2 research outputs found
KONSEPSI LANGGAR SEBAGAI RUANG SAKRAL PADA TANEAN LANJANG
Abstract: Research on Langgar as a sacred place in Tanean Lanjang has done as its role in the settlement in Madura. This research aims to explore the role of Langgar in Tanean Lanjang. Methods used in data collecting are a field survey and studies of literature on the architecture of religious islamic buildings. The analysis focused on architectural form and traditional elements in Madura traditional settlement to get the conclusion on the comprehension of the role of Langgar in Tanean Lanjang. Langgar has an important meaning to people who are living in Madura as a center of activities for men in transferring religious values. It is also a place for living at noon and sleeping at night, a place for receiving guests, a place for daily praying, as well as a place to store the agricultural products. Langgar is a main sacred place in every settlement in Madura.Keywords: langgar, sacred place, Tanean LanjangAbstrak: Penelitian langgar sebagai ruang sakral pada Tanean Lanjang berawal dari fenomena keberadaannya di setiap rumah yang berada di Madura. Penelitian ini bertujuan agar peran Langgar terhadap Tanean Lanjang lebih dikenal. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengumpulan data melalui studi literatur mengenai arsitektur langgar atau masjid dan survei , metode analisis dengan fokus kajian pada bentuk arsitektur dan elemen tradisional permukiman Madura, dan metode menarik kesimpulan untuk memahami pentingnya pemaknaan langgar pada permukiman Tanean Lanjang. Langgar memiliki arti yang penting bagi masyarakat Madura. Langgar berfungsi sebagai pusat aktivitas laki-laki, yaitu transfer nilai religi, sebagai tempat bekerja pada siang hari, tempat menerima tamu, tempat istirahat dan tidur laki-laki, serta dipakai untuk melakukan ritual keseharian dan juga sebagai gudang hasil pertanian. Langgar menjadi ruang vital yang harus ada di setiap rumah, dalam sistem permukiman masyarakat Madura dan menjadi ruang sakral.Kata kunci: langgar, ruang sakral, Tanean Lanjan
LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN TRADISIONAL TIONGHOA PERANAKAN DI BATAM
Di Indonesia, Budaya Tionghoa Peranakan banyak tersebar di daerah Sumatera dan
Jawa. Budaya tersebut lahir karena para pria dari perantauan Tiongkok menikah
dengan wanita setempat. Pernikahan tersebut menghasilkan budaya-budaya yang unik
sesuai dengan kearifan lokal yang ada di tempat mereka berada, seperti Tionghoa
Benteng, Tionghoa Melayu, Tionghoa Padang, dan lain sebagainya. Nilai tradisional
dari Budaya Tionghoa Peranakan lebih ketionghoaan dari pada Budaya Tionghoa bagi
mereka yang masih totok tetapi sudah merantau di Indonesia.
Tionghoa Peranakan adalah bagian dari budaya Indonesia yang indah dan begitu
melimpah dengan makna sosio-historis dalam warna-warni suku bangsa Indonesia.
Keunikan keberadaan Tionghoa Peranakan itu dikontraskan dengan catatan jurnalistik
tentang imigran gelap dari Tiongkok yang membanjiri Asia Tenggara dan Indonesia
pada millenium ketiga. Percampuran dan meleburnya Peranakan Tionghoa di
Nusantara membuktikan adanya kohesi yang sebetulnya kuat di akar rumput, tetapi
kerap dikelola sebagai dagangan politik untuk memecah belah dan membangkitkan
prasangka.
Pusat Pengembangan Kebudayaan Tradisional Tionghoa Peranakan di Batam
merupakan wujud suatu wahana untuk mengajak masyarakat lebih menghargai
budaya yang khas tersebut. Hal ini dapat terjadi karena di Batam tempat yang
berfungsi sebagai sarana edukasi budaya sangat minim. Minimnya fasilitas
menyebabkan pengembangan tentang kebudayaan menjadi terhambat.
Pusat Pengembangan Kebudayaan Tradisional Tionghoa Peranakan diharapkan
mampu menciptakan suasana tempo dulu dalam segi penataan tata ruang dan tata
bentuk yang selaras, serasi dan seimbang berdasarkan pendekatan Regionalisme.
Pengunjung yang mengunjung tempat tersebut juga dapat merasakan suasana yang
berbeda.
Arsitektur tradisional Tionghoa Peranakan adalah arsitektur yang berakar dari hasil
turunan antara arsitektur tradisional Tionghoa dengan arsitektur tradisional setempat.
Arsitektur tradisional setempat yang dimaksud adalah tempat dimana orang Tionghoa
berbaur dan permukiman mereka telah berasimilasi dengan budaya setempat.
Misalnya, orang Tionghoa yang bermukim di daerah Jawa yang menikahi wanita
setempat, sehingga tradisi kehidupan mereka juga berubah, seperti tempat tinggal
mereka.
Regionalisme dalam arsitektur merupakan suatu gerakan dalam arsitektur yang
menganjurkan penampilan bangunan yang merupakan hasil senyawa dari
internasionalisme dengan pola cultural dan teknologi modern dengan akar, tata nilai
dan nuansa tradisi yang masih di anut oleh masyarakat setempa