5 research outputs found

    Fire Management Preparedness at PT X Sleman Regency

    Get PDF
    The implementation of Occupational Safety and Health (OSH)is one of the efforts to create a workplace that is safe, healthy, and freefrom environmental pollution, to minimize work accidents andoccupational diseases, and to finally improve work efficiency andproductivity. The mortality rate caused by fire cases in the industrial sectorare high. Therefore, fire management is needed as the implementation ofOccupational Safety and Health. This study aims to determine managementpreparedness in dealing with fire emergencies to prevent fire and minimizethe potential hazard risk of PT X. The method in this study uses qualitativemethods with triangulation approach through in-depth interview, observation, checklist form and documentation. The research resultsthrough in-depth interviews show that fire management is still not optimal, i.e. there are no hydrants, automatic alarms and emergency doors. Inaddition, the fire prevention unit has been established but not specifically. From the observation of using the checklist form, it showed that firemanagement has 3 Good (G) categories, includes fire extiguisher (82%), standard operating procedures (100%), and evacuation routes (100%). Theothers are 5 Less (L) categories, includes hydrant (0%), alarm (0%), emergency door (0%), education and emergency response training (33%), fire management unit (25%)

    Pengembangan Model Jaringan Syaraf Tiruan untuk Menduga Emisi Gas Metana dari Padi Sawah

    Get PDF
    Budidaya padi sawah dengan sistem irigasi tergenang merupakan sumber emisi gas metana (CH4) yang menyebabkan peningkatan pemanasan global. Pada umumnya, pengukuran gas metana dilakukan secara tidak kontinu dengan melakukan sampling dan analisis di lab menggunakan gas chromatography yang cukup mahal. Makalah ini menyajikan model jaringan syaraf tiruan (JST) untuk memprediksi gas metana yang diemisikan dari padi sawah berdasarkan data parameter lingkungan biofisik yang mudah diukur seperti kelembaban tanah, suhu tanah, dan daya hantar listrik (DHL) tanah. Untuk melakukan validasi model, percobaan dilakukan di dua tempat berbeda yaitu di Kanagawa dan Bogor. Perlakuan difokuskan pada pemberian air yang berbeda dengan menggunakan prinsip budidaya system of rice intensification (SRI). Model JST yang dikembangkan menggunakan algoritma back propagation dengan layer masukan terdiri atas 3 node: kelembaban tanah, suhu tanah, dan DHL tanah, sedangkan gas metana dijadikan sebagai keluaran. Dari hasil pembelajaran model JST didapatkan korelasi antara gas metana hasil pengukuran dan model cukup tinggi dengan nilai R2 sebesar 0.93.Kata kunci: emisi gas rumah kaca, gas metana, jaringan syaraf tiruan, lingkungan biofisik, padi sawah

    Environmental Carrying Capacity Analysis Based on Water Resources (Case Study of East Surabaya Area)

    No full text
    East Surabaya, an area that is developing intensively, is known for its excessive problems, including a water shortage which reoccurs every year. The main objective of this study is to investigate the environmental carrying capacity based on the available water resources in East Surabaya, Indonesia. The method used consists of determining the ratio between supply and demand in order to obtain the carrying capacity of the local environment. The results show that the carrying capacity in East Surabaya in the year 2030 is of conditional sustain and amounts to 1.0. Generally, the deficit status (overshoot) occurs between May and November and conditional sustain in April and December, with the condition of surplus (sustain) occurring from January to March. However, further action is needed to conserve water during the surplus months and thus meet the needs arising during the deficit months

    Denitrification Decomposition (DNDC) Model for Estimation CH4 Emissions in Rice Cultivation through SRI Method

