6 research outputs found

    MENCARI JATI DIRI? (Relasi Antara Nasionalisme Dengan Pendidikan)

    Get PDF
    This paper tries to give a closer look at the relationship between nationalism and education during the Dutch colonization which had born the national leaders. They were leaders who had found their true identity as leaders. They are our founding fathers who never thought of anything other than the national interest. Among them are: HOS Tjokroaminoto, dr. Soetomo, Ki Hajar Dewantara, and Soekarno (the Indonesian Proclamator) Key words: self identity, the founding father

    Resensi Buku Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah

    Full text link
    Bidang pendidikan, selain terabaikan,juga sangat meminggirkan wong cilik, walaupunsebagian anak-anak merekamernpunyai inner motivation yang cukuptinggi untuk belajar dm maju. Hal ini sempatdirekarn dalam salah satu perjalanan seorangcendekiawan serta pendidik, JalaluddkRakhrnat, yang produktif dengan berbagaikarya bermutu dalam beragam topik kajian,sernpat menuliskan:. . . aku terkejut ketika kaca mobillcu diketukoleh jari-jari kCcil. Di luar hujan deras. Lewatka~ay ang remang-remang aku melihat anakkecil yang menggigil kedinginan. Tubuhnyabasah kuyup. Arlojiku menunjukkan pukuldua dinihari. "Pak, ini tauco seribu tiga. Beli,pak, buat bayar uang sekolah, suaranya(1998: 182).Realita ini mengungkap berbagaiketimpangan yang berlaku sejak zaman orla,serta makin bertambah parah pada masa orba.Untuk lebih jelasnya tolong dikaji karya RevrisondBaswir el. al. (1999). Semua ini akandicoba diselesaikan melalui kajian reformasidalam konteks otonomi daerah seperti yangdisajikan Fasli Jalal dm Dedi Supriadi..Dengan berbagai keterbatasan yang ada,tulisan ini akan mencoba menyajikan berbagaiproblema yang berkaitan dengan reformasipendidikan dalarn konteks otonomi daerahyang disajikan Fasli Jal J dan Dedi Suprijadi.Untuk mengatasi hal itu kunci utarnanyaadalah perbaikan pendidikan yang sejakmereka terbaikan. Paling mudah hal ini tercermindengan minimnya dana pendidikan yangdisediakan. Sedangkan sejak diletakkan fondasiorba, telah dibuat TAP MPRS No.XXVIII 1966 yang menetapkan anggaranpendidikan sebesar 25%. Hanya anggaranpendidikan Indonesia tidak pernah melampaui7% sepanjang masa orba (A. SyafiiMaarif, 2001 : 1 )Nampaknya para petinggi pendidikanasyik dengan berbagai proyek. Atau merekayang berwewenang dalam bidang pendidikan,hanya sibuk bergulat dengan kurikulurn ataumengganti nama sekoiah, SMP menjadi SLTPserta sejenisnya. Sernentara mutu pendidikanmakin merosot, dan penghasilan guru ataudosen makin melorot. Indonesia seakan-akanberlari di tempat, sementara negara jiran, atautetangga seperti Malaysia, makin berkernbangserta bermutu dunia pendidikannya. AkibatnyaIndonesia makin kekurangan SDM yangbermutu dm kekurangan ini diisi orang asingsehmgga mereka berjumlah sekitar 7000 orang.Menariknya semua mereka mernpunyai gajilebih tinggi dibandingkan gaji 4 juta PNS?Tinjauan kritis pendidikan masa orla dan orbaperlu lebih disajikan lagi secara kritis danobjektif sehingga pemecahan yang lebihbermakn

    Sekitar Sejarah IPS

    Full text link
    Asal mula kata sejarah diambilkan dari bahasa Arab, yaitu kata "sajarah", yang berarti pohon. Dalam bahasa Indonesia kata ini mengalami perkembangan arti. Kata ini mempunyai pengertian yang ganda, kadang-kadang berarti daftar silsilah, riwayat, abad, tambo, serta yang sejenis. Sedang lidah Inonesia mengadakan sejenis penyesuaian dalam pengucapan kata "sajarah". Kata "sajarah" diucapkan menjadi "sejarah" (Gajazabla, 1996, p.1).Dalam arti silsilah, semula sejarah berarti daftar asal usul atau daftar keturunan. Seperti pohon yang dibalik, daftar silsilah mempunyai batang, cabang, ranting, dan daun-daunan (Nugroho Notosusanto, 1968, hal. 8). Hal ini akan jelas bila seseorang sempat melihat daftar silsilah para ningrat, yang dengan mudah dapat dilihat bila sesorang sempat berkunjung ke Kraton Yogyakarta, misalnya.Dalam berbagai bahasa asing sejarah disebut sebagai history (Inggris), histoire (Perancis), geeschiohte (Jerman), dan geschiedenis (Belanda). Sejarah justur dalam bahasa Arab dikenal sebagai tarikh dan bukan "sajarah"

    Modal Sosial Pendidikan Pondok Pesantren Social Capital Of Boarding School Education

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang penerapan modal sosial dalam pendidikan Ponpes Al-Syaikh Abdul Wahid Baubau dan Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, persamaan dan perbedaan modal sosialnya dalam rangka mengetahui lebih jauh tentang keunggulan modal sosial dari masing-masing pesantren tersebut. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan subjeknya kiai, ustadz, dan santri. Sedangkan objeknya adalah modal sosial yang menunjang pendidikan Ponpes Al-Syaikh Abdul Wahid dengan ciri khas materi ajarnya yaitu pendidikan kemasyarakatan dan pengajaran bahasa Arab dan Inggris, sedangkan Ali Maksum Krapyak yaitu pada Hifzul Qur\u27an. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data yang dianalisis dilakukan dengan cara mereduksi, mengklasifikasikan, mentafsirkan dan memverifikasi data yang diperoleh dari lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: modal sosial yang dimiliki di Ponpes Al-Syaikh Abdul Wahid Baubau dan Ali Maksum Yogyakarta berupa kepercayaan, kerjasama, dan nilai-nilai. Kepercayaan dibangun berdasarkan tanggung jawab dan perhatian. Kepercayaan itu kemudian dilaksanakan dengan baik berdasarkan keikhlasan dengan mengharapkan ridha dari Allah Swt. Kerjasama dibangun berdasarkan komunikasi, keterlibatan, dan koordinasi. Inti dari kerjasama adalah untuk meningkatkan mutu pondok. Nilai-nilai yang ada di Ponpes Al-Syaikh Abdul Wahid Baubau meliputi keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyah, kebebasan, dan nilai yang ada di Ponpes Ali Maksum Yogyakarta meliputi disiplin, kerja keras, kebersamaan, kesederhanaan, kesabaran, dan toleransi. Adapun nilai-nilai yang dimiliki Ponpes Ali Maksum Yogyakarta telah mendapat perhatian yang besar sebagai penguat dalam membangun kebersamaan
    corecore