40 research outputs found

    EJAK EKOLOGI, ENERGI DAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) PADA PEMENUHAN KEBUTUHAN KAYU GERGAJIAN MASYARAKAT KOTA SOLOK

    Get PDF
    Kayu gergajian merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh sektor kehutanan Indonesia. Terkait aktivitas pemenuhan kebutuhan kayu gergajian, beberapa dampak seperti penggunaan energi, potensi emisi GRK dan penggunaan lahan terlihat berhubungan dengan aktivitas tersebut. Keberadaan dampak ini membuat tujuan penelitian dirumuskan menjadi penyediaan informasi tentang hubungan antara konsumsi kayu gergajian dengan tanah, energi, dan potensi emisi GRK. Penelitian dilakukan di Kota Solok dalam rangka meminimalkan kendala selama pelaksanaan penelitian. Wawancara dan survei kemudian digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan metode JE serta beberapa metode lain (seperti yang disampaikan oleh IPCC, KLH, WBCSD dan WRI) dipergunakan pada analisis data. Hasil pelaksanaan penelitian memperlihatkan bahwa pemenuhan kebutuhan 1 m kayu gergajian bagi masyarakat Kota Solok berhubungan dengan keterjadian terhadap penggunaan lahan JE dan potensi emisi GRK (PEGtotal) dengan model yang dihasilkan berupa Y = 0,008 PEGtotal + 0,002 JE + 0,003. Kata kunci : Energy, Jejak Ekologi, Kayu gergajian, Kota Solok, Potensi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Sawn timber was one of the products produced by the Indonesian forestry sector. Several impacts such as energy use, the potential for greenhouse gas emissions and land use appear to be associated with activities to meet the needs of sawn timber. The existence of this effect makes research objectives formulated into the provision of information about relationship between the consumption of sawn timber with land use, energy, and the potential for GHG emissions. Research conducted in Solok City to minimize research constraints. Interview and surveys then used as data collection techniques by JE methods as well as some other methods (such as those presented by the IPCC, KLH, WBCSD and WRI) used in the data analysis. Results showed that the fulfillment of 1 m3 of sawn timbber for Solok City associated with the occurrence of JE land use and the potential for GHG emissions (PEGtotal) with model showed as Y = 0,008 PEGtotal + 0,002 JE + 0,003. Keywords : Energy, Ecological Footprint, Greenhouse Gases Emissions Potential, Sawn Timber, Solok Cit

