kabupaten Badung belum terdapat tempat atau wadah yang menampung minat masyarakat untuk mempelajari dan mendalami meditasi kundalini secara intensif yang bersifat pendidikan non formal berbasis spiritual.Dalam perancangan Ashram Meditasi Kundalini di Badung ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi, studi literatur, wawancara maupun melalui media internet. Data-data yang telah diperoleh akan diproses melalui kompilasi, análisis, dan sintesis, dari proses tersebut dihasilkan spesifikasi umum dan spesifikasi khusus. Ashram Meditasi Kundalini di Badung merupakan tempat tinggal para guru dan murid yang mendalami kegiatan spiritual. Untuk belajar kegiatan spiritual diperlukan tempat yang layak dan memenuhi syarat ketenangan. Dalam perancangan ashram ini data yang dikumpulkan di lapangan kemudian dibandingkan dengan teori yang memiliki relevansi dengan studi pengadaan ashram. Hasil dari perbandingan ini kemudian memunculkan masalah yaitu kurangnya tempat yang representatif untuk proses pembelajaran meditasi dan pemberian informasi yang benar mengenai meditasi kundalini. Berdasarkan lokasi yang potensial mendekati atau memenuhi kriteria yang telah ditentukan maka lokasi terpilih berada di Jl. Rajawali, Desa Ayunan, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung mengingat keberadaannya pada poros Bali, dekat dengan perkotaan dan mempertimbangkan aksesibilitas dan memiliki jarak capai merata dari tiap–tiap kabupaten di Bali  Konsep dasar dalam perancangan ashram ini adalah edukatif spiritual, komunikatif, dan interaktif.Dari pendekatan konsep dasar maka ditentukan tema rancangan untuk pengadaan Ashram Meditasi Kundalini di Badung ini adalah arsitektur Neo Vernakular. Dalam hal ini mengacu terhadap konsep arsitektur tradisional Bali yang memiliki konsep dasar dalam menyusun tata ruangnya seperti orientasi kosmologi atau dikenal dengan Sanga Mandala, keseimbangan/kesesuaian kosmologi dengan istilah manik ring cecupu, hirarki ruang yang terdiri dari tri loka dan tri angga dan dimensi tradisional Bali yang didasarkan pada proporsi dan skala manusia. Konsep Perancangan dipilih pola massa jamak dengan komposisi cluster yang menyebar namun tetap mempertimbangkan kesatuan (unity) dan keseimbangan (balance). Pola sirkulasi linier diterapkan untuk memperkuat kegiatan yang terjadi secara berkelanjutan di dalam fasilitas tersebut dan sesuai dengan konsep dasar dan tema. Untuk mendapatkan tampilan bangunan yang sesuai dengan konsep dasar dan  tema maka diterapkan bentuk arsitektur tradisional Bali dengan konsep tri angga yang diperkuat denga ragam hias dan menggunakan bahan-bahan lokal dari alam. Konsep struktur, dan konsep utilitas juga dibahas secara menyeluruh. Rangkaian dari seluruh proses inilah sebagai dasar dalam perancangan “Ashram Meditasi Kundalini di Badung

