26 research outputs found
NEUROPROTECTIVE EFFECT OF CINNAMON ACTIVE COMPOUNDS VIA ACTIVATION OF SIRT1: A MOLECULAR DOCKING APPROACH
Background: Neurodegenerative diseases are the main cause of morbidity and disability in the elderly. SIRT1 activation has been gaining popularity as novel treatment target. Cinnamon is known to possess neuroprotective abilities, however the mechanism in which it protects the brain is still limited.
Objective: This research aimed to determine the interaction between several cinnamon active compounds with SIRT1
Methods: We used in-silico method to determine the molecular interactions between cinnamon main compounds as the ligands to target protein SIRT1. SIRT1 3D structure was retrieved from the Protein Data Bank and 4 ligands (Cinnamaldehyde, Caffeic Acid, Epicatechin, and Trigonelline) structures were obtained from PubChem web server, and we used Resveratrol as positive control ligand. SwissADME, Pyrx, Pymol, and Biovia Discovery Studio software were utilized in this research
Results: All four ligands fulfilled Lipinski Rule of 5 criteria therefore they are suitable for oral administration. It was discovered in this study that epicathecin had higher binding affinity than the control ligand Resveratrol and interacted with SIRT1 in the similar amino acid residue as Resveratrol did. The binding pocket interaction between all ligands and SIRT1 are the same.
Conclusion: Epicathecin, as one of the main cinnamon compounds, may possess neuroprotective properties by interacting with SIRT1. We pproposed that further research be implemented to investigate epicathecin biological effects on SIRT1 in vitro or in vivo
Cinnamomum burmannii EXTRACT AMELIORATES HIGH GLUCOSE-INDUCED BRAIN APOPTOSIS IN ZEBRAFISH EMBRYOS THROUGH INHIBITION OF PROCASPASE-9 : IN SILICO AND IN VIVO STUDY
Background: Brain is an organ that is prone to oxidative stress and subsequent apoptosis due to high aerobic metabolism and relatively low antioxidants, especially under hyperglycemic condition. Cinnamomum burmanii (CB) is a species that is abundant in Indonesia, therefore it is of special concern for researchers to identify the anti-apoptotic effect of CB.
Objective: This study was initiated to determine the effect of CB extract on the inhibition of brain apoptosis in zebrafish embryos exposed to high glucose and to investigate its anti-apoptosis mechanism by molecular docking approach.
Methods: Molecular docking was conducted to determine the interaction between several CB extracts main constituents with target protein procaspase-9, compared to control ligand Saxagliptin. Zebrafish embryos were used to assess the effect of 4% glucose exposure and three doses of CB extract treatment (1.25, 5, and 10 µg/ml) on apoptosis in brain region. High-glucose condition in zebrafish embryo was confirmed with overexpression of Phosphoenolpyruvate carboxykinase (PEPCK). Apoptosis was evaluated by performing acridine orange (AO) staining and quantified by ImageJ software.
Results: Molecular docking study indicated that main CB compounds, namely epicatechin, displayed stronger molecular interactions with procaspase-9 compared to control ligand Saxagliptin. There were increased numbers of apoptotic cells seen around brain region in glucose-treated group. Meanwhile, supplementation of CB extract at dose of 10 µg/ml resulted in decreased amount of apoptotic cells in brain region.