    STRATEGI PELESTARIAN LUTUNG JAWA (TRACHYPITHECUS AURATUS) DI CAGAR ALAM KECUBUNG ULOLANANG KABUPATEN BATANG

    Get PDF
    Lutung Jawa adalah satwa endemik pulau Jawa dan Bali yang habitatnya semakin terdesak dan terus mengalami penurunan populasi. Upaya konservasi untuk mencegahnya dari kepunahan perlu dilakukan secara tepat dan secepat mungkin. Dukungan data akurat dan terkini tentang kondisi populasi lutung jawa dapat memberikan kontribusi kepada pihak terkait guna menentukan kebijakan pengelolaan di masa mendatang. Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan strategi pelestarian lutung jawa melalui identifikasi kondisi habitat dan populasi lutung jawa, persepsi masyarakat tentang kelestarian dan habitat lutung jawa, dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelestarian habitat lutung jawa. Penelitian dilakukan pada Bulan April-Juli 2017 di Cagar Alam Kecubung Ulolanang. Pengumpulan data populasi dan vegetasi dilakukan melalui observasi (purposive sampling) menggunakan titik terkonsentrasi, data persepsi masyarakat dikumpulkan melalui kuesioner, data kelembagaan dan organisasi dilakukan melalui wawancara dengan petugas lapangan dan pengelola kawasan serta studi literatur. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran populasi lutung jawa di CAKU sebanyak 43 ekor yang terbagi dalam tiga kelompok dan menggambarkan struktur umur yang meningkat. Seks rasio jantan dibanding betina adalah 1:6 dengan angka natalitas adalah 0,7 dan angka mortalitas dari anak ke remaja adalah 0,45 dan dari remaja ke dewasa adalah 0,08. Nilai kepentingan vegetasi tertinggi tingkat semai adalah jenis paku bang (Stenochlaena polustris) 22,85%, tingkat sapihan adalah jenis mlinjo (Gnetum gnemon) 27,31%, tingkat sapihan adalah mahoni (Swietenia mahagoni) 58,5%, dan tingkat pohon adalah jati (Tectona grandis) 49,3%. Persepsi masyarakat Desa Gondang terhadap kelestarian dan habitat lutung jawa adalah positif dan sangat positif. Faktor yang mempengaruhi kelestarian lutung jawa adalah kerapatan pohon pakan (x2). Strategi pelestarian lutung jawa di CAKU adalah (i) pengelolaan habitat (ii) pengelolaan populasi dan (iii) membangun dukungan dengan perum perhutani dalam pelestarian lutung jawa. Kata Kunci : Strategi, Pelestarian, Lutung jawa, Cagar Alam Kecubung Ulolanang. Ebony leaf monkey is an endemic species in Java and Bali. Nowadays its habitat is threatened and the population is decreasing continuously. Conservation efforts to avoid their extinction need to be done accurate and urgently. Up to date data about their population is important to be reported. The main purpose of this research was to analyze ebony leaf monkey conservation strategy through their population and habitat identification, community perception about their sustainability and habitat and also the influential factors to the ebony leaf monkeys conservation. This research was collected in April to Juli 2017 in Kecubung Ulolanang Nature Preservation using survey and observation method (purposive sampling) with concentration count method. The community perception data collected by questionnaires, while institutional and organizational data was collected by interviews with field officers and area managers and also literature study. Data analysis was using quantitative descriptive method. Observation result revealed that the estimated population density, devided in 3 groups and total population sizes were 43 individuals whind indicated the progressive population. The sex ratio of male to females was 1:6 with the natality value was 0,7, and the infant to juvenile mortality value was 0,45 while the juvenile to adult mortality value was 0,08. Species with the highest IVI at seedling growth stage was paku bang (Stenochlaena polustris) 22.85%, at sapling growth stage was mlinjo (Gnetum gnemon) 27.31%, at pole stage was mahogany (Swietenia mahagoni) 58.5% and at the tree stage was teak (Tectona grandis) 49.3%. The Gondang Village community perception of ebony leaf monkey’s conservation and habitat was positive and very positive. The ebony leaf monkey concervation affecting factors was the food trees density (X2). According to the research, the ebony leaf monkey conservation strategy were (i) habitat management, (ii) population management and (iii) gaining support to conserve the ebony leaf monkey with Perum Perhutani. Keyword : Strategy, Conservation, Ebony leaf monkey, Kecubung Ulolanang Nature Preservation

