47 research outputs found

    REHABILITASI WILAYAH PESISIR MELALUI PENGEMBANGAN TERUMBU BUATAN

    Get PDF
    Kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh aktivitas penduduk wilayah pesisir yang tidak terkendali, mengakibatkan hilangnya nilai-nilai produksi, genetik, dan konservasi. Salah satu program yang sudah dilakukan pemerintah adalah rehabilitasi dan pengkayaan habitat pantai melalui pengembangan terumbu buatan, yaitu teknologi sederhana yang telah terbukti di beberapa negara mampu mengatasi kekompleksan wilayah pesisir. Dampak dari pengembangan terumbu buatan tersebut antara lain meningkatkan produksi perikanan, meningkatkan hasil tangkapan ikan per upaya,menarik perhatian para wisatawan, berfungsi sebagai taman laut, pelindung pantai, dan sarana budi daya perikanan. Tulisan ini menyajikan bagaimana terumbu buatan dapat dikembangkan, contoh contoh yang sudah dilakukan di Indonesia dan bagaimana monitoring dan evaluasi

    PENGKAYAAN STOK TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU

    Get PDF
    Akibat aktivitas penangkapan yang berlebihan, stok sumber daya teripang di perairan Kepulauan Seribu, terutama jenis yang bernilai ekonomis tinggi, seperti teripang pasir (Holothuria scabra) sudah mulai langka. Pengkayaan stok adalah salah satu upaya untuk memperoleh sumber daya yang berkesinambungan. Pengkayaan stok teripang pasir telah dilakukan di Kepulauan Seribu melalui 2 tahapan, yaitu pembesaran benih (intermediate culture) yang dilakukan di perairan Pulau Kongsi dan pelepasan di alam (restocking) yang dilakukan di perairan Pulau Pamegaran. Benih yang digunakanberasal dari alam (Teluk Lampung) dan dari panti pembenihan (hatchery). Hasil pengamatan lingkungan menunjukkan bahwa habitat dari ke-2 perairan tersebut mendukung untuk kehidupanteripang pasir. Pertumbuhan teripang baik pada tahap pembesaran benih maupun pelepasan di alam sangat signifikan. Pertumbuhan benih teripang pada 2 bulan pertama dari rata-rata 51 g menjadi 130 g per ekor. Pertumbuhan teripang setelah di lepas di alam pada 2 bulan pertama, dari rata-rata 338,50 g menjadi 619,80 g per ekor, dan berhasil tertangkap kembali 13%

    STATUS OF SMALL PELAGIC FISHERY IN THE MAKASSAR STRAIT BASED AT THE NORTHERN PART OF JAVA

    Get PDF
    The coastal of Makassar Strait is one of main fishing grounds for purse seine vessels from northern part of Java which based at the following landing sites, i.e. Pekalongan, Tegal and Juwana. The purse seine fishery predominantly targets small pelagic fish. This paper attempts to present the current condition of small pelagic fishery in the Makassar Strait. Catch and effort (trip) data between 2004 and 2011 from the three landing sites were used to estimate Maximum Sustainable Yield (MSY) using Schaefer & Fox models. The results showed a decreasing trend in the catch rate, from 30.83 tons/trip in 2004 to 12.27 tons/trip in 2011. The estimated MSY is at the range of 34,705- 37,930 tons with optimum efforts for 2,234-2,500 purse seine trips. Thus the level of purse seine fishing effort in 2011, i.e. 3,078 trips, was exceeding the optimum effort. The decreasing trend in the catch rate may indicate overfishing is occurring between 2004 and 2011. For management of the small pelagic fisheries in the waters of Makassar Strait, important action recommended is fishing effort restrictions. The effort allowed would be only in the range of 2,234-2,500 purse seine trips, and the fishing capacity needs to be controled

