11 research outputs found

    KORELASI FLUKTUASI DERAJAT KEASAMAN (pH) HARIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN PAPUYU (Anabas testudineus Bloch)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan papuyu (Anabas testudineus bloch) dengan fluktuasi derajat keasaman (pH) harian. Kolam yang digunakan berbentuk tabung (bundar) diameter 100 cm, Benih ikan 2.400 ekor. Pengukuran pH harian dilakukan setiap jam selama tujuh hari dari semua perlakuan dan ulangan yang terdiri dari dua faktor, yakni faktor media air yang berbeda (A) dan faktor pakan buatan yang berbeda (B) dengan 3 ulangan sehingga menghasilkan 12 unit percobaan. Diperoleh nilai korelasi antara pertumbuhan bobot mutlak harian dengan pH  diperoleh nilai tertinggi terdapat pada perlakuan mengunakan air biasa dan pakan protein tinggi (A2B1) yaitu (0,814448), nilai korelasi antara pertumbuhan panjang mutlak dengan pH  diperoleh  nilai tertinggi pada perlakuan menggukan air bioflok dan pakan protein tinggi (A1B1) yaitu (0,816251) dan nilai korelasi kelangsungan hidup dengan pH diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan (A2B2) yaitu (-0,62011). Parameter kuaitas air  suhu 27.100C, Oksigen terlarut (DO) 5.61 mg/L, Derajat Keasaman (pH) 7.62. This study aimed to analyze the growth and survival of papuyu fish (Anabas testudineus bloch) with daily fluctuations in acidity (pH). The pond used is tubular (round) with a diameter of 100 cm, 2,400 fish seeds. Daily pH measurements were carried out every hour for seven days from all treatments and replications consisting of two factors, namely different water media factors (A) and different artificial feed factors (B) with 3 replications resulting in 12 experimental units. The correlation value between daily absolute weight growth and pH obtained the highest value found in the treatment using plain water and high protein feed (A2B1), namely (0.814448), the correlation value between absolute length growth and pH obtained the highest value in the treatment using biofloc water and high protein feed (A1B1) that is (0.816251) and the correlation value of survival with pH obtained the highest value in the treatment (A2B2) that is (-0.62011). Parameters of water quality temperature 27.100C, Dissolved Oxygen (DO) 5.61 mg/L, Degree of Acidity (pH) 7.62

    PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN BIOFLOK YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN PAPUYU (Anabas testudineus BLOCH 1792)

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian bioflok yang berbeda terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan papuyu (Anabas testudineus Bloch 1792). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Basah Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat. Pemeliharaan larva ikan papuyu dilakukan dalam  wadah baskom berdiameter 45 cm dengan media berupa air bersih dan setiap baskom dimasukkan larva ikan papuyu sebanyak 200 ekor/baskom.  Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali/hari  (Perlakuan A), sebanyak 4 kali/hari (Perlakuan B) dan sebanyak 6 kali/hari (Perlakuan C) dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media bioflok tidak memiliki pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup larva ikan papuyu, ini dilihat dari Fhitung = 0,351852 < Ftab 5% (5,409451) dan Ftab 1% (12,05995). Sedangkan pertumbuhan larva ikan papuyu berpengaruh nyata terhadap larva ikan papuyu dilihat dari Fhitung = 39358,54 > Ftab 5% (5,409451) dan Ftab 1% (12,05995). Kualitas air media hidup larva ikan papuyu masih pada batas toleransi yang diinginkan ikan uji pada media penelitian, dimana suhu (27,7 – 27,90C), DO (4,8 – 4,9 mg/L), pH (7,5) dan amoniak (<0,6 mg/L)   The purpose of this study was to determine the effect of different frequency of biofloc on the survival and growth of fish larvae (Anabas testudineus Bloch 1792). This research was done in the Wet Laboratory of Aquaculture Department, Fisheries and Marine Faculty, Lambung Mangkurat University. The maintenance of papuyu fish larvae was carried out in a basin with diameter 45 cm in with media in the form of clean water and each basin is inserted as many as 200 fish / climbing perch larvae / basin. The study used a Completely Randomized Design (CRD) with 3 treatments, namely the frequency of feeding as much as 2 times / day (Treatment A), as much as 4 times / day (Treatment B) and as many as 6 times / day (Treatment C) and 3 replications. The results showed that the biofloc media did not have a significant effect on the survival of climbing perch larvae, this was seen from F count = 0.351852 <Ftab 5% (5.409451) and Ftab 1% (12.05995). While the growth of climbing perch larvae significantly affected climbing percch larvae seen from F count = 39358.54> Ftab 5% (5.409451) and Ftab 1% (12.05995). Water quality of live media of climbing perch larvae is still at the desired tolerance level of test fish in the research medium, where the temperature (27.7 - 27.90C), DO (4,8 - 4,9 mg / L), pH (7.5 ) and ammonia (<0.6 mg / L