    STATUS KEBERLANJUTAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

    Get PDF
    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan mengharuskan pengelolaan perkebunan yang sesuai dengan asas keberlanjutan. Diperlukan kajian untuk mengetahui penerapan keberlanjutan pada praktek perkebunan kakao di Kabupaten Lampung Selatan. Untuk maksud tersebut maka diperlukan tujuan sebagai berikut (1) menentukan status keberlanjutan pada pengelolaan perkebunan kakao di wilayah Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial; (2) menentukan strategi pengembangan perkebunan kakao yang sesuai di Kabupaten Lampung Selatan. Status keberlanjutan dianalisis dengan memodifikasi metode Rapfish melalui pendekatan MDS (multidimensional scaling). Strategi pengembangan ditentukan melalui analisis SWOT. Kajian pengelolaan perkebunan dijelaskan secara deskriptif dengan membandingkan pengelolaan pada 3 lokasi pengamatan, yaitu Kecamatan Katibung, Kecamatan Merbau Mataram, dan kecamatan Rajabasa. Hasil analisis menunjukkan bahwa dimensi ekologi dan sosial pada Kecamatan Katibung dan Merbau Mataram berstatus cukup berkelanjutan sedangkan dimensi ekonomi berstatus kurang berkelanjutan. Sebaliknya, dimensi ekologi dan sosial pada Kecamatan Rajabasa menunjukkan status kurang berkelanjutan sedangkan dimensi ekonomi berstatus cukup berkelanjutan. Strategi pengelolaan perkebunan yang sesuai untuk dikembangkan adalah memperbanyak pelatihan dengan tema berbeda sesuai kebutuhan kelompoktani serta mengembangkan pengelolaan perkebunan yang terintegrasi dengan ternak. Kata Kunci: kakao, pengelolaan perkebunan, berkelanjutan In accordance to the Regulation of the Republic of Indonesia number 39 of 2014 on Plantations, the management of plantation should apply the principle of sustainability. Study was needed to determine the application of sustainability in the practice of cocoa plantation in South Lampung Regency. For this purpose, the following objectives were needed: (1) to determine the status of sustainability in the management of cocoa plantations in South Lampung Regency based on ecological, economic and social dimensions; (2) to determine the appropriate cocoa plantation development strategy in South Lampung Regency. The status of sustainability was analyzed by modifying the Rapfish method through the MDS (multidimensional scaling) approach. Development strategy was determined through SWOT analysis. The study of plantation management was descriptively explained by comparing the management in 3 locations, namely Katibung District, Merbau Mataram District and Rajabasa District. The results show that the ecological and social dimension of Katibung and Merbau Mataram Districts is quite sustainable while the economic dimension is less sustainable. In contrast, the ecological and social dimension of Rajabasa District shows less sustainable status while the economic dimension is quite sustainable. An appropriate strategy to develop sustainability farming is to expand the training with different themes according to the needs of farmer groups and to develop integrated cocoa plantation management with livestock. Key Words: cocoa, plantation management, sustainabilit

    DINAMIKA Nypa fruticans Wurmb. DI MUARA BANJIR KANAL TIMUR SEMARANGBERDASARKAN BUKTI POLENNYA

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dinamika Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) di muara Banjir Kanal Timur Semarang berdasarkan bukti polennya. Sampel sedimen diambil pada bulan Maret 2014 dengan pengeboran menggunakan bor tangan berdiameter 4 cm sedalam 2 m pada titik koordinat pengeboran: 06° 56’ 26.9” S dan 110° 26’ 41.9” E. Sampel sedimen dipotong tiap 5 cm dan dibuat preparat mikroskopis dengan metode Asetolisis. Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil bahwa telah terjadi dinamika Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) berdasarkan kehadiran polennya pada kedalaman yang berbeda. Polen Nipah ditemukan mulai pada sampel yang terletak pada kedalaman 186 cm (KS200-4), dan kehadiran polen Nipah terakhir di sedimen muara Banjir Kanal Timur Semarang adalah pada sedimen yang terletak pada kedalaman 12 cm dari permukaan (KS50-39) dan tidak ditemukan lagi pada sedimen di atasnya. Kondisi ini berkorelasi keadaan terkini dengan tidak ditemukannya komunitas Nipah di sekitar area muara Banjir Kanal Timur Semarang

    PENILAIAN KESESUAIAN PARIWISATA BAHARI PADA OBJEK WISATA ALAM PULAU LENGKUAS, KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

