5 research outputs found

    PAKELIRAN DALEM SIDAKARYA

    Get PDF
    Masyarakat Bali yang masih memiliki kaitan yang kuat dengan kesenian tradisi, memandang pertunjukan wayang kulit sebagai kesenian yang mempunyai arti dan makna yang penting dalam kehidupan mereka. Apapun wujud kegunaannya di masyarakat, wayang kulit diyakini memiliki arti dan makna: sebagai penggugah rasa indah dan kesenangan, sebagai pemberi hiburan sehat, sebagai media komonikasi, sebagai persembahan simbolis, sebagai penyelenggaraan keserasian norma-norma masyarakat, sebagai pengukuhan institusi sosial dan upacara agama, sebagai konstribusi terhadap kelangsungan dan stabilitas kebudayaan, dan sebagai pencipta integritas seniman atau masyarakat (Bandem dan Sedana, 1993:2). Dewasa ini, wayang kulit semakin mendapat tantangan dari bentuk-bentuk perunjukan yang menawarkan berbagai inovasi baru, wayang kulit harus mampu berpacu dengan perubahan selera penonton. Menyadari hal ini, sebagai dalang wayang kulit, pencipta merasa terdorong untuk melakukan inovasi terhadap sajian wayang kulit dengan memasukan ide-ide baru kedalamnya. Untuk mewujudkan impian seperti ini, pencipta mencoba untuk memadukan empat komponen; wayang kulit inovasi gaya Joblar, wayang golek kreasi Bali, sendratari, dan topeng. Cerita yang digunakan untuk merajut keempat komponen ini adalah kisah Brahmana Sangkya yang kemudian diberi gelar Dalem Sidakarya oleh Dalem Waturenggong raja Bali. Untuk menawarkan gagasan baru digunakan sebuah stage yang diputar (ratating stage) yang digerakan secara manual (didorong oleh manusia). Karena unsur kelir sangat dominan dalam garapan ini, maka pencipta memformulasikan garapan ini menjadi sebuah garapan pakeliran inovatif yang diberinama Dalem Sidakarya

    TATA RIAS BONDRES ANTARA LUCU DAN MENAKUTKAN: PERSPEKTIF ESTETIKA BENTUK

    Get PDF
    Tata rias wajah terutama untuk karakter bondres merupakan pembentukan identitas diri pemain bondres sehinga mereka dikenal dan disayang masyarakat. Keberhasilan dalam menata rias wajah disesuaikan dengan keinginan yang dibentuk dan inspirasi yang ditiru dari bentuk wajah yang sudah ada. Hasil lucu atau menakutkan bukanlah menjadikan persoalan, namun yang utama adalah dari wajah baru tersebut meraka bisa selalu hadir dan diundang hadir untuk memberikan hiburan. Komunikasi estetik seni pertunjukan bondres masa kini dikemas dalam bentuk lelucon yang segar, menarik dan menghibur. Prilaku sosial budaya yang sesuai logika juga menjadi materi tampilan dengan kemansan leluconnya.   Face make up especially for bondres character is the formation of the identity of bondres players so that they are known and loved by the public. The success in managing makeup is adjusted to the desires that are formed and inspiration that is imitated from the existing face benthic. A funny or frightening result is not a problem, but the main thing is that from this new face they can always be present and invited to provide entertainment. The aesthetic communication of contemporary bondres performing arts is packaged in the form of fresh, interesting and entertaining jokes. The socio-cultural behavior which is in accordance with logic also becomes the display material with the kemansan of the joke

