27 research outputs found

    Jenis Mineral Lempung Endapan Kuarter Pantai Semarang Jawa Tengah dan Potensinya sebagai Lumpur Pemboran

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik litologi endapan Kuater Pantai Semarang yang meliputi komposisi mineralogi, distribusi serta potensinya sebagai bahan lumpur bor. Komposisi mineralogi ditentukan dengan menggunakan scanning electron microscope (SEM). Untuk mengetahui potensi sebagai lumpur bor ditentukan berdasarkan uji rheology dan filtration loss. Dari hasil analisis menunjukkan sedimen Kuater Pantai Semarang didominasi oleh endapan lempung dengan sedikit lanau pasiran yang terbentuk oleh proses pengendapan secara suspensi. Secara mineralogis, jenis mineral lempung yang dijumpai di daerah telitian sangat bervariasi. Dari analisis SEM menunjukkan jenis mineral lempung yang dijumpai antara lain kaolinit, illit dan campuran montmorilonit- illit. Berdasarkan hasil uji rheology menunjukkan pembacaan deal reading 600 RPM nilai yang dominan = 4, harga viskositas plastis = 1, nilai yield point = 2 dan nilai gel strength 10 menit = 1. Berdasarkan uji filtration loss menunjukkan volume air yang keluar rata-rata 188 ml, tebal kerak lumpur rata-rata 0,65 cm dan pH = 8. Berdasarkan uji rheology dan filtration loss dapat disimpulkan bahwa mineral lempung di daerah telitian tidak memenuhi kualifikasi untuk dipergunakan sebagai lumpur pemboran.The objectives of this study are to identify lithological characteristics of the Quaternary Sediments in the Semarang Coast including mineralogical composition, distribution and its potency as drilling mud. Mineralogical composition is determined using scanning electron microscope (SEM). The potency as drilling mud is identified based on rheology and filtration loss tests. Based on this study shows that this sediment is predominantly composed of clay-size material with minor sandy silt-size grain deposited by suspension process. Mineralogically, there are some clay mineral type in the study area based on SEM analysis, they are kaolinite, illite and mixed montomorillonite-illite.Based on rheology test showed that the value of deal reading 600 RPM = 4, plastic viscosity = 1, yield point = 1 and gel strength at 10 minute = 1. Based on filtration loss showed the average volume expelled water = 188 ml, the average thickness of mud cake = 0.65 cm and pH = 8. Based on rheology and filtration loss tests can be concluded that clay sediment in the study area can not be used as mud drilling material

    Potensi Shale Hydrocarcon Formasi Brown Shale, Cekungan Sumatra Tengah Berdasarkan Data Log Mekanik