    Get PDF
    Indonesia memiliki garis pantai terpanjang yaitu sebesar 99.093 km. Sektor pariwisata secara nyata mampu menyumbang secara signifikan terhadap perekonomian suatu negara. Wisata Bahari adalah kegiatan wisata yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya konservasi sumberdaya alam dan lingkungan khususnya di daerah pesisir dan kepulauan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kawasan wisata Pulau Lengkuas dan strategi pengelolaan dan pengembangan pariwisata Pulau Lengkuas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2019 di Pulau Lengkuas, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian menggunakan Indeks Kesesuaian Wisata dan SWOT sebagai strategi pengembangan. Pengumpulan data berdasarkan deskriptif dengan menyebar kuisioner responden masyarakat menggunakan teknik purposive sampling dan responden wisatawan menggunakan teknik accidental sampling. Potensi wisata alam Pulau Lengkuas terdapat pada kondisi fisik pantai yang masih alami, serta jenis kegiatan atau daya tarik wisatanya yaitu berenang dan rekreasi. Hasil menunjukkan bahwa stasiun I, II, dan III sangat sesuai dan pada stasiun IV, V, dan VI sangat sesuai untuk kegiatan wisata kategoriberperahu, banana boat, kano, dan jet ski.Hasil analisis strategi pengelolaan berdasarkan analisis SWOT adalah Strategi pengembanganprogresif atau SO, artinya Pulau Lengkuas dalam kondisi yang sangat baik, sehingga sangat memungkinkan untuk terus melakukan pengembangan potensi Pulau Lengkuas, Kata kunci: Kesesuaian Wisata, Pulau Lengkuas, Strategi. Indonesia has longest a coastline of 99.093 km long. The tourism sector significantly enables to contribute significantly to the economy of Indonesia. Marine Ecotourism is a tourism activity that most of these are an important asset for tourism consider cultural heritage, participation, and welfare of residents and efforts to conserve natural and environmental resources, especially in coastal and island areas. This study aims to determine the suitability of the Lengkuas Island tourist area and the strategy of the management and development of Lengkuas Island object. This research was conducted in February-April 2019 on Lengkuas Island, Sijuk District, Belitung Regency, Bangka Belitung Province. The method used in this study is a research method using the Tourism Suitability Index and SWOT analysis to identify development strategy. Data collection is done by distributing questionnaires to respondents using purposive sampling technique and tourist respondents using accidental sampling technique. The condition for natural tourism in Lengkuas Island is existedon the physical condition of the beach, as well as the types of activities or tourist attractions, mainly swimming and recreation. The results show that Stations I, II, and III are very suitable for tourist activities especially recreation and swimming.Stations IV, V, and VI are very suitable for tourist activities especially boating, banana boating, canoeing and jet skiing. The results of the management strategy analysis based on the SWOT analysis are a progressive or S-O development strategy, it is meaning that Lengkuas Island is in very good condition, so it is very possible to object that can be developeits potential of Lengkuas Island. Keywords:Lengkuas Island, Strategy, Suitability of Touris

    Struktur komunitas plankton perairan Sungai Pendo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus

    Get PDF
    Plankton is an organism that plays a role in determining water productivity. Because it acts as a producer for the life process. It transfers of energy through the food chain in the waters. This study aims to analyze structure of plankton community with physico-chemical factors of the waters along with the level of disturbance in the Pendo River, Mejobo District, Kudus Regency. This research was conducted in February 2020 and it was done by sampling at 6 observation stations. Observation stations are determined based on the "purposive sampling" method. Data analysis used Shannon Wiener diversity index  (H') and eveness index (e). The results showed that the plankton community structure found consisted of Bacillaria sp., Skeletonema sp., Rhizosolenia sp., Synedra sp., Staurastrum sp., Zygnema sp., Keratella sp., Amphipoda, and Cyclops sp. The value of the diversity index (H ') in this research belongs to the low to moderate category (0.58 - 1.78). This value describes a community with a low to moderate level of ecosystem stability. The equalization index (E) ranges from 0.36 to 1.00. This value illustrates that each station has low to high type equalization. The water quality of the Pendo River is based on pH, BOD, DO, phosphate, nitrate, and turbidity values in some research stations  are still not optimal for the growth and life of plankton

