15 research outputs found

    Evaluasi Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) pada UKM Dimsum XYZ di Kota Bandung

    Get PDF
    The high interest in frozen food products during the pandemic caused many food industries with the scale of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) to start producing frozen food, such as dimsum. Dimsum itself is a medium risk product, so it needs to have an MD distribution permit. GMP is the basic requirement for granting an MD distribution permit certificate by BPOM. This study aims to evaluate the application of GMP (Good Manufacturing Practices) to SME Dim Sum XYZin Bandung. The study was conducted by interview and direct field observation.The results of the study show that the application of GMP in SME DimSum XYZ still doesnot meet the requirements of the GMP guidelines because there are still6 cases of minor deviations, 7 cases of major deviations and 9 cases of serious deviations. Serious deviations in the application of GMP in SME DimSum XYZ lie in factory sanitation, production equipment, product testing methods, supervision of the production process, and chemical storage.Tingginya minat akan produk makanan beku selama pandemi menyebabkan banyak industri pangan dengan skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)mulai memproduksi jenis makanan beku (frozen food)sepertidimsum. Dimsum sendiri termasuk produk dalam resiko sedang sehingga perlu memiliki izin edar MD. GMP menjadi persyaratan dasar pemberian sertifikat izin edar MD oleh BPOM. Tujuan penelitian ini mengevaluasipenerapan GMP (Good Manufacturing Practices) pada UKM dimsum XYZ di kota Bandung. Kajian dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung ke lapangan. Hasil kajian menunjukan penerapanGMPpada UKM dimsum XYZ masih belum memenuhi persyaratan pedoman GMPkarena masih dijumpai penyimpangan minor sebesar 6 kasus, penyimpangan mayor sebanyak 7 kasus dan penyimpangan serius 9 kasus. Penyimpangan serius dalam penerapan GMP pada UKM dimsum XYZ terletak pada sanitasi pabrik, peralatan produksi, metode pengujian produk, pengawasan terhadap proses produksi, dan penyimpanan bahan kimia

    Pengaruh Variasi Tepung Tapioka Terhadap Tingkat kesukaan Bakso Ikan Bandeng (Channos channos Forsk) Presto

    Get PDF
    Modification of milkfish (Chanos chanos) by high pressure processing was done to increase added value and to develop new product innovations. One of the innovative products that can be developed is in the form of meatballs. The addition of  milkfish into the manufacturing of meatballs is expected to produce meatballs with a distinctive aroma. The purpose of this study was to determine the effect of different variations of tapioca flour amount using organoleptic tests. The tests included testing of color, aroma, taste, and elasticity as well as testing the shelf-life of presto milkfish meatballs at room temperature. The experimental design used was Completely Randomized Design (CRD) with the scoring test method based on the level of consumer preference. The factors studied were the percentage of tapioca flour proportions to the raw material of presto milkfish which consisted of three treatments, namely P1 treatment 20 grams; P2 30 grams; P3 40 grams. Based on the results of the organoleptic test by 20 panelists, it can be concluded that the presto milkfish meatballs favored by the panelists are presto milkfish meatballs with milkfish: tapioca flour ratio 60 gr: 30 gr. Storage of the meatballs in room temperature at 24 hours cause discoloration.Modifikasi olahan ikan bandeng (Chanos chanos) presto duri lunak perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dan menghasilkan inovasi produk baru, salah satunya dalam bentuk bakso. Penambahan ikan bandeng presto pada pembuatan bakso diharapkan dapat menghasilkan bakso dengan aroma yang khas bandeng presto. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi variasi penambahan tepung tapioka terhadap tingkat kesukaan bakso bandeng presto. Uji organoleptik yang dilakukan meliputi analisis terhadap warna, aroma, rasa, dan kekenyalan serta pengujian daya umur simpan bakso ikan bandeng presto pada suhu ruang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan metode pengujian uji skoring berdasarkan tingkat kesukaan konsumen. Faktor yang diteliti adalah persentase proporsi tepung tapioka terhadap bahan baku ikan bandeng presto yang terdiri dari tiga perlakuan yaitu Perlakuan P1 20 gram ; P2 30 gram ; P3 40 gram. Hasil uji organoleptik oleh 20 orang panelis dapat disimpulkan bahwa bakso bandeng presto yang disukai panelis secara keseluruhan adalah bakso bandeng presto dengan komposisi P2 dengan komposisi ikan bandeng presto : tepung tapioka sebesar 60 gr : 30 gr. Penyimpanan bakso di suhu ruang selama 12 jam menimbulkan perubahan warna

