19 research outputs found

    Uji Praklinis 99mtc-kanamisin Sebagai Radiofarmaka Untuk Pencitraan Infeksi

    Get PDF
    UJI PRAKLINIS 99mTc-KANAMISIN SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRA-AN INFEKSI. 99mTc-kanamisin merupakan salah satu radiofarmaka yang digunakan untuk mendiagnosis infeksi hingga ke bagian tubuh yang sangat dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik praklinis 99mTc-kanamisin meliputi toksisitas, sterilitas, pirogenitas, dan biodistribusi. Uji toksisitas dilakukan pada 5 ekor mencit yang diinjeksi 99mTc-kanamisin secara intra vena ekor, dilanjutkan dengan pengamatan sampai dengan 24 jam setelah injeksi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 99mTc-kanamisin tidak bersifat toksik. Uji sterilitas dengan metode inokulasi 99mTc-kanamisin secara langsung pada medium nutrient agar dan tioglikolat cair menunjukkan bahwa 99mTc-kanamisin bersifat steril. Uji pirogenitas pada 3 ekor kelinci yang diinjeksi 99mTc-kanamisin secara intra vena pada telinga menunjukkan bahwa suhu total respon sebesar 2,9 oC, yang berarti 99mTc-kanamisin belum bebas pirogen. Biodistribusi 99mTc-kanamisin dilakukan pada mencit yang tidak diinfeksi dan yang diinfeksi dengan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus secara intra-muskular pada 24 jam sebelum injeksi 99mTc-kanamisin. Beberapa sampel organ dan jaringan mencit diambil pada interval waktu 30, 60, dan 180 menit pasca injeksi 99mTc-kanamisin secara intravena melalui ekor mencit, menunjukkan bahwa 99mTc-kanamisin terakumulasi di dalam organ target yaitu otot paha kiri. Nilai rasio otot paha kiri terhadap otot paha kanan yang diperoleh sebesar 3,63 dan 5,64, masing-masing untuk E. coli dan S. aureus. Radiofarmaka 99mTc-kanamisin bersifat tidak toksik, steril, mengandung pirogen, terdistribusi di dalam tubuh mencit dengan baik, dan diekskresikan secara cepat dari dalam tubuh mencit melalui ginjal mulai 30 menit pasca injeksi, baik pada mencit yang diinfeksi bakteri maupun mencit yang tidak diinfeksi bakteri. ABSTRACT99mTc-KANAMYCIN PRECLINICAL TESTING AS A RADIOPHARMACEUTICAL FOR INFECTION IMAGING. Infectious disease is the leading cause of death in worldwide, especially in developing countries such as Indonesia. Early detection and determination of the exact location of infection by imaging methods can facilitate treatment. 99mTc-kanamycin is one of the radiopharmaceuticals that widely used for such purpose. The aim of the study was to obtain the information on the preclinical characteristics of 99mTc-kanamycin including toxicity, sterility, pirogenicity, and biodistribution. Toxicity test conducted in 5 mice injected radiopharmaceutical 99mTc-kanamycin intra venous tail, showed that the radiopharmaceutical was not toxic for 24 hours after intravenous injection. Sterility testing of radiopharmaceutical 99mTc-kanamycin conducted with direct inoculation on Nutrient Agar and liquid Thioglicolat medium showed that the radiopharmaceutical was sterile. Pyrogenicity test conducted in 3 rabbits injected with the radiopharmaceutical 99mTc-kanamycin showed that the total temperature response was 2.9oC, that means that the radiopharmaceutical was not free from pyrogen. Biodistribution of 99mTc-kanamycin at intervals of 30, 60, and 180 minutes post intravenously injection through the tail of mice, infected with Escherichia coli and Staphylococcus aureus intramuscularly 24 hours earlier, showed that 99mTc-kanamycin accumulates in the target organ of the left thigh muscle. The ratio values of left to right thigh muscle were 3.63 and 5.64 for E. coli and S. aureus, respectively. Radiopharmaceutical 99mTc-kanamycin was not toxic, sterile, pyrogen, distributed in the body of mice, and were rapidly excreted from the body through the kidneys starting 30 minutes post injection, both in bacterials infected or without bacterials infected mice. ABSTRACT 99mTc-KANAMYCIN PRECLINICAL TESTING AS A RADIOPHARMACEUTICAL FOR INFECTION IMAGING. Infectious disease is the leading cause of death in worldwide, especially in developing countries such as Indonesia. Early detection and determination of the exact location of infection by imaging methods can facilitate treatment. 99mTc-kanamycin is one of the radiopharmaceuticals that widely used for such purpose. The aim of the study was to obtain the information on the preclinical characteristics of 99mTc-kanamycin including toxicity, sterility, pirogenicity, and biodistribution. Toxicity test conducted in 5 mice injected radiopharmaceutical 99mTc-kanamycin intra venous tail, showed that the radiopharmaceutical was not toxic for 24 hours after intravenous injection. Sterility testing of radiopharmaceutical 99mTc-kanamycin conducted with direct inoculation on Nutrient Agar and liquid Thioglicolat medium showed that the radiopharmaceutical was sterile. Pyrogenicity test conducted in 3 rabbits injected with the radiopharmaceutical 99mTc-kanamycin showed that the total temperature response was 2.9oC, that means that the radiopharmaceutical was not free from pyrogen. Biodistribution of 99mTc-kanamycin at intervals of 30, 60, and 180 minutes post intravenously injection through the tail of mice, infected with Escherichia coli and Staphylococcus aureus intramuscularly 24 hours earlier, showed that 99mTc-kanamycin accumulates in the target organ of the left thigh muscle. The ratio values of left to right thigh muscle were 3.63 and 5.64 for E. coli and S. aureus, respectively. Radiopharmaceutical 99mTc-kanamycin was not toxic, sterile, pyrogen, distributed in the body of mice, and were rapidly excreted from the body through the kidneys starting 30 minutes post injection, both in bacterials infected or without bacterials infected mice