    No full text
    Budidaya padi merupakan salah satu sektor pertanian yang menyumbang emisi gas rumah kaca terutama CH4. Upaya penurunan emisi gas CH4 pada penelitian ini dilakukan dengan mengintegrasikan komponen teknologi antara varietas, penggunaan pupuk dan irigasi berselang melalui metode budidaya System of Rice Intensification. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh varietas dan pemupukan terhadap emisi gas CH4 selama satu musim tanam serta melakukan pemodelan simulasi untuk estimasi emisi CH4. Model yang digunakan adalah Denitrification-Decomposition (DNDC) berdasarkan parameter data input kondisi iklim, sifat tanah dan praktik manajemen pertanian (termasuk pemupukan, irigasi, pengolahan tanah, produksi biomassa). Rancangan yang digunakan adalah Nested Design dengan dua faktor perlakuan, yaitu pemupukan yang terdiri dari 1) Pupuk kandang dan MOL (P1); 2) Pupuk kandang, ZA, SP36 dan KCl (P2); dan perlakuan varietas 1) Ciherang dan 2) IR-64. Hasil observasi menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan P2-C menghasilkan total emisi CH4 13,41% lebih rendah daripada P1-C dan perlakuan P2-IR 39,43% dibanding P1-IR. Begitu pula hasil simulasi DNDC yang menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan (P2) menghasilkan total emisi CH4 dari kedua varietas, yaitu Ciherang 53,57% dan IR-64 sebesar 58,74% lebih rendah dibanding pemupukan (P1). Evaluasi model antara hasil observasi dan simulasi DNDC menunjukkan nilai R2 dan RMSE setiap perlakuan, yaitu P1-C; P1-IR; P2-C dan P2-IR berturut-turut sebesar (R2 = 0,65; RMSE = 13,19); (R2 = 0,003; RMSE = 3,55); (R2 = 0,17; RMSE = 32,06) dan (R2 = 0,35; RMSE = 12,25). Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil simulasi DNDC belum cukup memuaskan dan dibutuhkan kalibrasi.Budidaya padi merupakan salah satu sektor pertanian yang menyumbang emisi gas rumah kaca terutama CH4. Upaya penurunan emisi gas CH4 pada penelitian ini yaitu mengintegrasikan komponen teknologi antara varietas, penggunaan pupuk dan irigasi berselang melalui metode budidaya System of Rice Intensification. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh varietas dan pemupukan terhadap emisi gas CH4 selama satu musim tanam serta melakukan pemodelan simulasi untuk estimasi emisi CH4. Model yang digunakan adalah Denitrification-Decomposition (DNDC) berdasarkan parameter data input kondisi iklim, sifat tanah dan praktik manajemen pertanian (termasuk pemupukan, irigasi, pengolahan tanah, produksi biomassa). Rancangan yang digunakan yaitu Nested Design dengan dua faktor perlakuan yaitu pemupukan yang terdiri 1) Pupuk kandang dan MOL (P1) ; 2) Pupuk kandang, ZA, SP36 dan KCl (P2), dan perlakuan varietas diantaranya 1) Ciherang dan 2) IR-64. Hasil observasi menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan P2-C menghasilkan total emisi CH4 13.41% lebih rendah daripada P1-C dan perlakuan P2-IR 39.43% dibanding P1-IR. Begitu pula hasil simulasi DNDC yang menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan (P2) menghasilkan total emisi CH4 dari kedua varietas yaitu ciherang 53.57% dan IR-64 sebesar 58.74% lebih rendah dibanding permupukan (P1). Evaluasi model antara hasil observasi dan simulasi DNDC menunjukkan nilai R2 dan RMSE setiap perlakuan yaitu P1-C ; P1-IR ; P2-C dan P2-IR berturut-turut sebesar (R2 = 0.65 ; RMSE = 13.19) ; (R2 = 0.003 ; RMSE = 3.55) ; (R2 = 0.17 ; RMSE = 32.06) dan (R2 = 0.35 ; RMSE = 12.25). Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil simulasi DNDC belum cukup memuaskan dan dibutuhkan kalibrasi

    The Challenges of Food Sovereignty’s Program by Global Climate Change in Tropical Ecosystem in Indonesia

    No full text
    Destruction of the earth and global climate change has now become a painful reality. Excessive exploitation of natural resources up to 1.7 times beyond the earth’s carrying capacity and contrary to nature-based development makes the dark future earth. Our earth, which is 4.5 billion years old, has been inhabited by around 7.3 billion people. The present and future population explosion require a giant leap to provide sufficient food to sustain life on earth. Lack of food, water, and energy supplies has triggered new widespread conflicts throughout the world. Located in tropical ecosystems, Indonesia is one of the megadiverse nations with the highest biological productivity in the world. However, these advantages are coming with a significant challenge. Having all of those natural potentials, Indonesia holds a crucial responsibility in global life cycle equilibration, not only in terms of environmental issues, such as climate change and biodiversity, but also a socio-economy-cultural issue. Therefore, balance management is needed to utilize the resources while preserving them for generations ahead wisely. Moreover, the challenge is even more significant with the COVID-19 pandemic, which hit the all-economy sector in the real world. In combination with the COVID-19 pandemic, global climate change could somehow obstruct the food sovereignty program that the Indonesian government has formulated. However, with solid food security and sovereignty system integrated from upstream to downstream, Indonesia could build a strong foundation for national food sovereignty. © 2022, The Author(s), under exclusive license to Springer Nature Switzerland AG
    corecore