5 research outputs found

    Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum dan Sesudah Diterapkan Model Pembelajaran Course Review Horay

    Get PDF
    Sejak terkonfirmasi pertama kali pada akhir Desember 2019 yang terus berlangsung hingga awal Januari 2022, pemerintah Indonesia terus berupaya menerapkan strategi pencegahan Covid-19 antara lain PPKM dan eksklusi sosial. Upaya penurunan angka COVID-19 terus dilakukan oleh pemerintah agar aktivitas sosial kembali berjalan dengan normal, termasuk dalam hal pendidikan. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan ketaatan masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan menyebabkan angka penyebaran COVID-19 akhirnya menurun. Masyarakat mulai beraktivitas normal walau tetap menjalankan protokol Kesehatan, demikian pula siswa sudah mulai diizinkan ke sekolah untuk mengikuti proses kegiatan pembelajaran secara luring. Namun pada saat pelaksanaan sistem pembelajaran, terdapat sebagian besar siswa yang bingung dengan informasi yang diberikan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan masa peralihan yang dialami oleh siswa yang sebelumnya melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring dan kini melaksanakannya secara luring membuat siswa harus beradaptasi kembali. Terlebih lagi, dengan penggunaan media pembelajaran oleh guru terlihat berulang-ulang dan membuat siswa merasa bosan sehingga memberikan dampak terhadap penurunan pencapaian akademik. Maka, model pembelajaran yang kreatif dan inovatif digunakan untuk meningkatkan kembali capaian akademik siswa melalui course review horay. Studi ini bertujuan untuk memastikan apakah terdapat perbedaan hasil belajar tipikal siswa pre- dan post- implementasi model pembelajaran course review horay. Uji-t dua sampel berpasangan adalah pendekatan yang diimplementasikan dalam studi ini. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai rata-rata capaian belajar matematika siswa pre- dan post- penggunaan model pembelajaran course review horay dimana nilai rata-rata siswa lebih tinggi

    Karakteristik Sifat Fisik dan Anatomi Kayu Jati Jawa yang Tumbuh di Kalimantan Timur

    Get PDF
    Dewasa ini banyak dilakukan eksploitasi tumbuhan endemik satu daerah ke daerah lain tanpa memperhatikan efek samping terhadap perubahan sifat tumbuhan tersebut. Salah satu tumbuhan yang dieksploitasi adalah Jati. Tanaman Jati di Indonesia yang dikenal berasal dari jawa banyak ditemukan, dibudidayakan dan dimanfaatkan di luar jawa seperti Kalimantan dan daerah lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik perubahan sifat tanaman Jati, khususnya yang meliputi sifat fisik dan sifat anatomi kayu jati yang berasal dari Jawa dan Jati yang ditanam di Kalimantan Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dan perubahan beberapa sifat kayu yaitu sifat fisika dan sifat anatomi kayu Jati yang ditanaman di Kalimantan Timur bila dibandingkan dengan jati yang berasal dari jawa, dan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kayu jati yang ditanam di Kalimantan Timur kehilangan nilai dekoratifitas kayu dibandingkan jati asal Jawa, yang hal ini juga akan mempengaruhi nilai ekonomi kayu jati asal Kalimantan. Sifat lain yang berbeda yaitu kadar air jati asal jawa sedikit lebih rendah dibandingkan yang ditanam di Kalimantan (10,34% dan 10,48%), demikian pula rataan panjang serat jati asal jawa lebih pendek dibandingkan serat jati asal kalimantan (942,22µm dan 1025,75µm). Sebaliknya sifat pengembangan (2,57-7,09% dan 2,81-5,89%) dan penyusutan (2,46%-7,09% dan 2,70-5,53%) jati asal Jawa lebih besar dibandingkan jati asal Kalimantan, Namun nilai rataan kerapatan kayu yang berpengaruh terhadap kekuatan kayu hampir tidak mengalami perbedaan pada kedua kayu tersebut (0,65 g/cm3 dan 0,64 g/cm3)

    Ciri Makroskopis, Kekerasan dan Berat Jenis Fosil Kayu Asal Desa Purwajaya Kutai Kartanegara

    Get PDF
    The results showed that macroscopically the studied wood fossils had brick red, gray, yellow, brown, and black in the first sample (FKA), and the second sample (FKB) had white, gray, and light brown colors, which this color difference was probably due to the cells being mixed with other inorganic elements even though they were found in adjacent locations. Another observation of the macroscopic features of the two samples indicated that cells were still obviously visible as on normal wood, such as pores, rays, and axial intercellular canal. Based on the characteristics of AIC, it was found to have general features that were often found in several types of wood in the Dipterocarpaceae family. The results of measuring the hardness value, the two fossil samples have the same hardness value, namely 4 Mohs scale. For the meantime, the specific gravity of the FKA and FKB samples were 2.54 and 2.35, respectively.

    Analisa Kerapatan dan Kadar Abu pada Kayu Kapur (Drobalanops sp.) yang Terinfeksi Jamur Pelapuk Putih (Schizophyllum commune)

    Get PDF
    Penelitan ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya mengenai kehilangan berat kayu kapur (Dryobalanops sp) yang diinokulasi menggunakan jamur pelapuk putih (Schizophyllum commune) dengan nilai kehilangan berat kayu sebesar 0,12%. Inokulasi jamur S.commune dilakukan terhadap sampel Kayu Kapur pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dengan masa inkubasi selama 4 minggu, Pengujian nilai kerapatan kayu dan nilai kadar abu dilakukan sebelum dan sesudah inokulasi dengan masing-masing menggunakan standar DIN 32182 dan TAPPI T211 om-93. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya perbedaan yang tidak signifikan pada penurunan nilai kerapatan kayu dan peningkatan nilai kadar abu dari kayu kapur yang diinfeksi oleh jamur S.commune pada masa inkubasi selama 4 mingg

    Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Fosil Kayu Asal Desa Bangun Rejo, Kabupaten Kutai Kartanegara

    Get PDF
    Observation of the macroscopic structure included color, hardness and density, while microscopic observations were carried out through three sections, namely the Transverse, Tangential, and Radial sections, using Stereo Microscope NIKON SMZ 645 and Research Microscope Eclipse E400 (equipped with a Nikon camera). The counted cells were: Pores (diameter, height, number), Rays (height, width, number), and the percentage of cells. The hardness value was calculated by using a rock hardness tester, namely 'Diamond Selector II'. Meanwhile, specific gravity was calculated by using general calculation standard for specific gravity, namely the ratio of mass to volume. The results showed that microscopically the two samples of wood fossils found were hardwood fossils (broad leaf wood) whose species was not yet known, with the characteristics of mostly solitary pores, uniseriate rays with heterogeneous arrangement. Meanwhile, the macroscopic observations of wood fossils FKM1 showed dark brown, light brown and a mixture of red. The second FKM2 showed light brown, yellow and dark brown colors. The hardness both was 4 on the Mohs scale, while the density were 3.25 and 3.04, respectively
    corecore