    EVALUASI BIOLOGIS 99mTc-GLUKOSA-6-FOSFAT PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STOCK SPRAGUE DAWLEY

    Get PDF
    EVALUASI BIOLOGIS 99mTc-glukosa-6-fosfat PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STOCK SPRAGUE DAWLEY. Kanker merupakan penyebab kematian tertinggi dengan jumlah penderita yang diprediksi akan mengalami peningkatan hingga tujuh kali lipat pada tahun 2030. Pengendalian penyakit melalui deteksi dini dan diagnosis yang lebih akurat melalui aplikasi teknik nuklir diharapkan dapat membantu penyembuhan penyakit kanker pada stadium awal. 99mTc-glukosa-6-fosfat merupakan radiofarmaka yang penggunaannya ditujukan untuk diagnosis kanker, dan diharapkan  dapat diaplikasikan terutama di rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas PET (Positron Emission Tomography) dan siklotron. Telah dilakukan uji lanjutan analisis bioafinitas sel kanker terhadap 99mTc-glukosa-6-fosfat melalui serangkaian pengujian pada hewan model yang memiliki kanker artifisial, antara lain uji biodistribusi, uji pencitraan, uji blood clearance, dan uji renal clearance. Uji biodistribusi 99mTc-glukosa-6-fosfat menunjukkan adanya akumulasi radiofarmaka di dalam jaringan target yaitu jaringan kanker sebesar 6,23% pada interval waktu 15 menit setelah injeksi. Namun demikian, selain di jaringan kanker, radiofarmaka ini diakumulasi cukup tinggi di tulang yaitu sebesar 23,99% pada 15 menit setelah injeksi, sehingga akan berpengaruh pada saat uji pencitraan. Hasil uji pencitraan menunjukkan bahwa 99mTc-glukosa-6-fosfat terakumulasi di dalam jaringan tumor/kanker. Radiofarmaka ini dapat dikatakan cepat dikeluarkan dari tubuh berdasarkan hasil uji blood clearance dan renal clearance yang menunjukkan bahwa aktivitas radiofarmaka di dalam tubuh sudah menurun drastis pada 15 menit setelah injeksi (1,25%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa radiofarmaka 99mTc-glukosa-6-fosfat terakumulasi di dalam jaringan kanker artifisial. Akan tetapi karena terdapat akumulasi yang cukup signifikan pada tulang, maka perlu dilakukan reformulasi radiofarmaka ini, tanpa menggunakan Na-pirofosfat