    PERANCANGAN RESOR AGROWISATA DI DESA PUPUAN TABANAN

    Get PDF
    Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting dalam pembangunan nasional. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi kepariwisataan yang besar adalah pulau Bali. Bali memiliki kekayaan alam, seni, budaya dan adat istiadat yang sampai saat ini pariwisata masih menjadi andalan bagi provinsi Bali. Salah satu bentuk pariwisata alternatif telah banyak dikembangkan di Bali adalah mencakup kegiatan agrowisata. Salah satu daerah di Bali yang memiliki peran sertra dalam pertanian yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata yaitu Kabupaten Tabanan. Tabanan merupakan sebuah Kabupaten di Provinsi Bali yang dikenal sebagai daerah yang memiliki kekayaan budaya dan pemandangan lahan pertanian dan perkebunan dengan lahan sawah terluas di Provinsi Bali. Salah satu desa di Kabupaten Tabanan yang berpontesi dalam perencanaan agrowisata adalah Desa Pupuan. Desa Pupuan berada di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan yang terletak di sekitar hutan tepatnya disebelah utara kaki gunung Batukaru. Dilain pihak, Kabupaten Tabanan membutuhkan tambahan sarana akomodasi penginapan untuk menunjang pariwisata di Kabupaten Tabanan. Hal tersebut mendasari perancangan Resor Agrowisata di Desa Pupuan yang mengangkat potensi alam dan budaya Desa Pupuan, Kabupaten Tabanan. Terkait dengan kekayaan budaya dalam hal pertanian dan segala kearifan lokal yang terkandung didalamnya, Resor agrowisata yang dirancang mengarah pada konsep-konsep green architecture, dalam hal ini tidak hanya memperhatikan keserasian bangunan terhadap alam namun juga menjaga keberlangsungan budaya sebagai potensi unik yang telah melekat lama di masyarakat untuk tidak serta merta hilang ditelan perubahan jaman. Green architecture yang diterapkan pada rancangan diantaranya terkait pencahayaan alami, penghawaan, material bangunan, pengolahan air limbah bekas pakai serta pemberdayaan energi alternatif. Hal tersebut merupakan dasar dalam penyusunan program antara lain; program fungsional, program performansi, program ruang dan program tapak. Setelah proses penyusunan program hasil akhir dari proses berupa konsep perencanaan dan perancangan Resor Agrowisata di Desa Pupuan. Fasilitas utama yang terdapat pada Resor Agrowisata ini berupa area agrowisata, area unit villa dan hotel. Fasilitas lainnya adalah fasilitas penunjang seperti retail shop, restaurant, area outbond, playground dan area camping serta terdapat fasilitas servis seperti ruang pengelola, ruang MEP dan toilet umum

    PERANCANGAN GELANGGANG REMAJA DI DENPASAR

    Get PDF
    Pembinaan dan pengembangan generasi muda menjadi salah satu usaha yang utama dalam mewujudkan masa depan bangsa yang lebih baik. Kurangnya fasilitas untuk kegiatan remaja merupakan masalah umum yang dihadapi oleh berbagai wilayah di Indonesia. Bali dan khususnya Denpasar merupakan tempat yang sering digunakan dalam menyelenggarakan kejuaraan dengan skala nasional maupun internasional. Menurut Menteri Pendidikan dan Olahraga dalam satu kota atau kabupaten di Bali idealnya terdapat minimal dua bangunan gelanggang remaja aktif, dengan standar fasilitas yang baik (Menpora, 2018). Di kota Denpasar, fasilitas yang telah tersedia dari segi jumlah bangunan telah memenuhi persyaratan yang ada, namun dilihat dari kondisi fasilitas yang  ada  hampir semua bangunan GOR yang ada terlihat kurang terawat dan kurang aktif. Dengan kondisi tersebut maka dirasa perlu untuk dibuatkan rancangan Gelanggang Remaja di Denpasar, dengan menerapkan fasilitas dan manajemen yang lebih baik. Tujuan dalam perancangan Gelanggang Remaja di Denpasar ini adalah menentukan Konsep Dasar dan Tema Perancangan, Program Ruang dan Tapak, serta Konsep Perancangan Gelanggang Remaja di Denpasar dengan klasifikasi B dan memiliki ruang lingkup kota madya. Konsep dasar pada Gelanggang Remaja di Denpasar ini adalah “Edukatif dan Rekreatif”. Prinsipnya untuk menciptakan suasana pendidikan dengan kesenangan yang memberikan kenyamanan terhadap remaja, sedangkan rekreatif disini maksudnya adalah cara menanamkan fungsi pendidikannya (studi sekaligus kesenangan, bukan dengan cara pendidikan formal), sehingga menciptakan rasa ketertarikan dan menghilangkan rasa jenuh kepada remaja. Dengan didukung tema Neo Vernakular sebagai upaya dalam mewujudkan dan mempertahankan ciri khas bangunan setempat sebagai perwujudan bangunan yang memiliki unsur budaya kearifan lokal dan dipadukan dengan konsep modern. Terdapat empat kelompok ruang pada Gelanggang Remaja ini yaitu Area Pengelola, Area Komunitas Remaja, Area Penunjang serta Area Service. Site Gelanggang Remaja terletak di Jalan Drupadi, Desa Sumerta Kelod, Denpasar dengan luas sebesar 30.039 m2. Karakteristik site secara umum memiliki tingkat kebisingan sedang, beriklim tropis, berkontur relatif datar dengan Build Up Area sebesar 27.900 m2. Melalui program ruang dan program tapak kemudian ditentukan konsep perancangan, konsep Perancangan terdiri dari Konsep Site, Konsep Bangunan, Konsep Struktur dan Konsep Utilitas. Lalu dari keseluruhan konsep yang ada ditransformasikan ke dalam sebuah desain

