44 research outputs found

    Analisis Kadar Akrilamida Dalam Sediaan Roti Kering Secara KCKT

    Get PDF
    Akrilamida merupakan zat yang berbahaya dan berpotensi menyebabkan kanker pada sekitar 2% kasus tiap tahun di dunia. Akrilamida biasanya ditemukan pada makanan yang diproses menggunakan suhu tinggi (di atas 150ºC), misalnya pada roti kering. Penetapan kandungan akrilamida dalam sediaan roti kering yang beredar di wilayah Jakarta Timur telah dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Preparasi sampel dilakukan dengan teknik ekstraksi menggunakan pelarut diklorometan dan etanol (1:15). Pengukuran kadar akrilamida dilakukan dengan kolom C18 (reverse phase) dengan detektor UV-Vis pada panjang gelombang 210 nm dengan fase gerak asam fosfat 85% dalam asetonitril:air (5:95), laju alir 0.5 ml/menit. Hasil analisis menunjukkan waktu retensi yang dibutuhkan untuk mengelusi akrilamida adalah 7.1 menit, dengan koefisien variasi 0.67% dan presisi sebesar 0,38%, 0,74% dan 0,21% serta uji perolehan kembali 98,18%. Pembuatan kurva kalibrasi pada rentang konsentrasi 0,1-1,6 μg/ml menghasilkan koefisien linieritas 0.999982 dan batas deteksi 0.0126 μg/ml serta batas kuantitasi 0.0420 μg/ml. Kadar akrilamida untuk ketiga sampel produk roti kering yaitu 0.0541 ± 0.0270 (sampel 1); 0.0851 ± 0.0629 (sampel 2); and 0.3445 ± 0.2539 μg/g (sampel 3). Kadar akrilamida pada masing-masing sampel masih berada di bawah ambang batas standar yang dikeluarkan FDA

    Spesifitas dan Sensitifitas Antibodi Anti eRF3 Ragi Saccharomyces cerevisia

    Get PDF
    Protein eRF3 (eukaryotic release factor-3) merupakan salah satu protein yang berperan padaproses terminasi translasi. Protein ini bersama-sama dengan eRF1 (eukaryotic release factor-1) saling berinteraksi membentuk kompleks release factor dalam memediasi pelepasan rantaipolipeptida dari ribosom. Untuk memahami mekanisme terminasi translasi dalam sistemeukariot telah dilakukan studi struktur fungsi eRF1 yang dilanjutkan dengan studi interaksi invitro eRF1 mutan dan eRF1 wild type dengan eRF3. Namun demikian, hasil deteksi dari studiinteraksi in vitro sulit terdeteksi secara kuantitatif. Untuk dapat mengkuantisasi pita-pitaeRF3 hasil studi interaksi in vitro diperlukan antibodi anti eRF3. Konstruksi antibodi antieRF3 telah dilakukan, tetapi antibodi ini belum terkarakterisasi dengan baik. Tahapanselanjutnya dilakukan analisa Western blot dengan cara mengukur tingkat spesifitas dansensitifitas antibodi anti eRF3 terhadap protein eRF3. Spesifitas antibodi ditentukanberdasarkan kemampuan antibodi ini dalam mengenali epitop protein eRF3 dari berbagaiprotein yang terdapat pada crude extract ragi, sedangkan sensitifitasnya ditentukan melaluivariasi jumlah antigen (eRF3) yang berinteraksi dengan antibodi tersebut. Hasil analisaWestern blot menunjukkan spesifitas antibodi anti eRF3 masih relatif baik dimana antibodiini mampu mengenali epitop protein eRF3 yang ditandai dengan munculnya pita tunggal(76,6 kDa) setelah antibodi ini direaksikan dengan crude extract ragi yang mengandungprotein eRF3. Sensitifitas antibodi ini juga relatif tinggi, karena antibodi ini mampumendeteksi protein eRF3 hingga jumlah yang relatif rendah (0,77 ng). Namun demikianantibodi ini belum cukup mampu mendeteksi protein eRF3 yang secara alamiah terdapat padacrude extract ragi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena level ekspresi eRF3 dalamsel ragi yang relatif rendah jika dibandingkan dengan protein ribosom

    Perbedaan Profil Protein Produk Olahan (Sosis) Daging Babi Dan Sapi Hasil Analisa SDS-PAGE