    Tracer Study Pada Program Studi S1 Teknologi Pangan Universitas Terbuka

    Get PDF
    Studi ini adalah hasil tracer study pada Program Studi (PS) Teknologi Pangan Universitas Terbuka tahun 2017-2020. Studi ini menggunakan metode kualitatif (qualitative research) melalui survei dan wawancara dengan variabel (1) Keterserapan alumni di dunia kerja; (2) Kontribusi perguruan tinggi terhadap tingkat komptensi yang dikuasai; (3) Penilaian alumni terhadap metode pembelajaran di PS Teknologi Pangan. Hasil tracer study menyatakan bahwa dari segi keterserapan alumni di dunia kerja, alumni PS Teknologi Pangan UT sebanyak 68% sudah bekerja dan sebanyak 70% sudah memperoleh pekerjaan sebelum masuk UT. Bidang pekerjaan alumni paling banyak di bidang swasta di sektor usaha makanan dan minuman. Kontribusi perguruan tinggi terhadap tingkat kompetensi yang dikuasai alumni yaitu lebih dari 50% alumni menyatakan perguruan tinggi berkontribusi sangat tinggi dan tinggi dalam pengetahuan di bidang ilmu teknologi pangan, kemampuan riset dan analisis, komunikasi, ketrampilan digital, manajemen waktu dan kemampuan dalam memegang tanggung jawab, serta soft skill. Penilaian alumni terhadap metode pembelajaran di PS Teknologi Pangan yaitu lebih dari 50% menyatakan sudah sangat baik dan baik dari tutorial online, praktikum, dan bahan ajar cetak. Masukan alumni untuk perbaikan layanan yaitu untuk tutorial online antara lain perlunya peningkatan server, tampilan yang lebih menarik, penambahan video dan studi kasus, serta tutor perlu lebih aktif memberikan umpan balik. Masukan mahasiswa untuk praktikum yaitu perlunya laboratorium sendiri yang dimiliki oleh UT, mata kuliah praktikum perlu diperbanyak, serta  integrasi antara mata kuliah praktikum dengan mata kuliah lainnya. Masukan untuk bahan ajar cetak adalah perlu dilakukan pembaharuan materi yang mengikuti dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan

    PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER POS BINAAN TERPADU (POBINDU) DALAM PRODUKSI MAKANAN SEHAT BERBASIS LABU KUNING UNTUK PARA LANSIA