Conclusion: The results suggest that CB extract protects from hyperglycemic-induced apoptosis in zebrafish embryos brain by modulating procaspase-9
Efek Teh Kombucha Dari Anggur Laut (Caulerpa racemosa) Terhadap Berat Badan Pada Mencit Yang Diberikan Diet Tinggi Lemak
Latar Belakang: Teh Kombucha adalah minuman fermentasi yang dibuat
dari fermentasi teh bergula, dengan kultur starter dari bakteri dan ragi. Kombucha
mengandung asam glukuronat, memiliki aktivitas antioksidan, efek anti-inflamasi,
dapat menurunkan tekanan darah, menghambat pertumbuhan kanker,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, hati, dan fungsi gastrointestinal. Anggur
Laut (Caulerpa Racemosa) salah satu jenis alga hijau yang hidup menyebar
dibeberapa perairan Indonesia. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan
bahwa, Caulerpa racemosa memiliki banyak bioaktif, seperti protein,
polisakarida, polifenol, flavonoid, dan antioksidan. Studi terbaru menunjukkan
bahwa teh Kombucha dari Anggur laut dapat menghambat enzim lipase pada
pencernaan lemak makanan. Maka pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk melihat efek minuman fungsional teh Kombucha dari Anggur laut (Caulerpa
racemosa) terhadap berat badan pada mencit swiss albino jantan (Mus
musculus) yang diberikan Cholesterol- And Carbohydrates Fat-Enriched Diets
(CFED) atau diet tinggi lemak. Metode: Hewan secara acak dibagi menjadi
empat kelompok masing-masing enam hewan. Mencit kelompok A berfungsi
sebagai kontrol normal (menerima diet pelet kering standar). Mencit kelompok B
diberi makan CFED selama 4 minggu. Mencit kelompok C dan D diberi makan
CFED dan diberi teh Kombucha dari Anggur laut 150 dan 300 mg/kg BB (masingmasing)
selama 4 minggu. CFED dan teh Kombucha dari Anggur laut diberikan
secara oral. Pengumpulan sampel dilakukan setelah minggu ke-4 pemberian
pakan eksperimental. Intervensi berat badan mencit diamati dan ditimbang
dengan menggunakan timbangan scale. Hasil: Hasil efek pemberian Teh
Kombucha dari Anggur laur (Caulerpa racemosa) terhadap berat badan. Pada
kelompok CFED menunjukaan peningkatan rata-rata berat badan yang signifikan
jika dibandingkan dengan kelompok Normal. Pemberian CFED dan Teh
Kombucha dari Anggur laut 150 mg/kgBB menunjukkan penghambatan rata-rata
berat badan yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok CFED, akan
tetapi, pada kelompok normal menunjukkan rata-rata berat badan yang serupa.
Pemberian dosis Teh Kombucha dari Anggur laut yang lebih tinggi yaitu 300
mg/kgBB dan CFED, menunjukkan rata-rata berat badan yang serupa jika
dibandingkan dengan kelompok pemberian Teh Kombucha dari Anggur laut 150
mg/kgBB dan CFED, bahkan jika dibandingkan dengan kelompok Normal juga
menunjukkan rata-rata berat badan yang serupa. Kesimpulan: Teh Kombucha
dari Anggur laut mempunyai efek terhadap berat badan secara signifikan
Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Menghambat Edema Perikardial Dan Penurunan Detak Jantung Melalui Inhibisi Jalur Apoptosis Pada Embrio Zebrafish (Danio rerio) Model Hiperglikemia
Sekitar 16,2% bayi lahir dari ibu berusia 20-49 tahun yang terpapar keadaan hiperglikemia selama kehamilan. Bayi dari ibu dengan DM terbukti 5 kali lebih berisiko mengalami malformasi kardiovaskular. Meskipun terdapat hubungan yang kuat antara diabetes maternal dengan kejadian malformasi kardiovaskuler, tetapi sejauh ini mekanisme yang mendasari masih belum jelas. Zebrafish (Danio rerio) adalah hewan model yang ideal untuk mempelajari perkembangan jantung. Malformasi kardiovaskular yang terjadi pada embrio zebrafish biasanya bermanifestasi sebagai edema pericardial. Beberapa penelitian telah menghubungkan edema pericardial dengan peningkatan apoptosis. Meskipun demikian, belum diketahui apakah paparan glukosa tinggi dapat menyebabkan edema perikardial pada embrio zebrafish melalui jalur apoptosis. Senyawa-senyawa bioaktif C. burmannii telah diteliti memiliki berbagai fungsi biologis, termasuk antiinflamasi, antioksidan, dan efek antidiabetik. Peneliti menggunakan embrio zebrafish untuk mempelajari mekanisme terjadinya edema perikardial akibat paparan glukosa tinggi, sebagai model malformasi kardiovaskular kongenital pada janin dari ibu dengan diabetes mellitus saat kehamilan. Peneliti ingin membuktikan efek ekstrak C. burmannii dalam menghambat terjadinya edema perikardial dan penurunan detak jantung pada embrio zebrafish (Danio rerio) model hiperglikemia melalui mekanisme anti apoptosis.