    Get PDF
    Meningkatnya kebutuhan konsumsi protein hewani, khususnya daging tidak luput dari beragammasalah, di antaranya kekhawatiran adanya kandungan babi sebagai bahan baku dalam produk olahan(sosis). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil protein daging sapi dan babi dalamkeadaan mentah dan produk olahan (sosis) berdasarkan karakteristik berat molekul (BM) sebagai dasaruntuk pengembangan metode analisa kehalalan pangan. Penelitian diawali dengan isolasi protein daridaging mentah (sapi dan babi) dan sosis (sapi dan babi) yang meliputi sosis komersil dan olahansendiri. Isolat protein yang dihasilkan dari masing-masing sampel dikarakterisasi dengan SodiumDodecyl Sulphate Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE) 10%(v/v) untuk mengetahui BM(kDa) protein terlarut. Penghitungan BM dilakukan melalui regresi linear y =-0,9259x+2,2188 denganR2=0,9662, yang diperoleh dari protein standar sebagai marker. Hasil penelitian yang dilakukanmenunjukkan terdapat 3 pita spesifik pada sapi mentah yang tidak dimiliki babi mentah yaitu pada Rf0,29; 0,71; dan 0,88 dengan BM sekitar 89,2 kDa; 36,4 kDa dan 25,3 kDa. Selain itu pada sosis sapikomersil ditemukan pita tebal dengan BM sekitar 45,1 kDa dan pada sosis babi komersil ditemukanpita tebal dengan BM sekitar 69 kDa. Secara keseluruhan, pada sampel sosis, protein yang terkandungsulit untuk dikarakterisai dengan elektroforesis SDS-PAGE karena sebagian protein tersebut telahterdegradasi

    Optimization of Soy Protein Hydrolysis with Papain Enzyme and Its Cytotoxic Activity Against MCF-7 Cancer Cells

    Get PDF
    Soybean is a source of vegetable protein that is rich in nutrients and a source of producing anticancer bioactive peptides. This study aims to determine the optimum conditions for hydrolysis of soybean protein with papain enzyme and their cytotoxicity against the MCF-7 cells. Soybean protein was isolated using an acid precipitation technique. Then, the protein isolate was hydrolyzed using papain enzyme with variations of papain concentration 0,5; 1; and 5% (v/v) and variations of incubation time 0, 1, 2, 3, and 4 hours at 50 °C. The hydrolysates were tested for their degree of hydrolysis (%DH), molecular weight profile using SDS-PAGE, and cytotoxicity against the MCF-7 cells through an in-vitro assay. The most active hydrolysate was fractionated using Sephadex G-15 and characterized by the molecular weight by LCMS/MS. The result showed that the optimum condition for hydrolysis was 1% (v/v) of enzyme concentration and 3 hours of incubation time with a %DH value of 3.01%. Based on the SDS-PAGE result, the hydrolysate had protein bands in a lower range (<25 kDa). That hydrolysate has cytotoxicity with an IC50 value of 1.87 mg/mL, and the molecular weight of its bioactive peptide is 7.70 kDa

    Uji Potensi Aktivitas Anti Kanker Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

    Full text link
    Has been done research to know anticancerpotencial activity from fragrant screw pine leaf extractapplies method Brine Shrimp Lethality Test ( BSLT).Extract is made by the way of macerate to apply threekinds of solvent, that is butanol, ethyl acetate, and etherpetroleum. Toxicity test is done by using prawn larvaArtemia salina Leach which age 48 hours. Toxic effecteach extract is identified with presentase death of prawnlarva applies probit analysis (LC50). Active extract thenis tested its the phytochemistry content and compoundbioa1(fi! suggested applies GC-MS. Result of his (itsshowing ethyl acetate extract to have the character oftoxic ( LC50 : 288,4 ppm). The toxic compounds whichpredietion.implied in ethyl acetate extract is terpenoidsand steroid

    Uji Toksisitas Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui toksisitas dari ekstrak daun pandan wangimenggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Ekstrak dibuat dengan cara maserasimenggunakan tiga macam pelarut, yaitu butanol, etil asetat, dan petroleum eter. Uji toksisitasdilakukan dengan menggunakan larva udang Artemia salina Leach yang berumur 48 jam. Efektoksik masing-masing ekstrak diidentifikasi dengan presentase kematian larva udangmenggunakan analisis probit (LC50). Ekstrak aktif kemudian diuji kandungan fitokimianya dansenyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan GC-MS. Hasilnyamenunjukkan ekstrak etil asetat bersifat toksik (LC50 : 288,4 ppm). Senyawa yang terkandungdalam ekstrak etil asetat adalah senyawa terpenoid dan steroid

