4,540 research outputs found

    Les Arquitectures de Tavertet

    Get PDF

    Representasi Perempuan Indonesia Dalam Komunikasi Visual: Wacana Yang (Belum) Berubah

    Full text link
    Sebagai sebuah narasi yang bercerita tentang riwayat panjang kemanusiaan, ada banyak hal yang bisa ditapaki dari produk-produk komunikasi visual kita, entah itu film, media massa, ataupun iklan. Sosok perempuan dalam film, dari segi kuantitas, menduduki posisi yang cukup sentral. Ini dialami pula oleh perempuan yang tampil dalam majalah dan iklan—setidaknya wajah perempuan bertaburan di mana-mana. Namun, kondisi sedemikian tidak serta-merta meniscayakan adanya representasi perempuan dalam wacana yang cukup bermutu. Penelusuran atas berbagai literatur yang menyoal representasi perempuan di tiga media komunikasi visual, yaitu film, majalah, dan iklan memperlihatkan wacana tentang perempuan yang belum berubah dari stereotip klasik. Untuk mengubah stereotip ini, gerakan feminis yang digagas oleh para aktivis tidaklah cukup. Perempuan mesti menyediakan ruang dan waktu untuk berdialog secara leluasa dengan dirinya sendiri, guna menegosiasikan secara kritis pelbagai pemaknaan yang ditawarkan pada mereka dalam upaya mengonstruksi diri ataupun masyarakat yang lebih ramah terhadap eksistensi perempuan

    Sinetron Remaja dan Penonton Belia: Riset Audiens terhadap Penonton Sinetron Remaja

    Full text link
    Teen viewers were one of strategic segment targeted by private televisions in Indonesia. No wonder if there are countless teens TV drama eappeared on TV. This paper aimed to reveal what was the perception of teenager\u27s in watching TV drama which specially dedicated for them. The research questions were identified around teen\u27s media habit, teen\u27s media use, teen\u27s perception toward moral values found on the drama, and what\u27s the real or unreal for them. 16 participants were selected to attend four focus group discussion. They were consisted of male and female students from local senior and junior high school. Research has found that media habit and media use were intensified around students who didn\u27t have any extra activities afterschool. For students who belongs to member of any extra group focusing on certain activities (such as mountain-climbing, language-practicing club, hobby-circles, etc.), watching television became less important. Research also found that the latter group of students (who actively participate in extra-activities out of school) were more critical in perceiving teen\u27s TV drama

    Kasus Gempa Bumi Di Yogya Dan Jawa Tengah: Perspektif “Supply Chain Management”, Komunikasi, Dan Kultural

    Full text link
    May 27th, 2006, a-5.9-Richter scale-of-earthquake is collapsing Jogja and its surrounding. More than 5.800 inhabitants dead, hundreds of thousands other were injured. The city collapsed, along with its economy which suffered at least 8-billion-rupiahs-loss. Days after the earthquake, there were complaints everywhere concerning the system of logistic supply for the victims. The lack of food, unreachable locations, the slow treatment of injured victims were seen everywhere. From communication perspective, these complaints marked the lack of quality in communication system as main part of post-disaster-management. To overcome such problems, the local government in disaster area must build SCM—supply chain management—as the approach to communication-management system in order to distribute logistics for the victims. SCM consisted of three elements: supply chain network, supply chain process, and supply chain management. Although based on management approach, SCM covered comprehensive issues such as the importance of data, research, goals identification, transportation facilities, along with moral, attitude, and cultural sensitivity

    Representasi Perempuan Indonesia Dalam Komunikasi Visual: Wacana Yang (Belum) Berubah

    Full text link
    Sebagai sebuah narasi yang bercerita tentang riwayat panjang kemanusiaan, ada banyak hal yang bisa ditapaki dari produk-produk komunikasi visual kita, entah itu film, media massa, ataupun iklan. Sosok perempuan dalam film, dari segi kuantitas, menduduki posisi yang cukup sentral. Ini dialami pula oleh perempuan yang tampil dalam majalah dan iklan—setidaknya wajah perempuan bertaburan di mana-mana. Namun, kondisi sedemikian tidak serta-merta meniscayakan adanya representasi perempuan dalam wacana yang cukup bermutu. Penelusuran atas berbagai literatur yang menyoal representasi perempuan di tiga media komunikasi visual, yaitu film, majalah, dan iklan memperlihatkan wacana tentang perempuan yang belum berubah dari stereotip klasik. Untuk mengubah stereotip ini, gerakan feminis yang digagas oleh para aktivis tidaklah cukup. Perempuan mesti menyediakan ruang dan waktu untuk berdialog secara leluasa dengan dirinya sendiri, guna menegosiasikan secara kritis pelbagai pemaknaan yang ditawarkan pada mereka dalam upaya mengonstruksi diri ataupun masyarakat yang lebih ramah terhadap eksistensi perempuan
    • …
    corecore