    INTERAKSI PADAT TEBAR DAN MEDIA JENIS AIR BERBEDA UNTUK MENINGKATKAN KELULUS HIDUPAN PADA PENDEDERAN IKAN HARUAN (Channa striata)

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis interaksi padat tebar berbeda dan media jenis air berbeda mana yang memiliki kelulus hidupan tertinggi pada pendederan ikan haruan (Channa striata). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL Faktorial) dengan 4 perlakuan 3 kali ulangan. Perlakuan A1B1 (Air Sumur dengan Padat Tebar 2 ekor/liter), A1B2 (Air Sumur dengan Padat Tebar 4 ekor/liter), A2B1 (Air Daun Ketapang dan Daun Kelapa Kering dengan Padat Tebar 2 ekor/liter), A2B2 (Air Daun Ketapang dan Daun Kelapa Kering dengan Padat Tebar 4 ekor/liter). Dengan pengukuran sampel kualitas air setiap 2 hari 1 kali selama penelitian berlangsung, dan pengamatan kelulus hidupan ikan setiap hari untuk mengetahui jumlah kematiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelulus hidupan tertinggi terdapat pada A2B1 (Air Daun Ketapang dan Daun Kelapa Kering dengan Padat Tebar 2 ekor/liter) dengan tingkat kelulus hidupan 76,47%. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan adanya interaksi karena pada pola tersebut terdapat potongan garis. Kelompok perlakuan B1 mengalami peningkatan kelangsungan hidup dari A1 ke A2 sedangkan kelompok B2 cenderung stabil. The purpose of this study was to determine the type of interaction of different stocking densities and which media of different types of water had the highest survival rate in the nursery of haruan fish (Channa striata). This study used an experimental method using a Completely Randomized Factorial Design (CRD) with 4 treatments and 3 replications. Treatment A1B1 (Well Water with Stocking Density of 2 fish/liter), A1B2 (Well Water with Stocking Density of 4 fish/liter), A2B1 (Water from Ketapang Leaves and Dried Coconut Leaves with Stocking Density of 2 fish/liter), A2B2 (Water from Ketapang Leaves and Dried Coconut Leaves with a Stocking Density of 4 tails/liter). By measuring water quality samples once every 2 days during the study, and observing the survival of fish every day to determine the number of deaths. The results showed that the highest survival rate was in A2B1 (Ketapang Leaf Water and Dried Coconut Leaf with Stocking Density of 2 fish/liter) with a survival rate of 76.47%. Based on the results of the analysis above, it can be seen that there is an interaction because these patterns contain cut lines. Group B1 experienced an increase in life from A1 to A2, while the treatment group B2 tended to be stable

    MANIPULATION OF DIFFERENT WATER LEVELS AGAINST THE SPAWNING OF CLIMBING PERCH (Anabas testudineus Bloch) NATURALLY