    Profil Dan Karakteristik Lemak Hewani (Ayam, Sapi Dan Babi) Hasil Analisa FTIR Dan GCMS

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian tentang analisa profil dan karakteristik beberapa lemak hewani sebagaistudi pendahuluan dalam rangka pengembangan metode analisa kehalalan pangan. Samplingdilakukan terhadap tiga jenis sampel jaringan lemak hewani yang meliputi lemak ayam, lemak sapidan lemak babi. Sampel jaringan lemak ayam dan sapi diperoleh dari pasar tradisional sedangkansampel jaringan lemak babi diperoleh dari Rumah Pemotongan Hewan di daerah Jakarta Timur.Masing-masing sampel jaringan lemak diekstrak dengan pemanasan langsung dan selanjutnyadianalisa sifat fisikokimianya meliputi bobot jenis, indeks bias, titik leleh, bilangan asam, bilanganiod dan bilangan penyabunan. Analisa lebih lanjut dilakukan dengan metode FTIR (FourierTransform Infra red) dan GCMS (Gas Chromatography Mass Spectromtery) untukmengidentifikasi spesifitas masing-masing lemak berdasarkan pola serapan gugus fungsi dankomposisi asam lemaknya. Hasil analisa sifat fisikokimia yang diperoleh menunjukkan bahwa tidakterdapat perbedaan yang cukup signifikan untuk masing-masing sampel lemak kecuali untuk titikleleh, bilangan iod dan bilangan penyabunannya. Hasil analisa FTIR menunjukkan adanyaperbedaan pola serapan yang khas pada daerah 3010, 1110-1095 dan 975-965 cm-1 yangmerepresentasikan tingkat perbedaan komposisi asam lemak pada masing-masing sampel. Hal inidiperkuat dengan hasil analisa GCMS yang membuktikan adanya perbedaan kandungan SFA(saturated fatty acid), MUFA (monounsaturated fatty acid) dan PUFA (polyunsaturated fattyacid) pada ketiga sampel

    Analisis Tingkat Kerusakan Lemak Nabati Dan Lemak Hewani Akibat Proses Pemanasan

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas dan tingkat kerusakan lemak nabati dan lemakhewani akibat proses pemanasan pada suhu tinggi. Beberapa lemak nabati dan lemak hewani yangdijadikan sampel dalam penelitian ini meliputi minyak goreng curah, minyak goreng kemasan, minyakikan, margarine, lemak babi, lemak sapi, lemak ayam dan minyak zaitun. Masing-masing sampeldipanaskan pada suhu 110oC selama 30 menit, selanjutnya stabilitas dan tingkat kerusakannnyadianalisis dengan mengukur kadar radikal bebas melalui analisis malondialdehid dengan metodekolorimetri dan komposisi asam lemak jenuh (saturated fatty acid), asam lemak tak jenuh tunggal(mono unsaturated fatty acid) serta asam lemak tak jenuh ganda (poly unsaturated fatty acid) denganmenggunakan Gas Chromatography Mass Spectrofotometry (GCMS). Hasil penelitian menunjukkanbahwa kandungan radikal bebas sebagai parameter kerusakan lemak pada masing-masing sampelrelatif berbeda dimana pada minyak ikan dihasilkan radikal bebas sebesar 40 μmol/L, sedangkan padaminyak goreng curah sebesar 25 μmol/L, minyak goreng kemasan 20 μmol/L, margarine 16 μmol/L,minyak zaitun 30 μmol/L, lemak ayam 37 μmol/L, lemak sapi 18 μmol/L dan lemak babi 31 μmol/L.Hasil analisa GCMS menunjukkan bahwa kandungan asam lemak jenuh terbesar diperoleh padasampel lemak sapi (65.53%), sedangkan asam lemak tidak jenuh ganda terbesar diperoleh pada minyakikan sebesar 30.24%. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kerusakan lemak pada masing-masingsampel sangat dipengaruhi oleh kandungan awal asam lemak tak jenuh ganda yang terdapat padamasing-masing sampel seperti pada minyak ikan dimana komposisi asam lemak tidak jenuh gandarelatif lebih besar dibandingkan dengan yang lain
    corecore