    EVALUASI BIOLOGIS RADIOFARMAKA 175Yb-EDTMP UNTUK TERAPI PALIATIF PADA TULANG

    Get PDF
    EVALUASI BIOLOGIS RADIOFARMAKA 175Yb-EDTMP UNTUK TERAPI PALIATIFTULANG. Radiofarmaka yang ideal untuk terapi paliatif tulang memerlukan energi partikel-βyang cukup dengan molekul pembawa yang stabil. Iterbium-175 merupakan salah saturadioisotop pemancar β (t 1/2 = 4,2 hari, Eβ (max) = 0,480 MeV) memiliki sifat radionuklidasesuai untuk digunakan dalam terapi paliatif tulang. Ligan etilen diamin tetrametilen fosfonat(EDTMP) diketahui dapat membentuk kompleks dengan stabilitas tinggi.EDTMP yang ditandaidengan radioisotop 175Yb menghasilkan radiofarmaka 175Yb-EDTMP, telah berhasil diproduksi diPTNBR BATAN-Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas 175Yb-EDTMPsebagai radiofarmaka yang potensial untuk pencitraan tulang dan terapi paliatif tulang.Pengujian radiofarmaka 175Yb-EDTMP meliputi uji biodistribusi dan uji pencucian dari darah.Hasil uji biodistribusi memperlihatkan persentase radioaktivitas 175Yb-EDTMP di tulang sebesar12,68 %; 11,83 %; 10,00 % dan 8,20 % (% ID) berturut-turut pada 1, 3, 5 dan 24 jam pascainjeksi. Persentase radioaktivitas di lambung sebesar 0,06 (% ID/g) hingga 24 jam pasca injeksimenunjukkan radiofarmaka 175Yb-EDTMP tetap stabil secara in vivo. Hasil studi blood clearencedari radiofarmaka 175Yb-EDTMP memperlihatkan radiofarmaka ini memiliki gambaran pencucianyang cepat dari darah. Radiofarmaka 175Yb-EDTMP dapat menjadi radiofarmaka yang idealuntuk diagnosis dan terapi paliatif tulang.Kata kunci: Paliatif tulang, 175Yb-EDTMP, biodistribus

    EVALUASI FORMULASI RADIOFARMAKA 99mTc-SIPROFLOKSASIN DENGAN REDUKTOR SnCl2·2H2O dan Sn-TARTRAT

    Get PDF
    99mTc-siprofloksasin adalah radiofarmaka berbasis antibiotik untuk diagnosis infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pada penelitian ini radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin disiapkan dengan menggunakan dua macam reduktor yaitu SnCl2·2H2O dan Sn-tartrat. Penelitian ini bertujuan membandingkan masing-masing reduktor untuk menghasilkan radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin dengan nilai kemurnian radiokimia yang tinggi dan akumulasi yang baik di daerah infeksi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi optimum diperoleh pada jumlah reduktor SnCl2·2H2O sebanyak 25 µg dengan kemurnian radiokimia sebesar  94,25 + 2,04 dan Sn-tartrat sebanyak 400 µg dengan kemurnian radiokimia sebesar  95,06 + 1,00 Pengujian kemurnian  radiokimia 99mTc-siprofloksasin menggunakan High Performance Liquid Chromatography memperlihatkan profil kromatogram yang sama untuk masing-masing reduktor dengan puncak dari 99mTc-siprofloksasin berada pada waktu retensi 7,17 menit. Hasil uji biodistribusi pada paha mencit yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus untuk formula 99mTc-siprofloksasin dengan reduktor SnCl2·2H2O 1 jam dan 3 jam pasca injeksi menunjukkan rasio target/nontarget relatif konstan yaitu sebesar 2,71 dan 2,25. Sedangkan rasio target/nontarget 99mTc-siprofloksasin dengan reduktor Sn-tartrat pada 1 jam dan 3 jam pasca injeksi sebesar 1,78 dan 2,20 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa formulasi radiofarmaka 99mTc-siprofoksasin dengan dua macam reduktor SnCl2.2H2O dan Sn – tartrat memiliki karakteristik yang berbeda. Kata kunci : radiofarmaka,99mTc-siprofloksasin, reduktor, kemurnian radiokimi