    Get PDF
    Climbing perch enlargement activities are constrained by available fry, due to insufficient production. One of the unknown aquaculture factors is the best water level that can be used in spawning activities for climbing perch. The purpose of the study was to determine the effect of water level manipulation on the spawning results of climbing perch carried out naturally. The study used 3 treatments, namely water levels of 40 cm, 50 cm, and 60 cm and each treatment was repeated 4 times, while the parameters observed included fecundity, egg diameter, fertilization rete, hatching rate, survival rate, and water quality. The results showed that fecundity, egg diameter, fertilization rate, the highest hatching rate were obtained at treatment B of 26419.50 eggs, 0.63 mm, 59.50%, and 41.25%, respectively, while the highest survival rate was obtained in treatment A, which was 71.00%. Water quality during the study was still at the tolerance limit that supports the spawning of climbing perch, namely temperatures between 25.2 – 26.2oC, pH between 7.05 – 7.34, and DO between 3.77 – 4.21 mg / L. Based on diversity analysis (ANOVA) it shows that Fhitung < Ftabel is stated to be no real difference between all treatments given (receive H0) and the results of regression tests show that a water level of 45 cm is optimal for natural spawning of climbing perch   Kegiatan pembesaran ikan papuyu terkendala dengan benih yang tersedia, karena produksinya yang tidak mencukupi. Salah satu faktor budidaya perairan yang belum diketahui adalah ketinggian air yang terbaik yang dapat digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan papuyu. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh manipulasi ketinggian air terhadap hasil pemijahan ikan papuyu  yang dilakukan secara alamiah.  Penelitian menggunakan 3 perlakuan, yakni ketinggian air 40 cm, 50 cm, dan 60 cm serta masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sedangkan parameter yang diamati meliputi fekunditas, diameter telur, derajat pembuahan, derajat penetasan, survival rate, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fekunditas, diameter telur, derajat pembuahan, derajat penetasan  tertinggi diperoleh pada  perlakuan B masing-masing 26419,50 butir, 0,63 mm,  59,50%,  dan 41,25%, sedangkan survival rate tertinggi diperoleh  pada perlakuan A, yakni 71,00%. Kualitas air selama penelitian masih berada pada batas toleransi yang menunjang pemijahan ikan papuyu  yaitu suhu  antara 25,2 – 26,20C, pH antara 7,05 – 7,34, dan DO antara 3,77 – 4,21 mg/L. Berdasarkan analisis keragaman (ANOVA) menunjukan bahwa Fhitung < Ftabel  dinyatakan tidak berbeda nyata antara semua perlakuan yang diberikan (terima H0) dan hasil uji regresi menunjukkan bahwa ketinggian air 45 cm adalah optimal untuk pemijahan ikan papuyu secara alamiah

    Efek pemberian dosis akriflavin dan lama perendaman yang berbeda terhadap rasio pembentukan kelamin jantan ikan baung (Hemibagrus nemurus)

    Get PDF
    Abstract. The purpose of this study was to examine the Acriflavine doses and immersion time on the sex ratio and survival rate of Bagrid catfish (Hemibagrus nemurus. The completely randomized design of factorial was applied in this research (4x2) with 3 replications. The tested doses were 0 mg/L, 2.5 mg/L, 5 mg/L, and 7.5 mg/L and immersion times were 6 hours and 12 hours. Β The Anova test showed that Acriflavine doses and immersion times were not influence significantly on survival rate and sex ratio of Hemibagrus nemurus. However, the highest male sex ratio was found 5 mg/L dose and 12 hours immersion time.Keywords : Bagrid catfish, Hemibagrus nemurus, acriflavine, masculinization Β Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dosis akriflavin dan lama perendaman terhadap keberhasilan pembentukan kelamin jantan dan sintasan benih ikan baung yang terbaik. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (4x2) dengan tiga kali ulangan. Variabel bebas yang diukur adalah kombinasi antara dosis akriflavin (0 mg/L, 2,5 mg/L, 5 mg/L, dan 7,5 mg/L) pada lama perendaman (6 jam dan 12 jam. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa perlakuan dosis akriflavin dan lama perendaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap sintasan dan rasio kelamin ikan baung. Namun demikian hasil terbaik diperoleh pada perlakuan dosis 5 mg/L akriflavin dengan lama perendaman 12 jam, yakni 61,83%.Β Kata kunci : Baung, Hemibagrus nemurus, akriflavin, jantanisas