Penelitian ini adalah suatu studi true experimental laboratorik dengan desain in vivo randomized post-test only dengan grup control untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak C. burmanii terhadap akumulasi sel apoptosis, ekspresi mRNA Caspase-3, luas perikardial, dan detak jantung embrio zebrafish (ZF) model hiperglikemia. Penelitian ini menggunakan hewan coba embrio ZF 2 hpf yang dibagi ke dalam 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 90 embrio yang ditempatkan pada 3 well berbeda. Lima kelompok tersebut adalah kelompok kontrol (EM), glukosa (Glu 4%), dan 3 kelompok perlakuan (Glu 4%+ ekstrak C. burmannii konsentrasi 1,25; 5; dan 10 μg/ml). Pada usia 72 hpf, embrio zebrafish dilakukan pengambilan data klinis berupa detak jantung per 20 detik dan luas pericardial. Embrio ZF juga menjalani analisis ekspresi mRNA PEPCK untuk memastikan model hiperglikemia tercapai dan ekspresi caspase-3 dengan metode conventional reverse transcription PCR (RT-PCR) dan apoptosis assay dengan pewarnaan acridine orange (AO). Hasil pengamatan pewarnaan AO dengan mikroskop fluoresen kemudian dikuantifikasi dengan perangkat lunak ImageJ.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paparan terhadap glukosa 4% meningkatkan ekspresi PEPCK dibandingkan kelompok control, sedangkan pemberian eksrak C. burmannii menurunkan ekspresi PEPCK. Didapatkan perbedaan rerata detak jantung yang signifikan antar kelompok (p=0,000) Pemberian glukosa menyebabkan detak jantung yang lebih rendah (34±2 kali/20
detik) disbanding kelompok kontrol (41±3 kali/20 detik) yang menandakan terdapat gangguan fungsional pada jantung embrio ZF. Di sisi lain pemberian ekstrak C. burmannii secara signifikan menghambat penurunan detak jantung dibandingkan kelompok yang dipapar oleh glukosa 4% saja (p=0,000) dengan dosis 10 μg/ml menunjukkan efek paling optimal. Hasil pengukuran luas perikardial menunjukkan bahwa paparan terhadap glukosa 4% secara signifikan memiliki luas perikardial embrio zebrafish lebih tinggi (30,7±4.9 x 10-3 mm2) dibandingkan kelompok control (23,4±3,4 x 10-3 mm2), sedangkan kelompok yang diberi ekstrak C. burmannii memiliki luas perikardial yang lebih rendah dibandingkan kelompok glukosa (p=0,000). Analisis pewarnaan AO menunjukkan bahwa kelompok glukosa secara signifikan memiliki intensitas fluoresensi (CTCF) yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Di sisi lain, kelompok yang diberi ekstrak CB memiliki intensitas fluoresensi yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol dan penurunan ini sejalan dengan peningkatan dosis ekstrak CB, namun hanya didapatkan perbedaan signifikan antara dosis 1,25 dan 5 μg/ml (p=0,003). Hasil analisis ekspresi caspase-3 menunjukkan bahwa paparan terhadap glukosa 4% meningkatkan ekspresi caspase-3 sedangkan pemberian ekstrak C. burmannii menurunkan ekspresi caspase-3 dibandingkan kelompok yang dipapar oleh glukosa 4% saja. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif kuat antara CTCF dengan luas perikardial, dengan nilai p= 0.000 dan nilai r= 0.879.
Dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak ethanol C. burmannii dapat menghambat peningkatan luas pericardial, menghambat penurunan detak jantung, menurunkan apoptosis di daerah jantung, dan menghambat peningkatan ekspresi mRNA caspase-3 pada embrio zebrafish terpapar glukosa tinggi. Penelitian ini mendukung hipotesis bahwa ekstrak C. burmannii mampu menghambat edema perikardial dan penurunan detak jantung pada embrio zebrafish model hiperglikemia melalui mekanisme anti apoptosis
Perbandingan Aktivitas Antioksidan Dan Total Polifenol Pada Minuman Probiotik Teh Kombucha Berbahan Dasar Anggur Laut (Caulerpa Racemosa) Pada Berbagai Variasi Pemanis
Kekayaan Indonesia sangat melimpah, baik daratan maupun dilautan. Salah satunya adalah Anggur laut (Caulerpa racemosa) yang memiliki zat gizi dan komponen bioaktif melimpah, seperti antioksidan dan polifenol. Pangan sumber antioksidan dan polifenol yang sekarang ini menjadi tren untuk pencegahan maupun pengobatan beberapa penyakit tidak menular, seperti diabetes, obesitas dan kanker. Melihat potensi tersebut, peneliti hendak melakukan inovasi pemanfaatannya menjadi minuman fermentasi atau kombucha dengan berbagai variasi dan menentukan kadar aktivitas antioksidan serta total polifenol. Hal ini berguna untuk membantu mencari solusi dalam penanganan diabetes dan penyakit tidak menular lainnya di Indonesia dengan melihat kandungan polifenol dan antioksidan pada produk yang akan dihasilkan ini. Anggur laut diperoleh di perairan Sulawesi Utara pada kedalaman sekitar 10–20 meter di atas permukaan laut. Anggur laut segar dikeringkan pada suhu kamar selama sekitar 5 jam, untuk mengurangi ketinggian air. Selanjutnya, buah anggur yang sudah ditiriskan dihaluskan menggunakan blender. Formulasi dasar untuk semua sampel minuman Kombucha adalah 25 gram buah anggur laut, 50 mL air, dan 10 gram gel SCOBY (Simbiosis Kultur Bakteri dan Ragi), dengan diameter 16 cm. Terdapat 6 sampel dengan perlakuan atau penambahan yang berbeda (S1 = 100 gram gula tebu, S2 = 100 gram madu Trigona sapiens, S3 = 100 gram gula merah, S4 = 100 gram bubuk Stevia, S5 = 100 gram gula batu, dan S6 = kontrol / tanpa tambahan apapun). Masing-masing perlakuan sampel juga memiliki variasi konsentrasi v/v larutan starter SCOBY, yaitu V1 10%, V2 15%, dan V3 20%. Semua sampel dimasukkan ke dalam botol 1000 mL dan kondisi anaerobik dengan suhu kamar (20–25°C) selama 12 hari. Penentuan kadar air yang digunakan adalah metode pengeringan AOAC (Thermogravimetri) dan juga kadar abu dilakukan dengan menggunakan metode AOAC. Aktivitas antioksidan dapat ditentukan dengan menggunakan 2.2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) dan total polifenol dapat menggunakan metode spektrofotometri cahaya tampak dengan pereaksi Folin-Ciocalteu. Pengujian masing-masing perlakuan sampel dengan variasi konsentrasi v/v larutan starter SCOBY ((S1V1, S1V2, S1V3); (S2V1, S2V2, S2V3); (S3V1, S3V2, S3V3), (S4V1, S4V2, S4V3); (S5V1, S5V2, S5V3); (S6V1, S6V2, S6V3)) dilakukan dalam rangkap tiga (triple). Formula dengan aktivitas antioksidan dan total polifenol tertinggi selanjutnya diuji kadar alkohol dan pH. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Sam Ratulangi. Hasil penelitian ini akan disajikan guna memenuhi syarat kelulusan atau tugas akhir