    Get PDF
    Persentase penduduk lanjut usia (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun. Seiring bertambahnya usia, kesehatan lansia menurun dan lebih berisiko terkena penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular. Selain itu, lansia juga mengalami perubahan fisiologis pada tubuhnya seperti fungsi sistem pencernaan dan sistem metabolisme tubuh yang semakin melambat. Kondisi ini membuat lansia memiliki kebutuhan asupan nutrisi berbeda-beda yang harus disesuaikan dengan kondisi kesehatannya. Untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang pada lansia dan membatasi jumlah asupan kalori, lemak, garam dapat diperoleh dengan mengonsumsi makanan nabati salah satunya labu kuning. Labu kuning telah diteliti memiliki kandungan nutrisi, vitamin, mineral, antioksidan, dan serat makanan tingkat tinggi yang diketahui memberikan manfaat kesehatan. Namun sangat disayangkan, potensi dan manfaat labu kuning yang tinggi belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat menjadi berbagai produk olahan pangan. Saat ini pengetahuan masyarakat masih terbatas pada pengolahan labu kuning secara sederhana seperti pembuatan kolak, pembuatan wajit, atau bahkan dikukus. Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat mengenai pengolahan labu kuning menjadi berbagai produk olahan pangan yang baik dikonsumsi oleh lansia. Pelatihan ini diberikan kepada 13 kader yang memiliki rentang usia 40-58 tahun dengan pendidikan terakhir SMA-S1 dengan pengalaman lebih dari 3 tahun bekerja di Posbindu, Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Kota Tangsel pada bulan Maret. 2022. Pelatihan ini dibagi menjadi tiga sesi. Kegiatannya yaitu pengisian pre-test, praktek pembuatan aneka produk olahan pangan, dan pengisian post-test. Capaian pelatihan ini diukur dengan menggunakan pendekatan analisis kuantitatif melalui desain One-Group Pre-test Post-test yang dianalisis menggunakan uji normalitas Komlogorov-Smirnov dan Shaporo Wilk, kemudian dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada pengetahuan dan keterampilan peserta sebelum dan sesudah pelatihan, dibuktikan dengan persentase peserta yang menjawab benar pada angket pre-test sebesar 43,85% dan meningkat menjadi 97,69%. pada angket post test dengan nilai signifikansi p = 0,000. (p<0,005).   The percentage of the elderly population (elderly) continues to increase from year to year. With age, the elderly decline in health and are more at risk for degenerative diseases such as diabetes, hypertension, and cardiovascular disease. In addition, the elderly also has physiological changes in the body such as the function of the digestive system and the body's metabolic system which is increasingly slowing down. This condition makes the elderly have different nutritional intake needs that must be adapted to their health conditions. To meet the balanced nutritional needs of the elderly and limit the amount of calorie, fat, salt intake, it can be obtained by consuming plant foods, one of which is pumpkin. Pumpkin has been studied to have high levels of nutrients, vitamins, minerals, antioxidants, and dietary fiber which are known to provide health benefits. However, it is very unfortunate, the high potential and benefits of pumpkin have not been used optimally by the community into a variety of processed food products. Currently, public knowledge is still limited to simple pumpkin processing, such as making compote, making “wajit” or even steaming it. This training activity aims to improve the knowledge and skills of the community regarding the processing of pumpkin into a variety of processed food products that are good for consumption by the elderly. This training was given to 13 cadres who have an age range of 40-58 years with the latest education being SMA-S1 with more than 3 years of experience working at Posbindu, Pondok Benda sub-district, Pamulang District, South Tangerang City in March 2022. This training was divided into three sessions. activities, namely filling out the pre-test, the practice of making various processed food products, and filling out the post-test. The achievement of this training was measured using a quantitative analysis approach through the One-Group Pre-test Post-test design which was analyzed using normality test Komlogorov-Smirnov and Shaporo Wilk, then analyzed using the Wilcoxon test. The results of the analysis showed that there was a significant difference in the knowledge and skills of the participants before and after the training, as evidenced by the percentage of participants who answered correctly on the pre-test questionnaire of 43.85% and increased to 97.69% on the post-test questionnaire with a significance value of p = 0.000. (p<0.005)

    The Effect of Beneng Taro (Xanthosoma undipes K.Koch) Flour Substitution on Physical and Sensory Characteristics of Muffins

    Get PDF
    Beneng taro is an indigenous tuber that grows in Pandeglang, Banten. People of Pandeglang only use it in form of fried and steamed. The weakness of beneng taro is the oxalate content is very high, to reduce it, people of Pandeglang soak it in 1% salt solution for 1 hour. Another effort to utilize beneng taro that has been done is to process it into flour. Beneng taro contains functional compounds including carotenoid pigments and dietary fiber. The use of  beneng taro in food can increase product functionality and as a form of food diversification. The purpose of this study was to evaluate the effect of adding beneng taro flour to muffins on the physical and sensory characteristics. This study used a completely randomized design (CRD) with one factor, namely the concentration of substituted beneng taro flour (0%, 15%, 20%, 25%, and 30%). This research was carried out in two duplicates. The result of this research are the increase of beneng taro flour substitution in muffins decrease the expansion ratio, water content, lightness (L*) of the crust and crumb, a* chromaticity of the crust, b* chromaticity of the crust and crumb, hue (oh) of the crust and crumb, and sensory acceptance. However, The increase of beneng taro flour substitution increased density of dough, density of muffin, and a* chromaticity of the crumb. Based on the results of sensory analysis, the muffin formula substituted with 15% beneng taro flour was the best formula because it was close to the control muffin.</p

    Studi Keterkaitan Antara Ketahanan, Mutu dan Keberlanjutan Pangan: Keseluruhan Sudut Pandang Tentang Hidup Berkelanjutan