    PERANCANGAN RUMAH SAKIT KANKER DI DENPASAR

    Get PDF
    Kanker menjadi permasalahan yang cukup serius di Indonesia, prevalensi yang meningkat dan minimnya fasilitas pengobatan seperti rumah sakit dan alat radioterapi menunjukan betapa dibutuhkannya rumah sakit kanker di Indonesia. Bali dan khususnya Denpasar menjadi daerah yang cukup strategis untuk dibangunnya rumah sakit kanker. Posisi Denpasar yang termasuk dalam wilayah Indonesia Tengah memudahkan pasien dari seluruh Indonesia untuk menjangkaunya. Selain itu rencana pembangunan rumah sakit kanker di Denpasar pun sempat didengungkan pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2018. Dengan kondisi tersebut infrastruktur rumah sakit kanker sangatlah diperlukan.. Permasalahan teknis dalam perancangan Rumah Sakit Kanker di Denpasar ini adalah menentukan Konsep Dasar dan Tema Perancangan, Program Ruang dan Tapak, serta Konsep Perancangan Rumah Sakit Kanker di Denpasar  dengan klasifikasi A dan berstandar nasional. Rumah sakit ini dirancang dengan konsep dasar “Healing Environment”. Prinsipnya menciptakan suasana lingkungan interior dan eksterior rumah sakit yang hijau, bersih, ramah, nyaman, asri dan hangat sehingga membantu mengurangi tekanan psikologis yang dialami pasien dan secara tidak langsung membantu proses penyembuhan. Dengan dilandasi tema Green Architecture dalam usaha untuk meminimalkan dampak negatif lingkungan bangunan dengan efesiensi dan moderasi dalam penggunaan bahan, energi dan ruang pengembangan serta ekosistem secara luas. Terdapat 4 kelompok ruang pada rumah sakit ini yaitu Area Pelayanan Medik dan Keperawatan, Penunjang dan Operasional, Administrasi Manajemen dan Pendidikan, dan Service. Site rumah sakit terletak di Jalan Waribang, Kesiman, Denpasar dengan luas 20.151 m2. Karakteristik site secara umum memiliki tingkat kebisingan sedang, beriklim tropis, berkontur relatif datar dengan Build Up Area sebesar 17.065 m2. Melalui program ruang dan program tapak kemudian ditentukan konsep perancangan. Konsep Perancangan terdiri dari Konsep Site, Konsep Bangunan, Konsep Struktur dan Konsep Utilitas