    STRATEGI PENGELOLAAN HABITAT PRIMATA DI KAWASAN WISATA TAMAN KERA KHDTK AEK NAULI, KABUPATEN SIMALUNGUN

    Get PDF
    Kawasan Wisata Taman Kera Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KWTK KHDTK) Aek Nauli merupakan habitat siamang, beruk dan monyet ekor panjang sebagai penunjang Danau Toba sebagai KSPN super prioritas I. Siamang merupakan primata arboreal endemik Sumatera dengan status langka dan dilindungi. Hampir sepanjang tahun, beruk dan monyet ekor panjang yang merupakan primata semi arboreal mengalami kekurangan pakan sehingga keluar dari habitatnya dan beradaptasi perilaku menjadi hama pertanian dan pengemis makanan di pinggir jalan. Tujuan utama penelitian ini adalah penentuan strategi pengelolaan berkelanjutan habitat primata melalui identifikasi populasi primata, kondisi habitat, persepsi masyarakat yang akan menjadi informasi dasar strategi pengelolaan habitat. Penelitian dilaksanakan pada pertengahan Mei – pertengahan Agustus 2018. Pengumpulan data menggunakan metode observasi (purposive sampling), ukuran populasi primata dengan metode titik terkonsentrasi, identifikasi vegetasi dengan metode garis berpetak (line transect), persepsi masyarakat melalui kuesioner, data kelembagaan dan organisasi melalui wawancara dengan petugas lapangan dan pengelola kawasan, dan studi literatur. Analisis data dilakukan dengan deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa siamang terdapat satu kelompok, seks rasio 1:1, natalitas 1, angka mortalitas berdasarkan struktur umur tidak dapat ditentukan. Beruk terdapat tiga kelompok dengan 66 individu, seks rasio 1:1,21, natalitas 1, mortalitas anak-remaja o,o5 dan remaja-dewasa 0,14. Monyet ekor panjang 23 individu dalam 3 kelompok, seks rasio 1:2,67, natalitas 0,625, mortalitas anak-remaja 0,2 dan remaja-dewasa 0,4. Vegetasi penyusun teridentifikasi 78 spesies dalam 39 family. Jenis dominan pada kelas pohon beringin (Ficus grossularoides Burm.f.) 17,05%, kelas tiang simarandaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) 11,67%, kelas pancang demban-demban (Piper aduncum L) 15,11% dan pada tingkat semaian/tumbuhan bawah demban-demban (Piper aduncum L) 14,3%. Persepsi masyarakat Huta IV, Desa Sibaganding sangat positif dan positif. Faktor yang paling signifikan dalam pengelolaan habitat primata adalah pengayaan pakan habitus buah (X1). Strategi pengelolaan habitat primata di KWTK KHDTK Aek Nauli adalah a. Pengayaan pakan habitus buah, b. Sosialisasi kepada masyarakat dan c. Pengelolaan populasi. Kata Kunci: primata, habitat, pengelolaan, Kawasan Wisata Taman Kera Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Aek Nauli Apes Park Tourism Area Forest for Special Purpose Aek Nauli is a habitat for siamang, pig-tailed macaques and long-tailed monkeys to support Lake Toba as a top priority National Tourism Strategic Area. Siamang is an arboreal primate endemic to Sumatra with rare and protected status. For most of the year, macaques and long-tailed monkeys, which are semi arboreal primates, got a shortage of feed, leaving their habitat and adapting behavior to agricultural pests and food beggars. The main objective of this study was to determine the strategies for sustainable management of primate habitats through identification of primate populations, habitat conditions, community perceptions that would become basic information on habitat management strategies. The study was conducted in mid-May - mid-August 2018. Data was collected by observation method (purposive sampling), primate population with concentrated point method, vegetation identification with line transect method, community perception with questionnaires, institutions and organizations through interviews with field officers and area managers, and literature studies. Data analysis was done by quantitative descriptive. Based on the results, siamang one group, sex ratio 1:1, natality 1, mortality rates based on age structure could not be determined. Pig-tailed macaques in three groups with 66 individuals, sex ratio 1: 1.21, natality 1, mortality of children o, o5 and adolescents 0.14. Long-tailed macaques 23 individuals in 3 groups, sex ratio 1: 2.67, natality 0.625, mortality of children 0.2 and adolescents 0.4. Vegetation identified 78 species in 39 families. The dominant type of tree class beringin (Ficus grossularoides Burm.f.) 17.05%, the pole class are simarandaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) 11.67%, the peg class are demban-demban (Piper aduncum L) 15.11% and seedling / Underwood are demban-demban (Piper aduncum L) 14.3%. The perception of the Huta IV local community, Sibaganding Village is very positive and positive. The most significant factor in the management of primate habitat is to enrichment of feed of fruit habitus (X1). Primate habitat management strategy at KWTK KHDTK Aek Nauli are: a. Feed enrichment of fruit habitus, b. Socialization to the local community and c. Population management. Keywords: primates, habitat, management, Tourism Area of Primate Park Forest With Special Purpose Aek Naul