    KAJIAN ASPEK NARATIF DAN RELIGIUSITAS GAGURITAN ARJUNA WIWAHA

    Get PDF
    Geguritan Arjunawiwaha berkembang dan mendapat pengaruh yang besar dari kesusastraan Jawa kuno, juga akhirnya memberikan pangaruh yang sangat dalam pada beberapa aspek kehidupan masyarakat Bali. Gaguritan Arjunawiwaha yang berbahasa Jawa kuna, dan sudah banyak para sarjana mengadakan penelitian. Penelitian terhadap aspek struktur naratif dan religiusitas gaguritan Arjunawiwaha ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan filologi, struktural, dan hermeneutik serta didukung teknik pengumpulan data, analisis data serta studi pustaka. Dengan perpaduan teori ini, aspek struktur naratif gaguritan Arjunawiwaha ditemukan yaitu: sinopsis, insiden, latar, alur, tema, serta gaya bahasa, sedangkan dalam aspek religiusitas terungkap tentang: keteguhan hati Arjuna, ajaran-jaran kependetaan, rasa tanggungjawab, swadarma sebagai kesatrya, kemenangan dharma melawan adharma, karmaphala, simbol agama, dan cerminan cinta bangsa dan negara.   Geguritan Arjunawiwaha developed and got a big influence from ancient Javanese literature, also finally giving a very deep influence on several aspects of Balinese life. Gaguritan Arjunawiwaha who spoke old Javanese, and many scholars have conducted research. Research on the aspects of narrative structure and arjunawiwaha gaguritan religiosity was carried out using qualitative methods through philological, structural, and hermeneutic approaches and supported by data collection techniques, data analysis and literature study. With this theory integrated, the narrative structure aspects of Arjunawiwaha's narrative are found: synopsis, incident, setting, plot, theme, and language style, while in the aspect of religiosity revealed about: Arjuna's determination, teachings of the clergy, sense of responsibility, swadarma as reality, dharma victory against adharma, karmaphala, religious symbols, and a reflection of the love of the nation and state

    NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM PERTUNJUKAN WAYANG KULIT BALI LAKON KUNTI YADNYA

    Get PDF
    Art of Balinese puppet shadow performances in Bali besides it is functioning religiously, its function as an education media. Therefore Balinese puppet shadow can be viewed as a process of informal education which is very significant in understanding the value of attitude, mentality, ethics, and logic. In this context Dalang ( the puppet master) has a very important and complex role which is an artist, educator, religious expert, and philosopher, through Dalang artist. The puppet shadow performances, the community gets knowledge about ethical valves, logic, and mentality. In general Balinese shadow puppet can provide educational value which is reflected through the family of Pandawa and Sri Krisna. The value of being praiseworthy reflected by the Duryadana family and their allies. As such, the study used a descriptive-qualitative design, the data analysis Bali puppet shadow show, particularly the case of Kunti yadnya/religious

    LOKALITAS DALAM SENI GLOBAL II SEMINAR SENI NASIONAL TAHUN 2014

    No full text
    Perkembangan kesenian di zaman ini penuh dengan pencarian, penggalian ide-ide yang mengedepankan kreativitas dalam proses penciptaan seni, sehingga melahirkan karya- karya spektakuler yang bermutu tinggi. Di dalam ranah seni pertunjukan, para Etnomusikolog di masa ini berjuang mengangkat citra local ke ranah global dengan segala bentuk perkembangannya. Hal ini sangat berkaitan dengan topik seminar, yaitu keindahan musik kita yang terbalut oleh nilai estetika tinggi mampu bersaing dalam dunia global. Dan kenyataannya musik kita sudah mulai mengglobal. Di ranah visual art atau seni rupa dan desain dewasa ini terhembus wacana mengenai Global Art yang kembali mengambil dan meminjam ikon atau unsur lokal yang kemudian di visualkan secara kreatif dengan ide-ide ―gila‖, sehingga disetiap karya- karya yang diciptakan bernuansa lokal dengan penggayaan baru yang mampu eksis di dalam ranah seni rupa dunia. Hal ini dalam konsep postmodern disebut dengan pendekatan pastiche yaitu mengangkat dan meminjam kembali bentuk- bentuk teks atau bahasa estetik tradisi yang kemudian dikontruksi kembali dengan bahasa seni yang baru, kemudian menempatkannya ke dalam konteks semangat masa kini yang sering disebut dengan seni kontemporer tanpa meninggalkan dan merusak kesenian lokal
    corecore