    Get PDF
    Formasi Brown Shale merupakan batuan induk utama hidrokarbon di Cekungan Sumatra Tengah. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi potensi formasi tersebut sebagai batuan induk hidrokarbon dan implikasinya dalam eksplorasi shale hydrocarbon berdasarkan data wireline log. Evaluasi yang dilakukan meliputi penentuan ona prospek (shale  play), evaluasi kandungan material organik (TOC) untuk mengetahui tingkat kekayaan batuan induk dan evaluasi tingkat kematangannya. Tiga sumur, Sumur Gamma, Jeta dan Kilo dievaluasi dengan menggunakan Metoda Passey (1990) dan Bowman (2010) . Log Gamma Ray, Resistivitas, Sonic, Netron dan Densitas digunakan dalam studi ini.Dari hasil analisis menunjukkan Formasi Brown Shale yang tertembus oleh ketiga sumur tersebut tersusun oleh perselingan batulempung dan batulanau yang mengindikasikan mempunyai prospek sebagai batuan induk dengan tingkat kekayaan material organik miskin sampai kaya dan telah mencapai tingkat kematangan hidrokarbon. Kandungan TOC pada Sumur Gamma berkisar antara 2-8%(kaya) dan tingkat kematangan minyak dicapai pada kedalaman 6550 ft. Kandungan TOC pada Sumur Jeta berkisar antara 0-7%(miskin-kaya) dan tingkat kematangan minyak dicapai pada kedalaman 8550 ft. Kandungan TOC pada Sumur Kilo berkisar antara 0-9%(miskin-kaya) dan tingkat kematangan minyak dicapai pada kedalaman 8100 ft.Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan Formasi Brown Shale yang tertembus oleh ketiga sumur di daerah telitian mempunyai potensi yang baik sebagai batuan induk hidrokarbon dan shale hidrokarbon.The Brown Shale Formation is the main hydrocarbon sourcerock in the Central Sumatra Basin. This study aims to evaluate the potential of these formations as hydrocarbon bedrock and their implications in shale hydrocarbon exploration based on wireline log data. The evaluation includes determining the prospect of shale play, evaluating the total organic content (TOC) to determine the level of source rock wealth and evaluating its level of maturity. Three wells, Gamma Well, Jeta and Kilo were evaluated using the Passey (1990) and Bowman (2010) method. Gamma Ray, Resistivity, Sonic, Neutron and Density logs were used in this study. From the results of the analysis showed that the Brown Shale Formation penetrated by the three wells was composed by claystone and siltstone intervals which indicated having prospects as a source rock with poor organic to rich material levels. and has reached the level of hydrocarbon maturity. The TOC content in the Gamma Well ranges from 2-8% (rich) and the level of oil maturity is reached at a depth of 6550 ft. The TOC content in the Jeta Well ranges from 0-7% (poor-rich) and the level of oil maturity is reached at a depth of 8550 ft. The TOC content in the Kilo Well ranges from 0-9% (poor-rich) and the level of oil maturity is reached at a depth of 8100 ft. Based on these results shows the Brown Shale Formation penetrated by the three wells in the study area has good potential as a hydrocarbon host rock and hydrocarbon shale

    Potensi Batuan Induk Hidrokarbon Serpih Gumai di Talang Padang, Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung

    Get PDF
    Identifikasi interval batuan yang mungkin berpotensi sebagai batuan induk merupakan langkah awal eksplorasi yang penting, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang potensi batuan sedimen yang mengandung bahan organik dengan kadar tertentu, yang oleh panas dan waktu dapat menghasilkan hidrokarbon dalam bentuk minyak atau gas secara tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fasies dan potensi batuan induk hidrokarbon Formasi Gumai di Talang Padang, Cekungan Sumatra Selatan. Analisis geokimia guna mengetahui potensi dan kualitas batuan induk dilakukan pada serpih penyusun Formasi Gumai. Hasil analisis potensi dan kualitas Batuan Induk menunjukkan kandungan TOC 3,55 termasuk “sangat baik”. Rock-Eval menunjukkan bahwa serpih berpotensi “sedang” sebagai batuan induk hidrokarbon (S2 = 4,32 kg/ton). Angka Ro (<0,6) menunjukkan tingkat pematangan hidrokarbon belum tercapai. Nilai HI yang relatif tinggi mencerminkan bahwa batuan ini jika mencapai kematangan akan cenderung menghasilkan minyak. Nilai HI antara 456 mgHC/g umumnya berasal dari kerogen tipe II yang secara dominan mengandung unsur organisme laut dan darat.Rock Identification intervals that might be as potential source rocks is an important initial exploration step, therefore it is necessary to conduct research on the potential of sedimentary rocks containing certain levels of organic material, which by heat and time can produce hydrocarbons in the form of oil or gas appropriately. This study aims to identify the facies and potentials of the Gumai Formation hydrocarbon source rock in Talang Padang, South Sumatra Basin. Geochemical analysis to determine the potential and quality of the source rock is carried out on the Gumai Formation shale. The results of the analysis of the potential and quality of the Parent Rock showed that the TOC content of 3.55 was "very good". Rock-Eval shows that shale has the potential to be "medium" as a hydrocarbon source rock (S2 = 4.32 kg/ton). Ro (<0.6) indicates the level of hydrocarbon maturation has not been reached. The relatively high HI value reflects that if these rocks reach maturity they will tend to produce oil. HI values between 456 mgHC/g are generally derived from type II kerogen which predominantly contains marine and terrestrial organisms