    KAJIAN PATOGENITAS BAKTERI SALURAN PENCERNAAN IKAN PAPUYU (Anabas testudineus BLOCH) SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK SISTEM BIOFLOK

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji patogenitas bakteri pada saluran pencernaan ikan papuyu  sebagai kandidat probiotik sistem bioflok.  Penelitian  dimulai dengan mengisolasi, menyeleksi, mengidentifikasi bakteri yang didapatkan dari saluran pencernan, diawali dengan menggerus saluran pencernaan ikan papuyu dan diencerkan, kemudian dikultur. Koloni yang didapat dimurnikan dan diseleksi dengan uji metabolisme, uji antagonis dan diidentifikasi secara biokimiawi serta diuji tahan suhu dan tahan asam (pH), kemudian dilanjutkan uji patogenitas, LD50. dengan 10  pengenceran  (perlakuan) dan 4 ulangan dengan ikan papuyu 20 ekor per akuarium  sebagai ikan uji.  Hasil penelitian menunjukkan  Hasil penelitian dari 3 lokasi berbeda pada lokasi A1 Guntung Payung, lokasi A2 Loktabat dan lokasi A3 martapura. Bakteri yang ditemukan terdapat 47 isolat yang terdiri dari pada lokasi A1 15 isolat, lokasi A2 15 isolat dan lokasi A3 17 isolat. Hasil pengamatan makroskopik diperoleh 5 isolat morfologi yang berbeda berdasarkan bentuk, warna, tepian dan elevasi permukaan koloni. Pengamatan mikroskopik dengan uji KOH diperoleh 3 Gram positif dan 2 Gram negatif. Identifikasi bakteri yang ditemukan terdiri dari bakteri genus Bacillus sp., Plesiomonas sp., Staphylococcus sp., Flavobacterium sp., dan Micrococcus sp.  Hasil uji patogenitas dan LD50 menunjukkan semua perlakuan kelulusanhidupnya 100 %, dengan demikian uji ini bakteri dari usus ikan papuyu lulus – dapat digunakan  sebagai kandidat probiotik.   This study aims to examine the pathogenicity of bacteria in the digestive tract of papuyu fish as a candidate for probiotics in the biofloc system. The study began by isolating, selecting, identifying bacteria obtained from the digestive tract, starting with grinding the digestive tract of papuyu fish and diluted, then cultured. Colonies obtained were purified and selected by metabolic test, antagonist test and identified biochemically and tested for temperature resistance and acid resistance (pH), then continued with pathogenicity test, LD50. with 10 dilutions (treatment) and 4 replications with 20 papuyu fish per aquarium as test fish. The results showed the results of the study from 3 different locations at location A1 Guntung Payung, location A2 Loktabat and location A3 martapura. The bacteria found were 47 isolates consisting of 15 isolates at location A1, location A2 15 isolates and location A3 17 isolates. The results of macroscopic observations obtained 5 different morphological isolates based on the shape, color, edge and surface elevation of the colony. Microscopic observation with KOH test obtained 3 Gram positive and 2 Gram negative. Identification of bacteria found consisted of bacteria of the genus Bacillus sp., Plesiomonas sp., Staphylococcus sp., Flavobacterium sp., and Micrococcus sp. The results of the pathogenicity test and LD50 showed that all treatments had a 100% survival rate, thus this test passed bacteria from the intestines of papuyu fish – which could be used as probiotic candidates

    PENGGUNAAN MEDIA AIR YANG BERBEDA UNTUK MENINGKATAN DAYA TETAS TELUR DAN KELULUSAN HIDUP BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy lac.)

