9 research outputs found

    Anestesi Tetes Infus Gravimetrik Ketapol sebagai Alternatif Bius Umum Secara Inhalasi Guna Menjaga Status Teranestesi pada Babi

    Get PDF
    This study aim was to evaluate quality and effectiveness of anaesthesia by using gravimetric infusion anaesthesia with ketamine and propofol (ketafol) on pigs. The quality of anesthesia time, the cardiovascular and respiratory response of anaesthesia were evaluated in twelve male pigs with average body weight 35±5 kg. The pigs were divided into four treatments and each treatment consisted of three pigs as repetition. All the experimental animals were premedicated with atropine 0.03 mg/kg mixed with xylazine 2 mg/kg in one syringe injected intramuscularly. Fifteen minutes after premedicated, the pigs was induced intravenously with ketamine 6 mg/kg and propofol 2 mg/kg. Furthermore, the anesthetized state maintaned with gravimetric, each through infusion with propofol (0.1 mg/kg/minute) (PI-P) , ketamine (0.3 mg/kg/ minute) (PIK), combination propofol-ketamin (0.1 and 0.3 mg/kg/minute) (PI-PK), and inhalation with isoflurane 1-2% (PI-I). The heart rate, pulse, respiratory rate, rectal temperature, blood oxygen saturation (SpO2 ), capillary refill time (CRT) were observed before and after treatment of the anesthetic. Premedication combination of atropin 0.03mg/kg mixed with xylazine 2 mg/kg in one syringe and then induced with ketamine 6 mg/kg and propofol 2 mg/kg showed the average length of anesthesia for 32,33 minutes, longer compared to five other treatments with average length of induction three minutes and average recovery time 20.33 minutes. Maintenance of anesthesia with propofol infusion drops (0.1 mg/kg/minute), or propofolketamine infusion drops (0.3 and 0.1 mg/kg/minute) showed safer anesthesia, because they did not make drastic change of heart rate, respiratory rate, rectal temperature, oxygen saturation, pulse, and CRT value in the experimental pigs. The conclusion of this study is the methode of gravimetric intravenous infusion by using ketamine and propofol (ketafol) can be used to maintain anesthesia as an alternative general inhalation anaesthesia in pigs

    Evaluasi nefrotomi nir jahitan pada anjing

    No full text

    Kejadian Pincang pada Sapi Bali Akibat Trauma Terkait Proses Transportasi Ke Pasar Hewan Beringkit

    No full text
    Telah dilakukan penelitian observasi kejadian pincang pada sapi bali akibat trauma terkait proses transportasi di Pasar Hewan Beringkit, Mengwi, Badung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada dan tidaknya kejadian pincang pada sapi bali yang dipasarkan di Pasar Hewan Beringkit dan untuk mengetahui bagian kaki sapi bali yang sering mengalami kepincangan. Pengamatan dilakukan sebanyak 12 kali pada setiap hari pasar (Rabu dan Minggu) dan hari Prapasar (Selasa dan Sabtu) tepat di depan dermaga dan di lanjutkan di delapan los Pasar Hewan Beringkit. Sapi bali yang mengalami kepincangan didata dan dokumentasikan, selanjutnya meminta informasi kepada peternak pemilik sapi bali tersebut terkait anamnesis dan kejadian pincang. Hasil penelitian menunjukan dari 6.881 ekor sapi bali terdapat empat kejadian pincang pada sapi bali yang dipasarkan di Pasar Hewan Beringkit, yang disebabkan karena proses transportasi. Dari kajian ini disimpulkan bahwa para peternak pada umumnya sudah mengetahui cara penanganan sapi untuk mencegah kejadian pincang akibat trauma terkait transportasi

    Efektivitas Plester Luka Pada Aplikasi Penutup Luka Insisi Pasca Operasi (EFFECTIVENESS OF WOUND PLASTER FOR COVERING POST-SURGERY INCISION WOUND)

    No full text
    A study on the difference of wound incision healing in mice (Ratus novergicus) between the wound covered with a plaster compared to the wound that was closed using simple interruptedsutures in terms of macroscopic and microscopic observation has been done. A total of 16 malewhite rats with a weight range of 200 gram randomly divided into two groups. Incision was madeinto linea alba to both group. Incision at linea alba was closed with simple interupted suture, and subcutan was closed with subcutaneous suture using vicril 4/0. The first group of the skin incisionclosed with wound plaster, while the second group the incision is closed with simple interruptedsutures using non-absorbable thread. Results showed that no difference was observed between thewound that covered with plaster compared to the wound that closed with simple interruptedsutures. However, there was a significant difference on the density of collagen in microscopicexamination

    Perubahan Klinik Pada Anjing Lokal Selama Teranestesi Ketamin Dengan Berbagai Dosis Premedikasi Xilazin Secara Subkutan

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan klinik yang terjadi selama teranestesi ketamin dengan premedikasi xilazin yang melebihi dosis pemberian secara intramuskuler pada anjing lokal yang diberikan secara subkutan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan yaitu pemberian xilazin dosis 2 mg/kg bb (kontrol), 4 mg/kg bb, 6 mg/kg bb, dan 8 mg/kg bb. Setiap perlakuan menggunakan enam ekor anjing sebagai ulangan, sehingga anjing yang digunakan sebanyak 24 ekor. Data kuantitatif yang diperoleh dianalisis dengan Sidik Ragam dan dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan, sedangkan data kualitatif yang diperoleh disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perubahan klinik pada dosis premedikasi 2 mg/kg bb, 6 mg/kg bb dan 8 mg/kg bb, sedangkan pada dosis 4 mg/kg bb anjing tidak teranestesi sempurna sehingga tidak dilakukan pengamatan perubahan klinik pada dosis 4 mg/kg bb. Perbedaan dosis premedikasi xilazin berpengaruh nyata (P0,05) terhadap pulsus, CRT, frekuensi respirasi, suhu tubuh, dan tekanan otot rahang. Perbedaan waktu pengamatan selama anjing teranestesi berpengaruh sangat nyata (

