2 research outputs found

    KARAKTERISTIK HUNIAN BURUH INDUSTRI DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA

    Get PDF
    Kota Semarang merupakan salah satu kota yang berpotensi dalam pertumbuhan sektor ekonomi. Di Kota Semarang terdapat sembilan kawasan industri yang potensial, salah satunya Kawasan industri Wijayakusuma. Pertumbuhan sektor ekonomi yang pesat menjadikan masyarakat berminat untuk bekerja sebagai buruh industri dan bermigrasi di sekitar kawasan industri. Masalah yang dihadapi oleh buruh industri Wijayakusuma adalah buruh industri belum mampu menjangkau tempat tinggal layak huni yang disediakan secara formal. Akibatnya, banyak buruh industri yang belum memiliki rumah hak milik, tinggal di rumah kontrakan atau kos-kosan, terdapat permukiman dengan kepadatan tinggi di sekitar Kawasan Industri Wijayakusuma dan memiliki kualitas lingkungan permukiman yang rendah. Berdasarkan pada penjelasan permasalahan tersebut, maka perlu diadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik hunian dan lingkungan hunian buruh industri yang dihuni saat ini Metode yang digunakan adalah metode campuran (mix method) dimana terdapat penggabungan antara metode kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif, analisis deskriptif kualitatif dan analisis skoring. Hasil dari penelitian ini adalah dapat diketahui bahwa buruh industri yang sudah memiliki hunian hak milik adalah 36% sedangkan 64% lainnya masih tinggal dengan keluarga atau kerabat, tinggal di rumah kost maupun rumah kontra

    PENYEDIAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DITINJAU DARI PREFERENSI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KABUPATEN KUDUS

    Get PDF
    Rusunawa merupakan salah satu program pembangunan nasional oleh pemerintah pusat Direktorat Jenderal Cipta Karya pada RPJMN tahun 2010-2014. Salah satu pembangunan rusunawa berada di Kabupaten Kudus, tepatnya di Desa Bakalan Krapyak Kecamatan Kaliwungu. Rusunawa diperuntukkan untuk MBR yang belum memiliki hunian tetap dan MBR yang tinggal di permukiman kumuh dan liar. Rusunawa Kabupaten Kudus terdiri dari 4 blok yaitu blok A, B, C dan D. Blok A dan B dibangun pada tahun 2009 dan dioperasikan pada tahun 2010. Pemanfaatan rusunawa di blok A dan B tergolong optimal karena penghuninya mencapai 161 KK atau 81%. Dengan adanya antusias MBR yang tinggi terhadap rusunawa, maka Pemerintah Kabupaten Kudus mengusulkan pembangunan rusunawa 2 blok kepada pemerintah pusat. Blok C dan D dibangun pada tahun 2012 dan belum dapat dioperasikan. Awalnya blok C dan D belum dapat dioperasikan karena Pemerintah Kabupaten Kudus belum melengkapi blok C dan D dengan instalansi listrik dan air bersih. Akan tetapi setelah dilengkapi dengan instalansi listrik dan air bersih, tetap tidak ada masyarakat yang berminat. Awalnya blok C dan D akan diresmikan pada bulan April 2014 namun belum ada MBR yang mendaftar sampai pertengahan April. Dengan adanya serangkaian permasalahan tersebut maka diduga bahwa preferensi MBR dalam pemanfataan rusunawa di Kabupaten Kudus belum diidentifikasikan secara jelas. Penelitian ini bertujuan agar dapat mengkaji preferensi MBR di Kabupaten Kudus dan menganalisis faktor yang mempengaruhi preferensi MBR dalam pemanfaatan rusunawa
    corecore