    PERPADUAN DESAIN BIOFILIK DAN METAFORA DALAM PERANCANGAN PERPUSTAKAAN UMUM DI KABUPATEN GIANYAR, PROVINSI BALI

    Get PDF
    Perpustakaan umum memiliki peranan strategis dalam mendukung mencerdaskan generasi bangsa. Namun kondisi fasilitas literasi di Kabupaten Gianyar jauh dari standar SNI 7495 tahun 2009. Citra Kabupaten Gianyar sebagai daerah pariwisata yang menuntut adanya pelayanan publik yang baik, menyebabkan kondisi tersebut berbanding terbalik dengan minat baca dan potensi pemustaka masyarakatnya yang semakin meningkat tiap tahunnya. Dengan demikian perlunya pengadaan perpustakaan umum di Kabupaten Gianyar untuk dapat memfasilitasi potensi positif yang ada. Perancangan ini bertujuan untuk merancang fasilitas perpustakaan umum di Kabupaten Gianyar dengan menerapkan tema perancangan perpaduan desain biofilik dan metafora dalam mewujudkan bangunan perpustakaan umum yang peduli terhadap lingkungan sekaligus menarik tampilannya. Konsep dasar yang digunakan adalah edukatif, komunikatif dan rekreatif. Metode perancangannya menggunakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan dan observasi, metode pengolahan data berupa analisa, sintesa dan transformasi. Temuan yang didapatkan yaitu diperlukan perancangan perpustakaan umum di Kabupaten Gianyar yang sesuai dengan standar serta memfokuskan pada penyelesaian tiga kriteria desain, yaitu: bangunan yang dapat memberikan pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat di Kabupaten Gianyar; sebagai wadah yang dapat menghilangkan kesan membosankan perpustakaan umum; sebagai wadah yang dapat mengembalikan hubungan serasi antara manusia dengan alam serta dapat menjadi identitas literasi bagi Kabupaten Gianyar

    ARSITEKTUR BIOMORFIK PADA PERANCANGAN TAMAN FLORIKULTURA DI KOTA DENPASAR

    Get PDF
    The floriculture garden plays an important role in the preservation of plants, especially ornamental plants and also plays a role in overcoming the problem of global warming and contributes to the provision of urban green open spaces. The unwise exploitation of the existing biodiversity is one of the reasons for increasing greenhouse gas emissions in Indonesia. In addition, there is also a phenomenon of reduced open space in urban areas due to land conversion due to the high population growth in Indonesia. This is in accordance with the current condition of the city of Denpasar which has become an urban city with the most populous population in the province of Bali. This phenomenon makes the area of ​​Denpasar City Public green open space less than the ideal standard. On the other hand, there are still many types of ornamental plants in Indonesia that have not been conserved. Thus, it is necessary to procure a Floriculture Park in Denpasar City to overcome the problem of the number of ornamental plants that have not been conserved, global warming that occurs, and the reduction of green open space in urban areas. This design also aims as a recreational and educational facility. The basic concepts used are recreational, conservation and educational. While the chosen design theme is a biomorphic architectural theme with sustainable forms, structures and materials. The design method used is data collection techniques in the form of library research, observation and comparative studies, as well as data processing methods, namely analysis, synthesis and transformation methods. The results of the design of the Floriculture Park in Denpasar City are explained into three principles of biomorphic architecture. The first principle is the principle of form, namely the form of mass based on ecology and metaphor of natural forms. The second principle is the principle of structure and material, its application is the use of structures with organic shapes, while in terms of materials the application is by selecting natural (local) materials and materials that support a curvilinear shape. The third principle is the principle of sustainability, the application of which is to maximize the use of natural energy into buildings.Taman florikultura berperan penting dalam pelestarian tumbuhan khususnya tanaman hias dan juga berperan dalam mengatasi masalah pemanasan global serta ikut andil dalam penyediaan ruang terbuka hijau kota. Eksploitasi yang tidak bijaksana terhadap keanekaragaman hayati yang ada, merupakan salah satu alasan meningkatnya emisi gas rumah kaca di Indonesia. Selain itu, terdapat juga fenomena berkurangnya ruang terbuka di perkotaan karena alih fungsi lahan akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia. Hal ini sesuai dengan kondisi kota Denpasar saat ini yang telah menjadi kota urban dengan penduduk terpadat di Provinsi Bali. Fenomena tersebut membuat luas RTH Publik Kota Denpasar kurang dari standar ideal. Disisi lain masih banyak jenis tanaman hias di Indonesia yang belum terkonservasi. Dengan demikian perlu adanya pengadaan Taman Florikultura di Kota Denpasar untuk mengatasi masalah banyaknya tanaman hias yang belum terkonservasi, pemanasan global yang terjadi, serta berkurangnya RTH di perkotaan. Perancangan ini juga bertujuan sebagai fasilitas sarana rekreasi yang bersifat konservasi dan edukatif. Konsep dasar yang digunakan adalah rekreatif, konservasi dan edukatif. Sedangkan tema perancangan yang dipilih adalah tema arsitektur biomorfik dengan bentuk, struktur dan material yang berkelanjutan. Metode perancangan yang digunakan yaitu dengan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan, observasi dan studi komparasi, serta metode pengolahan datanya yaitu metode analisa, sintesa dan transformasi. Hasil rancangan Taman Florikultura di Kota Denpasar dijelasakan ke dalam tiga prinsip arsitektur biomorfik. Prinsip yang pertama yaitu prinsip bentuk yakni bentuk masa berbasis ekologi dan metafora dari bentuk-bentuk alam. Prinsip yang kedua yaitu prinsip struktur dan material, penerapannya yakni penggunaan struktur dengan bentuk organik, sedangkan dari segi material penerapannya yaitu dengan pemilihan material alami (lokal) dan material yang mendukung bentuk kurvalinier. Prinsip yang ketiga yaitu prinsip berkelanjutan, penerapannya yakni dengan memaksimalkan penggunaan energi alami ke dalam bangunan