    Karakteristik Fisikokimia Senyawa Bertanda 99mtc-kuersetin

    Get PDF
    Berkembangnya ilmu pengetahuan dan informasi di bidang kesehatan membuat masyarakat meyakini bahwa mengkonsumsi makanan yang kaya antioksidan penting untuk mencegah berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan kanker. Kuersetin merupakan senyawa flavonoid yang banyak ditemukan pada buah dan sayur yang memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Banyak penelitian yang telah membuktikan efektivitas kuersetin sebagai senyawa antikanker secara in-vitro, namun data pengujiannya secara in-vivo masih terbatas. 99mTc-kuersetin diharapkan dapat dijadikan radiotracer untuk mengetahui efektivitas senyawa kuersetin sebagai senyawa antikanker pada pengujian in-vivo menggunakan hewan percobaan. Namun sebelum dilakukan pengujian in-vivo untuk menjamin aplikasinya perlu dilakukan pengujian karakteristik fisiko-kimia sediaan 99mTc-kuersetin. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisiko-kimia dari senyawa 99mTc-kuersetin. Hasil penelitian karakteristik fisiko-kimia 99mTc-kuersetin menunjukkan bahwa kemurnian radiokimia sediaan 99mTc-kuersetin adalah 98,94 ± 0,30%. Sediaan 99mTc-Kuersetin ini bermuatan netral, memiliki nilai lipofilisitas dengan log (P) = 0,62 ± 0,05 dan dapat berikatan kuat dengan plasma darah dengan persentase sebesar 95,06 ± 1,34%. Berdasarkan nilai lipofilisitas sebesar 0,62 ± 0,05 diharapkan senyawa ini akan mudah terdistribusi kedalam jaringan organ sehingga diharapkan akan efektif sebagai senyawa bertanda penyidik kanker

    KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SENYAWA BERTANDA 99mTc-KUERSETIN

    Get PDF
    Berkembangnya ilmu pengetahuan dan informasi di bidang kesehatan membuat masyarakat meyakini bahwa mengkonsumsi makanan yang kaya antioksidan penting untuk mencegah berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan kanker. Kuersetin merupakan senyawa flavonoid yang banyak ditemukan pada buah dan sayur yang memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Banyak penelitian yang telah membuktikan efektivitas kuersetin sebagai senyawa antikanker secara in-vitro, namun data pengujiannya secara in-vivo masih terbatas. 99mTc-kuersetin diharapkan dapat dijadikan radiotracer untuk mengetahui efektivitas senyawa kuersetin sebagai senyawa antikanker pada pengujian in-vivo menggunakan hewan percobaan. Namun sebelum dilakukan pengujian in-vivo untuk menjamin aplikasinya perlu dilakukan pengujian karakteristik fisiko-kimia sediaan 99mTc-kuersetin. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisiko-kimia dari senyawa 99mTc-kuersetin. Hasil penelitian karakteristik fisiko-kimia 99mTc-kuersetin menunjukkan bahwa kemurnian radiokimia sediaan 99mTc-kuersetin adalah 98,94 ± 0,30%. Sediaan 99mTc-Kuersetin ini bermuatan netral, memiliki nilai lipofilisitas dengan log (P) = 0,62 ± 0,05 dan dapat berikatan kuat dengan plasma darah dengan persentase sebesar 95,06 ± 1,34%. Berdasarkan nilai lipofilisitas sebesar 0,62 ± 0,05 diharapkan senyawa ini akan mudah terdistribusi kedalam jaringan organ sehingga diharapkan akan efektif sebagai senyawa bertanda penyidik kanker