    Get PDF
    Menyedia benih dalam usaha budidaya ikan gurami (Osphronemus gouramy lac.) memegang peranan yang sangat  penting. Kendala utama  dalam usaha pembenihan ikan gurami di kolam adalah tingginya tingkat mortalitas, terutama pada saat telur dan larva. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan persentasi daya tetas telur dan kelulusan hidup larva ikan gurami pada media sumber air pemeliharaan yang berbeda. Penelitian menggunakan RAL dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan yaitu perlakuan A sumber air sumur, perlakuan B sumber air kolam, dan perlakuan C sumber air bioflok. Hasil penelitian menunjukkan daya tetas telur perlakuan air sumur (98,43%) meningkat 0,28% dibandingkan dari perlakukan air kolam (98,15%) dan perlakukan air sumur (98,43%) meningkat 12,26% dibandingkan dari perlakuan air bioflok (86,17%), perlakuan air kolam (98,15%) meningkat 11,98% dibandingkan dari perlakuan air bioflok (86,17%). Kelulusan hidup pada perlakuan air sumur (88,72%) meningkat 1,11% dibandingkan dari perlakukan air kolam (87,61%) dan perlakukan air sumur (88,72%) meningkat 27,13% dibandingkan dari perlakuan air bioflok (61,57%), perlakuan air kolam (87,61%) meningkat 26,02% dibandingkan dari perlakuan air bioflok (61,57%). peningkatan daya tetas telur dan kelulusan hidup benih ikan gurami dengan media air sumur lebih baik dibandingkan dengan media air kolam dan media air bioflok. Providing seeds in the cultivation of gouramy (Osphronemus gouramy lac.) plays an important role. One of the biggest obstacles in the hatchery of gouramy in ponds is the high mortality rate, especially at the time of eggs and larvae. This research was aimed to increase the percentage of egg hatchability and survival rate of gouramy larvae in different rearing water sources. The research used RAL with 3 treatments and 3 repetitions, they are treatment A from well water, treatment B from pond water, and treatment C from biofloc water sources. The results showed that the hatchability of eggs from well water treatment (98.43%) increased by 0.28% compared to that of pond water treatment (98.15%) and well water treatment (98.43%) increased by 12.26% compared to water treatment. biofloc (86.17%), pond water treatment (98.15%) increased by 11.98% compared to biofloc water treatment (86.17%). Life pass in well water treatment (88.72%) increased by 1.11% compared to pond water treatment (87.61%) and well water treatment (88.72%) increased by 27.13% compared to biofloc water treatment (61 ,57%), pond water treatment (87.61%) increased by 26.02% compared to biofloc water treatment (61.57%). The use of well water media increased egg hatchability and survival rate of gouramy compared to pond water media and biofloc water medi

    PENINGKATAN KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN GABUS HARUAN (Channa striata) MELALUI PEMBERIAN PAKAN SISTEM KALENDER

    No full text
    Budidaya ikan gabus haruan masih mengalami kendala pada tahap Perpindahan pakan alami dan waktu pemberian pakan yang tidak tepat dapat menyebabkan pertumbuhan larva menjadi lambat, dimana larva membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan pakan yang baru dengan cara sistem kalender. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan sistem kalender terhadap kelulusan hidup dan pertumbuhan larva ikan gabus haruan (Channa striata). Penelitian dilakukan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan.Pakan yang digunakan yaitu Artemia sp., Daphnia sp., dan pakan komersil. Parameter penelitian meliputi kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang relatif, pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan berat relatif, pertumbuhan berat mutlak, dan kualitas air  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pakan sistem kalender tidak berbeda berpengaruh nyata terhadap laju, pertambahan kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang relatif, pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan berat relatif, pertumbuhan berat mutlak larva ikan gabus Hasil tertinggi didapat dari perlakuan D H8 – 16 (A) Γ  H17 – 24 (D) Γ  H25 – 33 (PK) mampu menghasilkan kelangsungan hidup 83,33%, pada pertumbuhan panjang relatif, panjang mutlak yang tertinggi pada perlakuan C H8 – 15 (A) Γ  H16 – 23 (D) Γ  H24 – 33 (PK) dan pertumbuhan berat relatif, berat mutlak perlakuan A H8 – 13 (A) Γ  H14 – 21 (D) Γ  H22 – 33 (PK). Cultivation of snakehead fish is still experiencing problems at the stage of natural feed transfer and inappropriate feeding time can cause larval growth to be slow, because larvae need time to adapt to new feed by means of a calendar system. The purpose of the research to effect of calendar system feeding on survival and growth of snakehead fish (Channa striata) larvae. The study was conducted using a completely randomized design (CRD) method with 4 treatments and 3 replications. The feed used were Artemia sp., Daphnia sp., and commercial feed. The research parameters included survival, relative length growth, absolute length growth, relative weight growth, absolute weight growth, and water quality. absolute length, relative weight growth, absolute weight growth of snakehead fish larvae. The highest results were obtained from treatment D H8 – 16 (A) H17 – 24 (D) H25 – 33 (PK) was able to produce 83.33% survival, on growth relative length, the highest absolute length in treatment C H8 – 15 (A) H16 – 23 (D) H24 – 33 (PK) and the growth of relative weight, absolute weight of treatment A H8 – 13 (A) H14 – 21 (D) H22 – 33 (PK)