    Get PDF
    Ketahanan pangan merupakan jaminan akses pangan bermutu dan bergizi untuk seluruh kelompok masyarakat. Ketahanan pangan meliputi empat aspek, yaitu keberadaan, akses, utilitas dan stabilitas pangan. Ketahanan pangan berkaitan langsung dengan kualitas produk pangan dan praktek keberlanjutan dalam kegiatan produksi pangan. Artikel ini menganalisis hubungan antara kualitas, ketahanan dan keberlanjutan pangan dari segi aksesibilitas, kebutuhan gizi dan dampak produksi pangan terhadap lingkungan. Pendekatan berkelanjutan sangat penting dilakukan untuk mencapai sasaran di tahun 2030 yang ditetapkan PBB. Artikel ini melihat secara keseluruhan tentang kebutuhan produksi pangan yang berkualitas untuk mendukung sistem pangan dengan pertimbangan dampak lingkungan, sosial dan Ketahanan pangan merupakan jaminan akses pangan bermutu dan bergizi untuk seluruh kelompok masyarakat. Ketahanan pangan meliputi empat aspek, yaitu keberadaan, akses, utilitas dan stabilitas pangan. Ketahanan pangan berkaitan langsung dengan kualitas produk pangan dan praktek keberlanjutan dalam kegiatan produksi pangan. Artikel ini menganalisis hubungan antara kualitas, ketahanan dan keberlanjutan pangan dari segi aksesibilitas, kebutuhan gizi dan dampak produksi pangan terhadap lingkungan. Pendekatan berkelanjutan sangat penting dilakukan untuk mencapai sasaran di tahun 2030 yang ditetapkan PBB. Artikel ini melihat secara keseluruhan tentang kebutuhan produksi pangan yang berkualitas untuk mendukung sistem pangan dengan pertimbangan dampak lingkungan, sosia

    Physicochemical properties of snackbar canna edulis ker with additional butterfly pea extract as funtional food

    Get PDF
    Abstract Lifestyle is a subset of secondary human requirements that can shift with the times or a person's desire to alter himself. Consuming unhealthy meals that have a significant impact on blood sugar levels, such as fast food, soft drinks, and other forms of food, is one of the lifestyle modifications. Fiber-rich, low-glycemic-index, sodium-free snack bars for diabetics should be manufactured from natural components. Diabetic snack bars, such as diabetes, have been developed specifically for diabetics. This study aims to make snack bars with low gluten so that they are safe for consumption by everyone, including those who are prone to diabetes mellitus. The study used an Experimental (Posttest Only Design) research design with three treatments of 1 mg, 1.5 mg, and 2 mg of butterfly pea flower extract. Then an analysis of antioxidant activity, protein, fiber content, total sugar, fat carbohirat, texture, and a prganoleptic test was carried out which included color, aroma and taste. Based on the results of the analysis, the results of F1 were obtained as the best formulation

    PANGAN ALTERNATIF dari Berbagai Komoditas Lokal di Indonesia

    Get PDF
    Pemanfaatan komoditas lokal sebagai sumber pangan saat ini mulai berkembang dengan aneka inovasi proses pengolahan, baik dengan cara tradisional hingga menggunakan teknologi modern. Namun, sosialisasi pengenalan sumber bahan pangan lokal kepada masyarakat masih perlu terus dilakukan. Dengan demikian, terdapat kesinambungan informasi dari generasi ke generasi yang didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui buku ini diharapkan dapat membantu menyebarluaskan informasi mengenai potensi dan pemanfaatan komoditas pangan lokal sebagai sumber pangan alternatif. Beberapa sumber pangan alternatif yang dibahas pada buku ini diantaranya adalah porang, ganyong, gembili, kentang hitam, alkesa, parijoto, labu kuning, bekatul, jangkrik, belalang, dan ulat sagu. Komoditas-komoditas ini hanya sebagian kecil dari sumber pangan alternatif yang ada di Indonesia. Masih banyak potensi komoditas lokal lainnya di Indonesia ini yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber pangan alternatif di masa depan

    Science And Technology For Society 5.0

    Get PDF
    Buku dengan judul Science and Technology for Society 5.0 ini berisi sejumlah kajian ilmiah dan kreativitas akademik para dosen FST UT terkait peran sains dan teknologi dalam society 5.0. Ada 3 (tiga) topik yang dikaji dalam buku ini; masing-masing topik diwakili sejumlah kajian ilmiah dosen FST UT. Topik pertama, yaitu Big Data Science and Information Technology, akan diisi dengan 4 (empat) kajian ilmiah oleh dosen dari Program Studi Matematika dan Sistem Informasi. Untuk topik kedua, Food Security and Health, akan diisi 3 (tiga) kajian ilmiah oleh dosen dari Program Studi Teknologi Pangan. Serta topik ketiga, Biodiversity for Sustainable Environment akan diisi dengan 7 (tujuh) kajian ilmiah dosen dari Program Studi Biologi, Agribisnis, dan Perencanaan Wilayah dan Kota. Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal dalam upaya ikut mewujudkan society 5.0
    corecore