    Perubahan Bentuk Jaringan Biota Terdegradasi (Kerang Hijau, Rajungan, dan Beronang) di Perairan Kamal dan Cilincing, Teluk Jakarta: Changed of Form of Degradaded Biota Tissue (Green Clam, Swimming Crab, and Beronang) in Kamal and Cilincing Waters, Jakarta Bay

    Get PDF
    Teluk Jakarta adalah wilayah perairan yang mengalami eutrifikasi tinggi, status wilayah perairan dapat dipisahkan antara hiper-eutrophic dan eutrophic. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh zat hara hasil dari aktifitas daratan Kota Jakarta yang disalurkan melalui 13 muara sungai ke perairan Teluk Jakarta. Status hiper-eutrophic terdapat pada daerah muara sungai yang dapat menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat racun, seperti fenomena alga merah yang menyebabkan terjadinya kematian massal ikan. Kompleksitas kegiatan yang tidak terkendali di Teluk Jakarta mengakibatkan terdegradasinya lingkungan perairan. Dampaknya terhadap sektor perikanan adalah kerusakan habitat dan menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya ikan. Masalah yang sering terjadi adalah kasus kematian ikan masal dan beberapa jenis biota telah terdegradasi, seperti kerang hijau (Perna viridis), rajungan (Portunus pelagicus) dan beronang (Siganus sp). Tulisan ini menyajikan sampai sejauh mana dampak dari pencemaran Teluk Jakarta terhadap sumber daya ikan yang ada, melalui kajian perubahan bentuk mikroanatomi jaringan biota terdegradasi (kerang hijau, rajungan, dan beronang) yang didaratkan di perairan Kamal dan Cilincing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas perairan Teluk Jakarta terutama di muara, sebagian parameter kimiawi sudah melebihi ambang batas baku mutu air, sepert ammonia (NH3), phosphat (PO4), nitrat (NO3), fenol, dan BOD5 dan untuk logam berat yaitu seng (Zn), nikel (Ni), dan tembaga (Cu). Analisis mikroanatomi jaringan insang dan hati pada kerang hijau, rajungan, dan beronang lingkis dari Kepulauan Seribu menunjukkan struktur yang normal dan sampel dari Teluk Jakarta menunjukkan tidak normal atau ada kerusakan, dikatakan telah terdegradasi. Implementasi kebijakan yang direkomendasikan adalah Langkah konkrit harus dilakukan Pemerintah DKI Jakarta adalah membangun IPAL disetiap muara sungai agar air yang bermuara tidak membawa polutan ke laut yang berdampak tercemarnya perairan dan biota di Teluk Jakarta. &nbsp

    KEPADATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN LINGKUNGAN TERIPANG DI GUGUSAN PULAU KELAPA, KEPULAUAN SERIBU

    Get PDF
    Penelitian stok teripang dan lingkungan perairannya telah dilakukan pada musim peralihan barat ke timur (Mei 2002), musim timur (Juni 2002), musim peralihan timur ke barat (September 2002), dan musim barat (Desember 2002), Penelitian dilakukan di wilayah Gugusan Pulau Kelapa dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

    Kepadatan Stok, Komposisi Jenis, Struktur Ukuran dan Daerah Penangkapan Ikan di Teluk Jakarta

    Get PDF
    Jakarta Bay has a variety of biota as a fishery resource, the utilization of which is continuous intensively. this study aims to obtain the data and information on stock density, species composition, size structure and fishing ground.  The research was conducted by means of exploration and observation in 2016. The results showed that the average stock density in Jakarta Bay was 11,400 kg/km2 and in the Seribu Islands 25,500 kg/km2. Stock density distribution based on vertical coastline is obtained; mouth part 13,925 kg/km2, middle 11,709 kg/km2 and the coast 8,326 kg/km2. Coastal horizontal distribution; West area 15,311 kg/km2, Central 9,256 kg/km2 and East 9,259 kg/km2. Based on area in the Seribu Islands 25,500 kg/km2, Jakarta Bay 11,320 kg/km2 and Tangerang 11,610 kg/km2. Stock composition includes; demersal fish 84.53%, Cephalopods 9.98%, Crustaceae 4.32% and others. The fishing area of gill nets is wider and more spread out than other fishing gear