"Efek Teh Kombucha Dari Anggur Laut (Caulerpa racemosa) Terhadap Aktivitas Enzim Lipase dan Kadar Trigliserida Pada Tikus Dengan Diet Tinggi Karbohidrat dan Lemak
Latar Belakang: Teh Kombucha adalah minuman tradisional yang bernilai karena memiliki banyak manfaat antara lain menurunkan kadar kolesterol, mengurangi obesitas dan mengatur nafsu makan, mencegah dari diabetes, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap kanker, hingga menangkal penuaan. Anggur Laut (Caulerpa Racemosa) juga memiliki beragam fungsi dalam metabolisme tubuh. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengevaluasi efek minuman fungsional Teh Kombucha dari anggur laut pada aktivitas inhibisi enzim lipase dan penurunan kadar trigliserida (TG) pada mencit swiss albino jantan (Mus musculus) yang diberikan Cholesterol- And Carbohydrates Fat-Enriched Diets (CFED) atau diet tinggi kolesterol. Metode: Kelompok A berfungsi sebagai kontrol normal (menerima diet pelet kering standar). Mencit kelompok B diberi makan CFED selama 4 minggu. Mencit kelompok C dan D diberi makan CFED dan diberi teh Kombucha anggur laut 150 dan 300 mg/kg BB (masing-masing) selama 4 minggu. CFED dan teh Kombucha anggur laut diberikan secara oral. Pengumpulan sampel dilakukan setelah minggu ke-4 pemberian pakan eksperimental. Hasil: Teh Kombucha anggur laut menunjukkan aktivitas inhibisi lipase yang lebih rendah pada dosis 50 μg/mL, 100 μg/mL, 150 μg/mL, dan 200 μg/mL dibandingkan dengan orlistat (p < 0,000001). Inhibisi lipase menunjukkan hasil yang serupa antara teh kombucha anggur laut dan orlistat pada dosis 250 μg/mL dengan persentase masing-masing 88,93% ± 0,78% dan 91,8% ± 4%. Pemberian 150 mg/kgBB teh kombucha anggur laut secara signifikan mengurangi kadar trigliserida (TG) dibandingkan dengan kelompok CFED maupun normal. Selanjutnya, dibandingkan dengan kelompok normal, pemberiannya juga menurunkan kadar trigliserida (TG) secara signifikan. Dosis minuman kombucha anggur laut yang lebih tinggi, 300 mg/kgBB, semakin memperkuat efeknya terhadap penurunan kadar TG. Kesimpulan: Teh Kombucha dari anggur laut mempunyai efek penghambatan terhadap aktivitas enzim lipase dan menurunkan kadar trigliserida (TG) secara signifikan
Hubungan antara Screen Time pada Anak dengan Perkembangan Emosional Anak Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Bustanul Athfal Restu I Kota Malang.
Screen time (waktu layar) merupakan waktu yang digunakan untuk
berada di depan perangkat layar seperti ponsel, televisi, komputer dengan
berbagai fitur aplikasi yang ditampilkan pada layar sebagai suatu kegiatan setiap
hari yang dilakukan. Pemberian waktu layar pada anak yang dilakukan pada
anak usia prasekolah membutuhkan pengawasan dari orang tua untuk
pendampingan dengan mempertimbangkan dampak positif penggunaan screen
time pada anak meliputi stimulasi perkembangan anak, meningkatkan rasa ingin
tahu, sebagai media pembelajaran dan edukasi serta mengasah keterampilan
motorik selain itu dampak negatif penggunaan gawai adalah terbatasnya
komunikasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan sekitar, menimbulkan
afeksi emosi negatif pada anak, serta pada penggunaan screen time yang
berlebihan dapat meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan pada anak.