    Urine Chemical Profile of Boerka Crossbreed Goats of Indonesia at Sanda Village, Tabanan, Bali

    No full text
    Boerka Goat is a small ruminant that has the potential to be developed to meet the demand for goat meat products. One of the methods to examine livestock health is through urinalysis. Qualitative urinalysis testing includes an examination of leukocytes, protein, bilirubin, urobilinogen, ketones, nitrites, pH, specific gravity, red blood cells, and glucose. This research aims to identify the chemical profile of boer-kacang goat urine chemical profile. During analysis a total of 16 urine sample of boer-kacang crossbreed goats from Walung Amertha Farm, Sanda Village, Pupuan, Tabanan were analyzed.  The urine samples taken were midstream urine. Sampling was carried out once then continue with the dipstick testing about three times on each sample.  The analysis data were tabulated and averaged before be presenting in a tabular form with descriptive analysis.  The results of the study on the chemical profile of boerka goat urine showed leukocytes positive1+ in 19% goats, bilirubin 1+ in 13% goats, nitrite positive in 6% goats, positive red blood cells in 13% goats, while the specific gravity with an average of 1.002 and the average value of pH with 8.25.  Based on the research, it concludes that the urine chemical profile of boer-kacang goat positively contains erythrocytes, leukocytes, bilirubin, and nitrite although other profiles such as protein, urobilinogen, ketones, and glucose is undetected.  Urine specific gravity measured using a dipstick was 1,000-1,010 whereas the acidity level/pH is normal

    BASAL CELL EPITHELIOMA PADA ANJING PERSILANGAN

    No full text
    Basal cell epithelioma adalah tumor jinak pada membrana basalis sel epitel kulit, yang belum diketahui penyebabnya secara pasti. Tumor ini bisa menyerang pada semua ras anjing baik jantan maupun betina dan umumnya ditemukan pada anjing yang berumur tua. Seekor anjing persilangan berumur tiga tahun, bobot badan 6,8 kg dan berjenis kelamin bertina diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan adanya benjolan disertai tukak pada bagian bawah leher. Secara fisik anjing teramati seakan-akan sehat dengan napsu makan dan minum baik, defikasi dan urinasi normal. Hasil pemeriksaan histopatologis jaringan yang dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar, terdapat bentukan seperti pita (garland) pada jaringan tumor tersebut, sehingga anjing didiagnosis menderita basal cell epithelioma dengan prognosis fausta. Anjing ditangani dengan melakukan pembedahan (eksisi) untuk mengangkat masa tumor pada bagian leher dan pemberian antibiotika cepotaxim dengan analgesik asam mefenamat. Satu minggu pascaoperasi anjing dinyatakan sembuh dengan luka operasi yang sudah kering dan menyatu

    Kecepatan Kesembuhan Luka Insisi Yang Diberi Amoksisilin Dan Asam Mefenamat Pada Tikus Putih

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan kesembuhan luka insisi pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberikan obat amoksisilin dan asam mefenamat ditinjau dari gambaran makroskopik dan mikroskopik. Tiga puluh dua ekor tikus putih jantan dengan berat 150-200 gram dibagi menjadi 2 kelompok secara acak dibuat luka insisi pada linea alba dengan panjang insisi 2 cm dengan kedalaman hingga menembus peritoneum. Tikus Kelompok perlakuan I adalah tikus yang diberikan amoksisilin dengan dosis 150 mg/kg BB/ hari pasca operasi, sedangkan kelompok perlakuan II adalah tikus yang diberikan amoksisilin dosis 150 mg/kg BB/ hari yang dikombinasikan dengan asam mefenamat dengan dosis 45 mg/kg BB/hari pasca operasi selama 3 hari. Pengamatan kesembuhan luka secara makroskopik dilakukan setiap hari selama 14 hari. Pada hari ketujuh dan keempat belas, 8 ekor tikus dari masing-masing kelompok dieutanasi, kemudian kulit lokasi luka insisi dikoleksi untuk pemeriksaan histopatologis. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pemberian amoksisilin dan asam mefenamat mempercepat kesembuhan luka dibandingkan kelompok tikus yang hanya diberi amoksisilin dengan hilangnya tanda kemerahan dan kebengkakan pada hari ke-6. Secara histopatologis tidak terjadi perbedaan yang signifikan terhadap sel epitel, sel radang dan jaringan kolagen luka insisi tikus putih

    Laporan Kasus: Ehrlichiosis Pada Anjing Kintamani Bali

    No full text
    Ehrlichiosis merupakan penyakit penting pada anjing yang disebabkan oleh bakteri intraselular gram negatif dari genus Ehrlichia yang termasuk dalam famili Anaplasmataceae. Seekor anjing kintamani bali diperiksa di Rumah Sakit Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan; lemas, mimisan, nafsu makan dan minum menurun. Hasil pemeriksaan fisik; dari lubang hidung keluar darah encer dan membran mukosa mulut pucat.  Pada kulit ditemukan infestasi capak Rhipicephalus. Pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan terjadi anemia mikrositik normokromik, trombositopenia, leukositosis, dan limfositosis. Pemeriksaan darah dengan test kit menunjukkan positif E. canis. Sehingga anjing kasus didiagnosis menderita ehrichiosis. Pengobatan dengan menggunakan doksisiklin memberikan hasil yang memuaskan
    corecore