6 research outputs found

    Hubungan Antara Penggunaan Internet Dengan Prestasi Belajar

    Full text link
    The background of this research is the adolescence as internet user. If internet is used to something that have complication with study, it can be opinioned have positive relation with academic achievement, but, if internet is used to something that haven't complication with study, it can be opinioned have negative relation with academic achievement. Use of internet is as an information, communication, leisure, financial transaction, and education. This study present data from rapport and survey of 140 students at GIKI 2 elementary high school. The result showed that there was not relationships between use of internet as an information, communication, leisure, financial transaction and education with academic achievement [R=0,246; R2=0,061; F=0,734; p=0,130 (p > 0, 05)], this case showed that the result is not significant. It can be concluded that the use of internet cannot be increased or decrease academic achievement

    Kesempatan Belajar Dan Melakukan Penelitian Ikut Menentukan Pilihan Lokasi Kerja Lulusan Dokter di Daerah Tertinggal

    Get PDF
    Objective: Memahami alasan lulusan dokter memilih daerah tertinggal sebagai lokasi kerja. Methods: Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Focused group discussion (FGD) dilakukan di Kota Kupang dan 2 pulau tertinggal lain di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan karakteristik yang berbeda. Penelitian diikuti oleh 24 orang lulusan dokter yang direkrut secara purposive dan bekerja di enam kabupaten yang berbeda. Transkripsi hasil wawancara dianalisis secara tematik oleh dua orang peneliti dengan dibantu program OpenCode 4.03. Results: Upaya intervensi yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini melalui berbagai program seperti beasiswa dengan ikatan kerja, insentif dan perhitungan beban kerja, peningkatan keamanan, fasilitas, dan aksesibilitas daerah tertinggal, serta promosi daerah tertinggal sebagai lokasi wisata merupakan hal yang terbukti sangat mendukung pemilihan daerah tertinggal sebagai lokasi kerja lulusan dokter. Beberapa hal yang telah dipertimbangkan dalam perekrutan dan penempatan tenaga medis di daerah tertinggal (internship, PTT, maupun Nusantara Sehat) pun terbukti berperan besar, misalnya: rural origin (asal daerah dan adanya keluarga di daerah), adanya rekomendasi otoritas setempat yang menunjukkan adanya teman atau kolega di daerah yang dituju. Hal baru yang ditambahkan oleh penelitian ini adalah lokasi yang menyediakan kesempatan dan pendamping untuk belajar lebih lanjut, termasuk melakukan penelitian, dengan disertai adanya otonomi dan kemandirian dalam bertindak mendapatkan prioritas. Manajemen institusi yang mendukung dan mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, serta budaya dan politik setempat pun ikut memberikan warna dalam pengambilan keputusan pilihan lokasi kerja. Conclusion: Banyak faktor yang berperan dalam pilihan lokasi kerja telah diintervensi dan berhasil menarik minat lulusan dokter untuk masuk dan bekerja di daerah tertinggal. Keputusan lulusan dalam memberikan prioritas pilihan terhadap daerah yang mampu menyediakan pendamping dokter spesialis dan memberikan kesempatan dan otonomi untuk belajar serta melakukan penelitian perlu mendapatkan perhatian dan memberikan arah bagi pengembangan program intervensi pemerataan tenaga medis ke daerah tertinggal selanjutnya.Objective: Memahami alasan lulusan dokter memilih daerah tertinggal sebagai lokasi kerja.Methods: Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Focused group discussion (FGD) dilakukan di Kota Kupang dan 2 pulau tertinggal lain di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan karakteristik yang berbeda. Penelitian diikuti oleh 24 orang lulusan dokter yang direkrut secara purposive dan bekerja di enam kabupaten yang berbeda. Transkripsi hasil wawancara dianalisis secara tematik oleh dua orang peneliti dengan dibantu program OpenCode 4.03.Results: Upaya intervensi yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini melalui berbagai program seperti beasiswa dengan ikatan kerja, insentif dan perhitungan beban kerja, peningkatan keamanan, fasilitas, dan aksesibilitas daerah tertinggal, serta promosi daerah tertinggal sebagai lokasi wisata merupakan hal yang terbukti sangat mendukung pemilihan daerah tertinggal sebagai lokasi kerja lulusan dokter. Beberapa hal yang telah dipertimbangkan dalam perekrutan dan penempatan tenaga medis di daerah tertinggal (internship, PTT, maupun Nusantara Sehat) pun terbukti berperan besar, misalnya: rural origin (asal daerah dan adanya keluarga di daerah), adanya rekomendasi otoritas setempat yang menunjukkan adanya teman atau kolega di daerah yang dituju. Hal baru yang ditambahkan oleh penelitian ini adalah lokasi yang menyediakan kesempatan dan pendamping untuk belajar lebih lanjut, termasuk melakukan penelitian, dengan disertai adanya otonomi dan kemandirian dalam bertindak mendapatkan prioritas. Manajemen institusi yang mendukung dan mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, serta budaya dan politik setempat pun ikut memberikan warna dalam pengambilan keputusan pilihan lokasi kerja.Conclusion: Banyak faktor yang berperan dalam pilihan lokasi kerja telah diintervensi dan berhasil menarik minat lulusan dokter untuk masuk dan bekerja di daerah tertinggal. Keputusan lulusan dalam memberikan prioritas pilihan terhadap daerah yang mampu menyediakan pendamping dokter spesialis dan memberikan kesempatan dan otonomi untuk belajar serta melakukan penelitian perlu mendapatkan perhatian dan memberikan arah bagi pengembangan program intervensi pemerataan tenaga medis ke daerah tertinggal selanjutnya