    STRATEGI KONSERVASI TERINTEGRASI ANTAR KELEMBAGAAAN DALAM MENDUKUNG PELESTARIAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DI KABUPATEN BOYOLALI

    Get PDF
    Kawasan konservasi diantaranya Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) sebagai benteng terakhir kawasan hutan yang memiliki manfaat secara ekologis, sosial dan ekonomi baik untuk lingkup lingkungan lokal maupun global. Hal tersebut perlu mendapat perhatian dan dukungan tidak hanya pengelola kawasan namun juga integrasi peran lembaga-lembaga terkait. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa persepsi dan keterlibatan atau peran pemerintah daerah dan lembaga terkait serta menyusun strategi terintegrasi antar kelembagaaan terkait dalam mendukung pelestarian kawasan TNGMb di Kabupaten Boyolali. Metode penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif dalam menentukan persepsi dan peran kelembagaan serta analisis SWOT digunakan dalam penentuan strategi konservasi terintegrasi antar kelembagaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelembagaan yang ada di Pemda, POLRI, swasta, dan kelompok masyarakat di Kabupaten Boyolali memiliki persepsi yang baik tentang kawasan TNGMb yait terkait potensi sumber daya alam dan pengelolaan kawasan di TNGMb dengan prosentase sebesar 73,91%. Tingkat keterlibatan kelembagaan dikategorikan masih rendah dengan rata-rata sebesar 65,89% baik dalam aspek konservasi/lingkungan, sosial budaya, ekonomi maupun organisasi. Peranan stakeholder lembaga dalam mendukung pelestarian TNGMb hanya sebatas pelibatan program dan kegiatan yang merupakan implementasi kebijakan pengelolaan TNGMb yang bersumber pada anggaran APBN Kementerian LHK melalui Balai TNGMb, dan belum memadukan program antar sektor yang diinisiasi dan dianggarkan oleh masing-masing lembaga. Strategi peran terintegrasi antar kelembagaan dalam mendukung pengelolaan TNGMb yaitu (1) Mensinergikan kebijakan dan program pembangunan didaerah penyangga TNGMb dengan pengelolaan kawasan TNGMb; (2) Mengintegrasikan pengelolaan potensi wisata di dalam dan luar kawasan berbasis masyarakat melalui pengembangan tata ruang wisata daerah; (3) Pembentukan forum multisektoral dalam mendukung pengelolaan kawasan TNGMb dan sekitarnya; (4) Mitigasi gangguan atau bencana kawasan TNGMb secara kolaboratif; (5) Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan TNGM dengan melibatkan stakeholder lembaga terkait; (6) Inventarisasi potensi di dalam dan luar kawasan serta penyusunan desain tapak wisata alam di zona pemanfaatan melibatkan masyarakat; (7) Pengembangan kawasan penyangga TNGMb; (8) Peningkatan sadar lingkungan kawasan TNGMb lintas sektor; (9) Pengaktifan kembali forum pemanfaat air dalam TNGMb; (10) Peningkatan kapasitas SDM stakeholder mitra demi pengelolaan kawasan yang efektif. Kata kunci : Taman Nasional Gunung Merbabu, kelembagaan, konservasi, Boyolal

    Metode Pengendalian Wideng (Sesarma spp) Hama Bibit Mangrove melalui Kegiatan Budidaya Kepiting Bakau Scylla spp