    PENGARUH PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA SETELAH MENETAS PADA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy, Lac)

    No full text
    Ikan gurami (Ospronemus gouramy, Lac) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dipilih untuk dipelihara. Keunggulan ikan gurami adalah dapat berkembangbiak secara alami dan dapat hidup di air tergenang, kekurangan ikan gurami adalah pertumbuhannya lambat dengan rata-rata panen  6-12 bulan sekali. Kuning telur larva ikan gurami akan habis pada hari ke 6 hingga hari ke 14 sejak menetas. Larva ikan gurami berwarna kuning bening saat masih terdapat kuning telur dan berwarna abu-abu saat kuning telur sudah habis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelangsungan hidup larva ikan gurami dengan padat tebar yang berbeda dan menganalisis pertumbuhan larva ikan gurami dengan padat tebar yang berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 3 perlakuan 3 pengulangan yaitu perlakuan  A padat 2 tebar ekor/liter (1 akuarium : 40 ekor), perlakuan B padat 4 tebar ekor/liter (1 akuarium : 80 ekor) dan perlakuan C padat 6 tebar ekor/liter (1 akuarium : 120 ekor). Hasil penelitian Perlakuan A 2 ekor/liter merupakan yang terbaik terhadap pertumbuhan Panjang Mutlak, Panjang Relatif, Bobot Mutlak, Bobot Relatif, dan Kelangsungan Hidup dengan nilai sebesar (94,2%). Hasil analisa kualitas air masih berada dikisaran yang optimal untuk pemeliharaan larva ikan gurame:  26,9oC-29,4oC, DO 3,86-4,32 mg/L, dan pH 6,5 – 6,9. Giant gouramy (Ospronemus gouramy, Lac) is one of the most popular freshwater fish species to breed. The advantage of Giant Gourami is that it breeds naturally and can live in stagnant water. The disadvantages of Giant Gourami are its slow growth and average yield of 612 months. The yolks of Giant Gourami larvae disappear 6 to 14 days after hatching. Giant Gouramy larvae turn pale yellow when the yolk is still present and gray when the yolk is gone. The purpose of this study is to analyze the survival of Giant Gourami larvae of different breeding densities and the growth of Giant Gourami larvae of different breeding densities. In this study, we used a fully randomized design (CRD) and performed 3 operations in 3 iterations. Fixed 6 stock tails / liter (1 aquarium: 120 tails). The results of the study that Treatment A 2 tails/liter was the best for the growth of Total Length, Absolute Length, Absolute Weight, Relative Weight, and Survival with a value of (94.2%). The results of the analysis of water quality were still in the optimal range for the rearing of carp larvae: 26.9oC-29.4oC, DO 3.86-4.32 mg/L, and pH 6.5-6.9
    corecore