    IN VIVO INTERACTION OF PROPYLTHIOURACIL WITH SODIUM IODIDE (Na131I) RADIOPHARMACEUTICAL IN RATS (Rattus norvegicus)

    Get PDF
    IN VIVO INTERACTION OF PROPYLTHIOURACIL WITH SODIUM IODIDE (Na131I) RADIOPHARMACEUTICAL IN RATS (Rattus norvegicus).. The aim of this research is to determine the effect of propylthiouracil (PTU) treatment to pharmacokinetics interaction and biodistribution profile of Na131I radiopharmaceuticals. Three groups of animal model were used in this experiment, i.e. experimental animals which given PTU for 1 time (onset or A groups), PTU for six days (B Groups) and without treatment (control or C Groups). Pharmacokinetics and biodistribution test were conducted by giving PTU per oral and  after 24 hours, continued by giving Na131I solution per oral. In pharmacokinetics test, percentage of injection dose/gram of blood (%ID/g) was calculated to determine the absorption, distribution and elimination half time. In biodistribution test, percentage of injection dose/gram of organs was calculated to determine the accumulation of Na131I in spesific organs. The results showed that the absorption half time of A, B and C groups were 3.14 ± 1.42, 2.49 ± 0.49 and 2.52 ± 0.7 hours, respectively. The distribution half time of A, B and C groups were 10.58 + 5.85, 12.92 + 3.75 and 11.42 + 3.15 hours, respectively. The elimination half time of A, B and C groups were 113.03 + 46.03, 96.57+ 47.76 and 196.71 + 145.21 hours, respectively. Biodistribution test results showed that the accumulation of Na131I in thyroid of A, B and C groups were 1.31 + 0.45, 5.03 + 0.55 and 4.45 + 2.24 % respectively. This research was concluded that PTU treatment cannot alter absorption, distribution and elimination half time Na131I, but the accumulation in thyroid was decrease in A group to control

    Biological Evaluation of 99mTc-Kanamycin for Infection Imaging

    Get PDF
    Kanamycin antibiotic was radiolabeled successfully with radioisotope technetium-99m for the potential use as radiopharmaceuticals for infection imaging. 99mTc-kanamycin complexes was prepared 93 % radiochemical purities by direct labelling using 5 mg kanamycin and 30 µg SnCl2. The reaction occurred at alkaline condition (pH=9) and under room temperature for 30 min to achieve high radiochemical purity. Radiochemical purity and stability of 99mTc-kanamycin was determined by ascending paper chromatography using Whatman 3 paper as the stationary phase, and acetone as the mobile phase to separate the radiochemical impurities in the form of 99mTc-pertechnetate. While impurities in the form of 99mTc-reduced were separated using the stationary phase ITLC-SG and 0.5 N NaOH as mobile phase. This study aimed to determine biological characteristic of 99mTc-kanamycin radiopharmaceutical. In vitro cell studies showed that the change of kanamycin structure after labeling with technetium-99m did not give a specific influence to the potency of kanamycin as an antibiotic. In addition on uptake study, a significantly higher uptake of 99mTc-kanamycin with S. aureus than E. coli. Biodistribution of 99mTc-kanamycin complexes was studied on normal and infection mice at 15, 30, 60 and 120 min post-injections. The biodistribution of 99mTc-kanamycin in infection mice showed that the complex accumulated in the infection sites. These results show that 99mTc-Kanamycin radiopharmaceutical have a potential application for infection diagnosis
    corecore