    EVALUASI PENGELOLAAN RUSUN PEKUNDEN DAN BANDARHARJO SEMARANG

    Get PDF
    ABSTRAK Rumah susun memiliki umur ekonomis struktur dan fisik bangunan yang dapat dipertahankan sesuai rencana apabila konstruksi sesuai dengan persyaratan teknis dan penghunian sesuai dengan persyaratan administratif. Implikasinya adalah diperlukan sistem pengelolaan yang dapat menjaga interaksi pengaturan antara pemanfaatan bangunan dan penghunian rusun agar tetap harmonis dan baik. Sistem pengelolaan yang tidak berjalan dengan baik dapat menyebabkan penurunan kualitas bangunan dan penghuni rusun. Rumah susun Pekunden dan Bandarharjo yang telah dibangun dan dihuni sejak tahun 1990-an sudah tidak sesuai dengan tujuan awal penyediaannya dan kurang terawat. Permasalahan ini diduga karena sistem pengelolaan rusun tidak terlaksana secara benar. Pengelolaan rumah susun secara prinsip merupakan usaha terpadu untuk melestarikan fungsi sebagai hunian yang layak melalui perencanaan, pemanfaatan, pemeliharaan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Faktor penyebab kondisi kelayakan hunian rusun secara faktual saat ini dapat diketahui dengan membandingkan sistem pengelolaan yang ada pada kedua rusun. Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi terhadap pengelolaan rusun Pekunden dan Bandarharjo Semarang. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengelolaan saat ini hingga menyebabkan penurunan kualitas hunian Hasil evaluasi digunakan sebagai upaya untuk mempertahankan kualitas hunan supaya tetap layak huni. Hipotesis penelitiannya adalah tidak ada hubungannya antara pengelolaan yang kurang baik dengan terjadinya penurunan kualitas hunian. Pendekatan positivistik dengan metode kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Data yang dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder. Variabel independen dalam penelitian ini adalah (1) pemanfaatan fisik, (2) penghunian, (3) lingkungan, (4) peranan badan pengelola, (5) pemberdayaan sosial, (6) kemampuan ekonomi, (7) peranan pemerintah daerah, dan (8) implementasi regulasi pengelolaan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara terstruktur. Teknik sampling menggunakan sampel random sederhana sebab populasi adalah homogen yaitu MBR penghuni rusun. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dan uji hipotesis. Penurunan kualitas hunian telah terjadi di Rusun Bandarharjo (86%) dan Pekunden (52%), akibat rusaknya konstruksi bangunan dan kurang-layaknya hunian yang ditempati. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa perbedaan tipologi kedua rusun yang terbentuk dari kondisi faktual berpengaruh terhadap pengelolaan rusun. Lokasi, kemampuan MBR, dan status kepemilikan menjadi penciri penting tipologi rusun. Pengelolaan rusun sangat kondisional pada masing–masing rusun. Pengelolaan Rusun Pekunden dipengaruhi oleh faktor penghunian (sangat berpengaruh) dan faktor lingkungan. Sedangkan faktor kelembagaan dan faktor pemanfataan fisik lebih berpengaruh di Rusun Bandarharjo. Manajemen pengendalian pemanfaatan fisik dan penghunian yang efektif dalam tata kelola rusun dengan dukungan kelembagaan yang baik, akan dapat mempertahankan kualitas hunian rusun tetap layak sesuai fungsinya. Pengembalian fungsi rusunawa dan penerapan peraturan pengelolaan secara lebih tegas dengan mempertimbangkan kondisional masing–masing rusun merupakan rekomendasi penting yang diberikan. Kata Kunci : Evaluasi, Kualitas Hunian, Tipologi, Manajemen Pengendalian, Peraturan. vi ABSTRACT A flat has a life span for its structure and physic which can be defended as long as it is planned when the construction fits the technical requirement and the occupation conforms to administrative requirement. The implication, then, is the need of a management system to maintain the interaction management between the building utilization and dwellers to be harmony and better. If the flat management system cannot well running, it will cause the degradation of building quality and so its dwellers. Pekunden and Bandarharjo’s flat has been built and occupied since early 1990s, and now is now decaying and not in line with its former purpose. Those set of problems apparently pre-caused by the bad implementation of the management system. Principally, the flat management is an integrated effort to maintain its function as a decent quality dwelling through planning, utilizing, maintaining, founding, monitoring and controlling. The factor influencing the factual properness of the dwelling can be analyzed by comparing the management system of two flat. The objective of this research is to evaluate the management system in Pekunden and Bandarharjo’s flat at Semarang City. The evaluation is conducted to know the factor infleuncing the management causing the degradation of dwelling quality at this present time. The result of evaluation is used as efforts to keep the dwelling quality habitable and affordable housing to live for the poor. The hyphothesis is that there is no relations between bad management with degradation of dwelling quality. Positivistic approach and quantitative methods are used in this research. The data needed are primary and secondary data. The independent variables are (1) physical utilization,(2) occupation, (3) neighborhood, (4) role of the management’s institution, (5) social empowerment, (6) affordability, (7) role of local government, and (8) the implementation of management’s regulation. The data collection technique is through some observations and structured interview. Simple random sampling is used in because the population is homogeneous i.e. low income people as the dewllers in flat for poor. Data analysis to be executed uses descriptive statistics and hyphothesis test. The degradation of dwelling’s quality occured at Bandarharjo’s (86%) and Pekunden’s (52%) flat is caused by the construction and inhabitable building. The evaluation result points that typology differences of two flats which are formed through factual condition, are very much determining. Location, affordability and ownership are the main identify marks. The management is conditionally depended in each flat. The influencing factors of Pekunden’s management flat are occupation (highest) and neighborhood. While the institutional factors and physical utilization has more infleunce at Bandarharjo’s flat. The effective management of physical utilization control and occupation in flat management with good institutional support will maintain the flat habitable in line with the purpose. The restitution of simple flat function and the strict implementation of management rule is the important recommendation from this research. Keywords: evaluation, dwelling’s quality, typology, controlling management, regulation