Anak Prasekolah termasuk pada fase usia kritis dimana pada periode emas atau
golden age perkembangan serta pertumbuhan anak berlangsung secara cepat
dan optimal sehingga menentukan tingkat kecerdasan dan kesiapan menuju
pendidikan selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara screen time pada anak dengan emosional anak prasekolah pada tahun
2023 di TK BA Restu I Kota Malang. dengan desain penelitian observasional
dan pendekatan cross-sectional terhadap 53 responden penelitian diambil
menggunakan metode total sampling. Analisa data pada hubungan screen time
pada anak dengan perkembangan anak prasekolah (usia 4-6 tahun) di TK BA
Restu I Kota Malang menggunakan Uji Kruskal Wallis dengan nilai p = 0,440
(p>0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada hasil penelitian perkembangan emosional pada anak
prasekolah dengan intensitas screen time pada anak sehingga penggunaan
screen time pada anak harus dengan batasan dan pengawasan dari orang tua
yang disesuaikan pada usia anak
Potensi Ekstrak Anggur Laut (Caulerpa racemosa) Terhadap Metastasis Sel Kanker Hela Dilihat dari Jarak Antar Sel pada Scratch Test dan Ekspresi Snail.
Kanker serviks menjadi penyebab kematian akibat kanker terbanyak
keempat pada wanita seluruh dunia. Kanker serviks yang sudah bermetastasis
memiliki prognosis yang buruk. Pada kanker, proses metastasis diawali dengan
transisi epitel-mesenkim (EMT) yang menyebabkan peningkatan gerakan sel
kanker. Salah satu faktor yang menginduksi terjadinya proses EMT adalah Snail1
(Snail). Perlu dikembangkan inovasi terapi kanker serviks yang efektif namun bisa
mengatasi kekurangan dari terapi yang ada sampai sekarang. Penelitian
sebelumnya menunjukkan beberapa aktivitas antikanker oleh Caulerpa racemosa.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi ekstrak anggur laut (Caulerpa
racemosa) terhadap metastasis sel kanker HeLa dilihat dari jarak sel pada scratch
test dan ekspresi Snail. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen murni (true
experimental design) di laboratorium secara in vitro yang dilakukan pada empat
konsentrasi berbeda ekstrak C. racemosa. Efek antimetastasis diuji dengan
scratch test untuk melihat migrasi sel dan indirect immunofluorescence untuk
melihat ekspresi Snail. Data kualitatif diubah menjadi data kuantitatif
menggunakan ImageJ. Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan
post test dan uji korelasi. C. racemosa secara signifikan menghambat
penyempitan jarak sel pada scratch test (p < 0,05) yang berarti didapatkan efek
penghambatan proses migrasi sel. C. racemosa juga secara siginifikan
menghambat ekspresi protein Snail (p < 0,05) sebagai protein penginduksi EMT.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak C. racemosa, semakin besar aktivitas
antimetastasisnya pada sel kanker HeLa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, pemberian ekstrak C. racemosa terbukti memiliki aktivitas
antimetastasis pada sel kanker serviks HeLa dan perlu penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui mekanisme lebih lanjut
Pengaruh Pemberian Kombinasi Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) Dan Kulit Tomat (Solanum Lycopersicum) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Model Diabetes Melitus Tipe 2: Eksperimental