    Hubungan antara penggunaan internet dengan prestasi belajar

    Get PDF
    The Background of this research is the adolescence as internet user. If internet is used to something that have complication with study, it can be opinioned have positive relation with academic achievement, but, if internet is used to something that havenÂ’t complication with study, it can be opinioned have negative relation with academic achievement. Use of internet is as an information, communication, leisure, financial transaction, and education. This study present data from rapport and survey of 140 students at GIKI 2 elementary high school. The result showed that there was not relationships between use of internet as aninformation, communication, leisure, financial transaction and education with academic achievement [R=0,246; R2= 0,061; F=0,734; P=0,130 (p>0,05)], this case showed that the result is not significant. It can be concluded that the use of internet cannot be increased or decrease academic achievement

    Alasan untuk memilih kerja di daerah tertinggal: studi kualitatif terhadap dokter lulusan Universitas Cendana Kupang

    No full text
    Medical graduate career choice in the underserved area: a qualitative study in Nusa Tenggara TimurPurpose: Although many government policies have been directed toward rural workforce shortage, little attention was given to meet medical graduates’ needs other than financial. This study explored the internal reasons why medical graduates chose the rural area as a place to work.Methods: Three focussed group discussion (FGD) with phenomenology approach followed by a total of 24 medical graduates recruited purposively and work in three islands and six districts in Nusa Tenggara Timur Province. Interview transcripts were analyzed thematically by two researchers.Results: First, interventions which have been done and proven to support the recruitment of medical graduates to underserved area were: contract bound scholarship; incentives and work load calculation; improvement of facilities, security, and accessibility of underserved areas; and promotion of underserved areas as tourism sites. Second, the process of medical graduates recruitment in Indonesia (internship, PTT, and Nusantara Sehat) has considered several important things: rural origin and has friends/colleagues in destination area (proven by submitting local authority recommendation). Third, new issues added by this study are locations supporting autonomy and providing opportunities and supervisors for further learning, including conducting research, will be given priorities. Half of the respondents (12 out of 24) explicitly stated that they chose a place where they can learn more about the medical specialty of interest. Even four out of those 12 respondents stated further that they chose a place where they can conduct research under specialist supervision for the medical specialty of interest.Conclusions: This study adds that the graduates’ choice of workplace which provides opportunities for further learning and conducting research under specialist supervision needs further attention. Local authorities are suggested to invest in IT facilities to support tele-supervision and collaborate with local medical school to adapt the concept of rural clinical school which has been widely established throughout Australia. Second, the placement areas for Specialist Compulsory Work (Wajib Kerja Dokter Spesialis) Program and other similar programs can be expanded and prioritized for underserved rural hospitals to provide clinical supervisors and support the recruitment of medical graduates to those underserved areas.Tujuan: Penelitian ini mengeksplorasi alasan lulusan dokter memilih daerah tertinggal sebagai lokasi kerja. Metode: Focussed group discussion dengan pendekatan fenomenologi terhadap 24 orang lulusan dokter yang direkrut secara purposive dan bekerja di tiga pulau dan enam kabupaten yang berbeda di Nusa Tenggara Timur. Transkripsi hasil wawancara dianalisis secara tematik oleh dua orang peneliti. Hasil: Pertama, upaya intervensi yang telah dilakukan dan terbukti mendukung rekrutmen lulusan dokter ke daerah tertinggal, yaitu: beasiswa dengan ikatan kerja; insentif dan perhitungan beban kerja; peningkatan fasilitas, keamanan, dan aksesibilitas daerah tertinggal; serta promosi daerah tertinggal sebagai lokasi wisata. Kedua, proses rekrutmen tenaga medis ke daerah tertinggal (internship, PTT, dan Nusantara Sehat) telah mempertimbangkan beberapa hal penting, yaitu: rural origin (asal daerah dan adanya keluarga di daerah) dan adanya teman/kolega di daerah (rekomendasi otoritas setempat). Ketiga, hal baru yang ditambahkan oleh penelitian ini adalah lokasi yang menghargai otonomi dan kemandirian serta memberikan kesempatan dan pendamping untuk belajar lebih lanjut, termasuk melakukan penelitian, mendapatkan prioritas. Dua belas dari 24 responden (50%) secara eksplisit menyatakan memilih lokasi dimana mereka bisa belajar lebih banyak untuk bidang yang mereka minati. Bahkan empat dari 12 responden (30%) tersebut menyatakan memilih lokasi dimana dapat melakukan penelitian di bawah supervisi dokter spesialis untuk bidang spesialisasi yang diminati. Simpulan: Keputusan lulusan dokter untuk memilih lokasi kerja yang mampu menyediakan kesempatan belajar dan penelitian di bawah supervisi dokter spesialis perlu mendapatkan perhatian. Pertama, pemda perlu berinvestasi pada pengembangan fasilitas IT yang memungkinkan dilakukannya supervisi jarak jauh dan bekerja sama dengan fakultas kedokteran setempat untuk mengadaptasi konsep rural clinical school yang banyak dikembangkan di rural Australia. Kedua, wilayah penempatan Program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) dapat diperluas dan diprioritaskan untuk RSUD di daerah tertinggal untuk menyediakan supervisor klinik dan mendukung rekrutmen lulusan dokter umum ke daerah tersebut
    corecore