    Komposisi Hasil Tangkapan Perikanan Payang dan Bagan Tancap Pada Semester 1 2006 : Catch Composition of Danish Seine and Lift Net in Semester 1 2006

    Get PDF
    Teluk Jakarta merupakan bagian dari perairan Laut Jawa yang ditandai dengan aktivitas perikanan yang intens dan masif. Aktivitas perikanan utama di wilayah Teluk Jakarta adalah perikanan payang dan bagan tancap yang dioperasikan oleh nelayan kecil di sekitar Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa komposisi hasil tangkapan serta daerah penangkapan payang dan bagan tancap di Teluk Jakarta pada semester 1 2006. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode fishing experiment pada payang dan bagan tancap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan payang dan bagan tancap didominasi oleh jenis ikan demersal namun proporsi tangkapannya tidak jauh berbeda dengan jenis ikan pelagis. Komposisi hasil tangkapan payang pada Agustus dan Oktober didominasi oleh jenis ikan pelagis, sedangkan pada bulan Desember didominasi oleh jenis ikan demersal. Nilai laju tangkap payang untuk jenis ikan pelagis ditemukan tinggi pada Agustus dan Oktober disebabkan oleh dominasi ikan cekong (Sardinella lemuru) dalam jumlah besar. Komposisi hasil tangkapan bagan tancap pada Mei didominasi oleh jenis ikan demersal, sedangkan pada Oktober didominasi oleh jenis ikan pelagis. Daerah penangkapan payang meliputi perairan Pulau Damar, Pulau Bendera, Muara Pecah, Muara Angke, Pulau Onrust, Pulau Putri, Kronjo, sedangkan daerah penangkapan bagan tancap terkonsentrasi di sebelah barat perairan Teluk Jakarta, sekitar Pulau Kayangan, Pulau Bidadari dan Pulau Onrust.

    STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DAN KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN DI TELUK JAKARTA