    Get PDF
    Reboisation is one strategy to anticipate global warming that most easily performed. This re-planting activity is very urgent to be conducted in mangrove areas, since the impact of global warming are very profound at the coastal and lowland areas. Its implementation has been done, but failures are still high. One of the causes often found in the field is pests. Its efficient and effective control are still faces various obstacles. Wideng (Sesarma) is very often perform as pest to the mangrove propagules, therefore could affect the community structure. It is therefore important to establish conceptual study and research on wideng control, especially those that are able to promote participation and benefit the community. One potential control is to empower its natural predators, the mud crab Scylla. The purpose of this research is to analyze the level of Scylla predation, namely of total prey consumed, prey size and prey density presentation. It is also intended to determine weight gain and predation behavior by Scylla. Two units of the test cage were placed in the pond in Tapak Tugurejo Semarang with Complete Randomized Design (3 treatments and 5 replications). Data on predation tests are descriptively and statistically analyzed using JMP software, whereas the study of behavior was analyzed descriptively. The results demonstrated that Scylla is able to prey and consume wideng namely the life ones. Scylla perform no respecter of prey body size, since wideng of small body size (2-3 cm), preferably the same to the moderate size (4-5cm) and large size (> 5 cm). The level of consumption gives a high weight gain for Scylla, between 182 - 197% in just 6 days. In term of presentation of the treatment, showed that wideng really liked the presentation of the feed lot at once rather than presenting a slightly but gradually. Finally, feeding on Scylla with wideng through cultivation, particularly in fattening purposes, using wideng is reasonable and flexible to be applied for fishermen. This concept, together with other control components (components of a dissertation study of the author), is very supportive on the wideng control whiles provide economic benefits to the society aton

    EKSPLORASI POTENSI PLANKTON DALAM UPAYA KONSERVASI PADA KOMUNITAS HUTAN MANGROVE DI PANTAI SURODADI, DEMAK

    Get PDF
    Komunitas plankton dalam skala waktu populasinya senantiasa berubah dan terdapat pola yang khas. Hal yang menentukan adalah ketersediaan pakan dan hara. Manton akan tinggal dalam waktu dan tempat yang terbatas di komunitas mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk inemperoleh data kemelimpahan serta keanekaragaman plankton, menentukan jenis jenisplankton yang dominan serta menentukan pola sebaran plankton pada komunitas mangrove di Pantai Surodadi, Demak Sampel diambil 3 kali ulangan yang mewakili komunitas mangrove yang ada, yaitu depan tegaican mangrove (berhadapan dengan laut), tengah (dalam hutan mangrove) dan belakang (yang berhadapan dengan daratan). Pengambilan sampel air dilakukan dengan mengunakan ember volume 10 liter. Sampel air disaring dengan plankton net nomor 30. Sampel air yang terkumpul pada bucket dipindahkan ke dalam botol sampel dan difiksasi dengan formalin 4 %. Pengambilan sampel diulang 6 kali selama 6 bulan. Sampel diidentifikasi jenis fitoplanktonnya dengan buku determinasi dan identifikasi. Jenis-jenis fitoplankton yang di temukan dianalisis menggunakan analisis simianr komunitas dari Krebs yang meliputi Indeks kemelimpahan relatif, Indeks keragaman jenis dan Indeks perataan jenis. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kemelimpahan dan keanekaragaman plankton hampir sama pada komunitas mangrove di Pantai Surodadi, Demak. Tidak jenis plankton yang mendominasi, sehingga sernua jenis yang ada mempunyai kesempatan untuk hidup yang sama. Jurusan Biologi, Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Diponegoro 2 Jurusan Biologi, Fakultas Matematikan dan Ihnu Pengetahuan Alam, Universitas Diponegoro The community of plankton on time scale always he changed and has certain patterns. The most important thing in this pattern is the sufficiency offOod and nutrients. plankton will live in a place and certain time in mangrove communities to move on other places. The aims of this research is to find the seasonal fluctuation of plankton, to get the diversity of plankton. Besides; this research can he used to determine plankton certain fluctuation pattern in mangrove condition and to find dominant types of plankton. In this study, samples of water were taken from 3 kinds of mangroves, i.e : front of mangrove, middle and behind mangrove. There are 5 sampling point in each location: I in center , 2 in front of mangrove and 2 behind mangrove. A Conventional plankton net with 30 yin mesh size were deployed Iii preserved the water sample, Ihrmalyn 4 % concentration was added into each bottle. Samples were conducted 6 times on 6 months. Samples were sent to Ecology and Biosystematics lahoraany to be identified about the type of plankton using determination and identification books. The identified plankton is analyzed with Krebs' community structure analyze which contain diversity index (DO, abundance index (H) and average index (e). The results of observation showed that there are same richness and abundance of plankton at all mangrove communities, the dominant species were not found during this research
    corecore