    PERANCANGAN TAMAN BUDAYA DI JEMBRANA

    Get PDF
    Jembrana Regency is a district in Bali Province that is famous for having arts that are unique and different from other districts, such as the arts of jegogan, jogged tubung, kendang berbarung, bungbung gebyog, cag-cag weaving, embroidery textile painting, and so on. In Jembrana Regency there is an arts building called the Ir Arts Building. Soekarno, but this building can only stage performing arts and its facilities are relatively limited. To complement the lack of facilities, a building is needed on a larger scale and can be used to preserve and develop arts and culture in Jembrana, namely in the form of a Cultural Park in Jembrana. Judging from its function, the design of the Cultural Park in Jembrana uses the basic concepts of Conservative, Educational, and Recreational using the Neo Vernacular theme, which means returning traditional building forms combined with modern building forms.Kabupaten Jembrana merupakan sebuah kabupaten di Provinisi Bali yang terkenal memiliki kesenian yang unik dan berbeda dari Kabupaten lainnya seperti kesenian jegogan, jogged bumbung, kendang membarung, bungbung gebyog, tenun cag-cag, lukis tesktil sulam, dan sebagainya. Di Kabupaten Jembrana terdapat gedung kesenian yang bernama Gedung Kesenian Ir. Soekarno namun Gedung ini hanya bisa mementaskan seni pertunjukan dan fasilitasnya tergolong terbatas. Untuk melengkapi kekurangan fasilitas tersebut maka diperlukan sebuah bangunan yang berskala lebih besar dan bisa digunakan untuk melestarikan serta mengembangkan kesenian dan kebudayaan di Jembrana yaitu berupa Taman Budaya di Jembrana. Dilihat dari fungsingnya, Perancangan Taman Budaya di Jembrana mengunakan konsep dasar Konservatif, Edukatif, dan Rekreatif dengan mengunakan tema Neo Vernacular yang memiliki arti mengembalikan bentuk-bentuk bangunan tradisional yang dikolaborasikan dengan bentuk bangunan modern
    corecore