    Get PDF
    Fitoplankton dan zooplankton merupakan pakan alami bagi biota laut termasuk ikan. Tujuan penelitian adalah mengetahui struktur komunitas fitoplankton dan zooplankton serta kondisi lingkungan perairan di Teluk Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan April, Juni, Agustus dan Oktober 2009, pengamatan di 5 stasiun TJ1, TJ2, TJ3, TJ4 dan TJ5. Parameter yang di ukur adalah: kelimpahan fitoplankton dan zooplankton, suhu air, kecerahan, oksigen terlarut, pH, salinitas,. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fitoplankton yang ditemukan 5 kelas meliputi: Cyanophyceae (6 spesies), Chlorophyceae (4 spesies), Bacillariophyceae (37 spesies), Dinophyceae (14 spesies) dan Euglenophyceae (1 species). Zooplankton yang ditemukan 10 kelas meliputi : Crustacea (16 spesies), Holothuroidea (3 spesies), Ciliata (5 spesies), Sagittoidea (2 spesies), Sarcodina (3 spesies), Rotatoria (4 spesies), Echinodermata (1 spesies), Polychaeta (1 spesies), Urochordata (1 spesies) dan Hydrozoa (1 spesies). Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 1.587.086 - 3.799.799 sel/l. Kelimpahan zooplankton berkisar antara 922.010 - 3.834.261ind/l. Indeks keanekaragaman (=H)  fitoplankton berkisar antara 1,74 – 3,64;indeks dominansi (=D) berkisar antara 0,04-0,40 dan indeks keseragaman (=E) berkisar antara 0,08-0,34. Indeks  biologi zooplankton menunjukkan nilai (=H) berkisar antara 0,22-3,70; nilai  (=D) berkisar antara 0,18-0,79; dan nilai (=E) berkisar antara 0,01-0,37.  Suhu air berkisar  antara 29,5-31,6oC, pH berkisar antara 4,96-7,38 dan salinitas berkisar antara 12,0-31,5 o/oo. Teluk Jakarta diindikasikan mengalami tekanan lingkungan sehingga hanya beberapa spesies plankton mampu beradaptasi, yaitu dari kelas Bacillariophyceae (Chaetoceros sp) dan Crustaceae (Calanus sp dan Acartia sp). Phytoplankton and zooplankton is a natural food for other marine life including fish. Growth and development are supported by condition of aquatic environment. The research objective was to determine the community structure of phytoplankton and zooplankton and aquatic environments as a factor in supporting the management of fish resources in the  Jakarta Bay. The research was conducted in April, June, August and October 2009 at five stations were : TJ1, TJ2, TJ3, TJ4 and J5 . The parameters measured were: phytoplankton and zooplankton abundance, water temperature, brightness, dissolved oxygen, pH and salinity,. The results show that there were 5 classes of phytoplankton found in Jakarta Bay consisting  of: Cyanophyceae (6 species), Chlorophyceae (4 species), Bacillariophyceae (37 species), Dinophyceae (14 species)and Euglenophyceae (1 species). Zooplankton were found  10 classes consisting of Crustacea (16 species), Holothuroidea (3 species), Ciliata (5 species), Sagittoidea (2 species), Sarcodina (3 species), Rotatoria (4 species), Echinodermata (1 species), Polychaeta (1 species), Urochordata (1 species) dan Hydrozoa (1 species). Phytoplankton abundance was between 1.922.010 - 3.834.261 cell/ l. Zooplankton abundance was between 2.764 - 2.849.066 ind/l.  Analysis on biological index of phytoplankton showed that the diversity indeces ranged between 1,74 – 3,64;  dominance indeces (=D) ranged  between 0,04-0,40 and  similarity indeces (=E) ranged between 0,08- 0,34.  Biological index of zooplankton showed that the diversity indeces (= H) ranged between 0,22-3,70;  dominance indeces (=D) ranged  between 0,18-0,79, and similarity indeces (= E) ranged between 0,01-0,37. Water temperature ranged between 29.5 - 31.6o C, pH  ranged between  4.96 - 7.38 and salinity ranged between 12.0 - 31.5 o / oo . Jakarta Bay is experienced environmental pressures so that only several species plankton are capable of adapting, that is from class Bacillariophyceae (Chaetoceros sp.) and  class Crustaceae (Calanus sp. and Acartia sp)

    KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI PERAIRAN PANTAI PANGANDARAN, JAWA BARAT

    Get PDF
    Keanekaragaman jenis ikan karang merupakan suatu indikator penting yang dapat menggambarkan perubahan lingkungan perairan karang. Perubahan habitat karang adalah resiko yang mungkin dihadapi sebagai akibat pembangunan.  Penelitian dilakukan di perairan pantai Pangandaran dengan tujuan mengkaji kesehatan terumbu karang dan indeks ekologis komunitas ikan karang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah line intercept transect untuk menentukan persen tutupan karang dan metode sensus visual untuk menentukan keanekaragaman ikan karang pada area seluas 250m2. Hasil penelitian menunjukkan kesehatan terumbu karang pada kondisi buruk, tutupan karang hidup 11,4 -20,74%. Teridentifikasi 66 jenis ikan karang dengan kriteria kepadatan sangat jarang (0,59 – 0,91) ind/m2. Indeks kekayaan ikan karang pada kategori baik (4,60-8,68), keanekaragaman jenis ikan karang termasuk dalam kategori sedang (2,57-3,36). Tidak terjadi dominasi jenis ikan karang tertentu (0,05-0,120) dan kemerataan populasi di lokasi penelitian termasuk tinggi (0,81-0,87). Reef fish diversity is a major indicator to expose a current environmental state of coral reefs. Economic developments probably lead to habitat alteration risks. The research was conducted in Pangandaran Beach Waters, Batu Karas, Pananjung Barat, Pananjung Timur. The research objective was,  to assess the reef health, and to fine out several diversity indices of reef fish communities. Methods used for those are a line intercept transect and census visual technique within area of 250 m2. The results showed that all of the area had a poor reef health category(11,4-20,74%), reef fish densities were grouped in very rare areas, especially < 1-5 ind/m2. Richnes indices had a good category(4,60-8,68), shannon diversity indices of reef fish felt in the fair category(2,57-3,36), dominance indices of reef fish felt in the low category(0,05-0,120) and evenness indices were felt in a high category(0,81-0,87)

    STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

    Get PDF
    Analisis struktur komunitas makrozoobentos dilakukan terkait dengan upaya pemantauan kondisi perairan Teluk Jakarta dengan membagi perairan ini menjadi 4 wilayah, yaitu A, B, C, dan D. Zona A terletak terjauh dari daratan, kurang lebih 20 mil dan wilayah D semakin mendekat daratan dengan jarak kurang lebih 5 mil. Analisis yang dilakukan meliputi komposisi jenis, kepadatan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi, dan beberapa parameter kualitas perairan yang mendukung seperti kedalaman, suhu, kecerahan, kecepatan arus, salinitas, oksigen terlarut (DO), pH, total organik matter, dan tekstur substrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makrozoobentos yang ditemukan terdiri atas 5 kelas, 42 famili dan 63 genera. Pada wilayah A ditemukan makrozoobentos dari kelas Scaphopoda, Gastropoda, Bivalva, Malacostraca, dan Polychaeta yang didominasi oleh Scaphopoda. Pada wilayah B, C, dan D ditemukan makrozoobentos dari kelas Bivalva, Scaphopoda, Gastropoda, dan Malacostraca, jenis yang mendominasi ke-3 wilayah tersebut adalah Bivalva. Kepadatan makrozoobentos berkisar antara 2,2x103 sampai dengan 3,2x105 ind.m-2. Indeks Keanekaragaman berkisar antara 0,55 sampai dengan 2,95 yang berarti keanekaragaman rendah. Indeks Keseragaman berkisar antara 0,14 sampai dengan 0,79, nilai tersebut termasuk dalam kategori rendah sampai dengan tinggi. Nilai Indeks Dominansi berkisar antara 0,17 sampai dengan 0,86 yang berarti dominansi rendah sampai dengan tinggi. Dominansi terjadi di wilayah D yaitu di stasiun D4 dengan jenis dominan Donax sp. dari kelas Bivalva. Parameter perairan Teluk Jakarta pada umumnya cukup mendukung untuk kehidupan makroozoobentos. The community structure analysis on macrozoobenthos was conducted in relation to the monitoring action of water condition on Jakarta Bay. The bay was classified into 4 zones, such as A, B, C,and D. The zone A is located approximately 20 miles from land and the zone D is nearest (5 miles) from land. The analysis comprised of species composition, abundance, diversity, homogeneity, dominance, and other parameters of water quality such as depth, temperature, tranparancy, current velocity, salinity, dissolved oxygen, pH, total organic matter, and substrate texture. The results show that there were 5 classes of macrozoobenthos, consisting of 42 families and 63 genera. There were Scaphophods, Gastrophods, Bivalvas, Malacostracans, and Polychaetas found in zone A with regard to Scaphophods domination. There were only Bivalvas, Scaphophods, Gastrophods, and Malacostracans found in zone B, C, and D with regard to Bivalvas domination. The abundance of these macrozoobenthos ranged from 2.215 to 323.100 ind.m-2. The diversity index ranged from 0.55 to 2.95 indicating low diversity. The homogeneity index ranged from 0.14 to 0.79, indicating the low to high category. The dominance index was about 0.17 to 0.86, showing the variety water condition. A species, Donax sp. (Bivalva) was most dominant in Zone D (St D4) The parameters of water qualitying Jakarta Bay might be in general to support the life of macrozoobenthos
    corecore