Diabetes melitus tipe 2 adalah salah satu penyakit metabolik yang diperankan oleh sel β pankreas yang tidak menghasilkan insulin secara adekuat atau tidak bisa menggunakan insulin secara efektif, sehingga mengakibatkan peningkatan kadar glukosa di dalam darah. Diabetes melitus memiliki angka insidensi yang tinggi diantara masyarakat Indonesia dan diperkirakan akan meningkat terus setiap tahunnya. Daun kelor (Moringa oleifera) dan kulit tomat (Solanum lycopersicum) memiliki kandungan antioksidan likopen dan flavonoid yang tinggi sehingga dipercaya dapat digunakan sebagai anti-diabetes dalam menurunkan kadar glukosa darah penderitanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun kelor (Moringa oleifera) dan kulit tomat (Solanum lycopersicum) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada hewan coba model diabetes melitus tipe 2. Metode yang digunakan adalah eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap dan data yang didapatkan akan dianalisis menggunakan uji One Way ANOVA serta uji regresi menggunakan aplikasi SPSS. Kadar glukosa darah tikus model diabetes melitus tipe 2 mengalami perbedaan glukosa darah setelah intervensi yang signifikan (P=0.012) pada kelompok positif dengan kelompok 1 dengan dosis intervensi 100 mg/KgBB (P=0.047) dan kelompok 3 dengan dosis intervensi 300 mg/KgBB (P=0.012). Kesimpulan pada penelitian ini yaitu didapatkan perbedaan glukosa darah yang signifikan namun pemberian perlakuan intervensi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah setelah intervensi
Pengaruh Ekstrak Caulerpa racemosa terhadap Penghambatan Proses EMT (Epithelial Mesenchymal Transition) Berdasarkan Ekspresi Protein Vimentin, E�Cadherin, dan Migrasi Sel pada Kultur Sel Kanker HeLa secara In Vitr
Pendahuluan: Setelah kanker payudara, kanker serviks merupakan kanker
tersering yang menyerang wanita. Infeksi HPV, terutama strain 16 dan 18,
merupakan penyebab kanker serviks. Terjadinya metastasis sel kanker tidak
lepas dari adanya proses Epithelial Mesenchymal Transition (EMT), yang
menjadikan sel mudah bermigrasi sehingga mendukung metastasis. Sea grapes
(Caulerpa racemosa) adalah jenis seaweed Chlorophyta yang ketersediaannya
melimpah di perairan Indonesia dan mengandung senyawa esensial yang hingga
saat ini, belum ditemukan studi yang meneliti mengenai potensi bahan aktif C.
racemosa bersumber dari perairan Indonesia, khususnya sebagai antimetastasis
melalui penghambatan EMT terhadap kultur sel HeLa.
Metode: Eksperimental murni menggunakan randomized post-test controlled
group design. Sampel yang digunakan adalah kultur sel HeLa. Jumlah perlakuan
dibagi menjadi 4 kelompok, yakni kontrol (tanpa perlakuan), kelompok 1 (C.
racemosa 50 μg/mL), kelompok 2 (C. racemosa 100 μg/mL), kelompok 3 (C.
racemosa 200 μg/mL). Ekspresi Vimentin dan E-Cadherin menggunakan
pewarnaan imunofluoresens. Migrasi sel menggunakan scratch wound healing
assay.
Hasil: Ekspresi Vimentin dan E-Cadherin diamati melalui pewarnaan
imuofluoresens. Data Vimentin dan E-Cadherin terdistribusi normal (p>0,05) dan
homogen (Saphiro Wilk; Levene). Uji Tukey Vimentin dan E-Cadherin, perbedaan
signifikan rata-rata antar kelompok. Uji Pearson Vimentin menunjukkan korelasi
negatif signifikan (r=-0,869), pada E-Cadherin didapatkan korelasi positif
(r=0,826). Pada migrasi jam ke-0 dan 24, data terdistribusi normal (p>0,05) dan
homogen (Saphiro Wilk; Levene). Uji one-way ANOVA, tidak terdapat perbedaan
signifikan antar kelompok perlakuan (p=0,556). Uji Tukey, tidak terdapat
perbedaan signifikan rerata antar kelompok. Pada jam ke-24, Uji one-way
ANOVA, terdapat perbedaan signifikan antar kelompok perlakuan (p=0,000). Uji
Tukey, terdapat perbedaan signifikan rerata antar kelompok.
Kesimpulan: Ekstrak C. racemosa dapat menurunkan ekspresi Vimentin,
meningkatkan ekspresi E-Cadherin, dan menurunkan migrasi sel pada kultur sel
kanker HeLa. Hasil tersebut menunjukkan adanya potensi ekstrak C. racemosa
sebagai penghambat proses EMT, yang merupakan salah satu proses yang
terjadi pada metastasis sel, pada kultur sel kanker serviks HeLa