    Budi daya anggrek dengan bibit dalam botol

    No full text
    Pembudidayaan anggrek secara konvensional membutuhkan waktu yang lama dan jumlah yang terbatas. Padahal permintaaan anggrek sebagai tanaman hias dan bunga potong terus meningkat. Dengan perbanyakan in vitro penyediaan bibit anggrek dalam botol menjadi alternatif budidaya anggrek dalam jumlah besar. Buku ini menjelaskan tentang penanganan bibit in vitro anggrek, tata cara pemindahan dari botol ke pot, faktor lingkungan tanaman dewasa, pemupukan tanaman, serta penanganan hama dan penyakit tanaman anggrek.82 hlm, ill.: 21 c

    Teknik Kultur Jaringan; Pengenalan Dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif - Modern

    No full text
    Buku ini berisi informasi mengenai perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan atau secara in vitro serta petunjuk praktis dan lengkap cara pelaksanaannya mulai dari penyediaan laboratorium, fasilitas laboratorium, persiapan alat dan media tanam, metode dan pelaksanaan kultur jaringan serta macam-macam teknik kultur jaringan. Selain itu juga disajikan beberapa contoh kultur jaringan pada berbagai macam tanaman lengkap dengan petunjuk praktis teknik pengerjaannya.139 Ha

    Teknik kultur jaringan

    No full text
    139 hlm.: 21 c
    corecore