16 research outputs found

    Alley Cropping Meningkatkan Resiliensi Produksi Pertanian pada Lahan Kering (A Review)

    Full text link
    Lahan kering merupakan sumber daya alam yang mempunyai peluang besar untuk dimanfaatkan secara optimal. Pengelolaan lahan kering (terutama yang berlereng terjal) harus disertai dengan kaidah-kaidah teknik konservasi yang cocok dan sesuai dengan kondisi petani. Oleh karena itu teknik konservasi yang diintroduksikan haruslah teknik konservasi yang efektif mengendalikan erosi, murah dan mudah diterapkan serta dapat diterima oleh petani. Salah satu teknologi yang tersedia adalah sistem pertanaman lorong (Alley cropping). Tulisan ini membahas tentang potensi sistem alley cropping dalam meningkatkan resiliensi produksi pertanian pada lahan kering berdasarkan hasil-hasil penelitian tentang: (1) daur ulang hara dan kemampuan tanah menyimpan air, (2) efektivitas pengendalian erosi, (3)pengurangan kehilangan hara akibat pencucian, (4) peningkatan produktivitas tanah dan tanaman, (3) analisis ekonomi, (6) peluang dan adopsi. Dengan memperhatikan berbagai keunggulan, nilai ekonomi, peluang pengembangan dan adopsinya maka Alley cropping mempunyai potensi besar untuk meningkatkan resiliensi produksi pertanian pada lahan kering

    Respon Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) pada Pemberian Media Tanam Bokashi Kulit Buah Kakao

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam bokashi kulit buah kakao terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Rampoang Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo, yang berlangsung dari bulan November 2014 sampai Februari 2015. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan yang diulang sebanyak 5 kali sehingga terdapat 25 tanaman yang diamati. Hasil menunjukan bahwa pemberian media tanama bokashi kulit buah kakao terhadap pertumbuhan tanaman tomat dan produksi tanaman tomat memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi, jumlah daun, jumlah tangkai, diameter buah tanaman tomat pada perlakuan P1 (100 gr bokashi kulit buah kakao) dan diameter batang pada perlakuan P4 (400 gr bokashi kulit buah kakao) serta berpengaruh sangat nyata pada berat buah tomat dimana P1 (100 gr bokashi kulit buah kakao) menunjukkan berat buah yang terbaik dengan rata-rata tinggi tanaman mencapai 37,4 cm, jumlah daun 46, jumlah tangkai 29, diameter batang 0,62, berat buah 67,63, dan diameter buah 4,08

    Alley Cropping Meningkatkan Resiliensi Produksi Pertanian Pada Lahan Kering (A Review)

    Get PDF
    Lahan kering merupakan sumber daya alam yang mempunyai peluang besar untuk dimanfaatkan secara optimal. Pengelolaan lahan kering (terutama yang berlereng terjal) harus disertai dengan kaidah-kaidah teknik konservasi yang cocok dan sesuai dengan kondisi petani. Oleh karena itu teknik konservasi yang diintroduksikan haruslah teknik konservasi yang efektif mengendalikan erosi, murah dan mudah diterapkan serta dapat diterima oleh petani. Salah satu teknologi yang tersedia adalah sistem pertanaman lorong (Alley cropping). Tulisan ini membahas tentang potensi sistem alley cropping dalam meningkatkan resiliensi produksi pertanian pada lahan kering berdasarkan hasil-hasil penelitian tentang: (1) daur ulang hara dan kemampuan tanah menyimpan air, (2) efektivitas pengendalian erosi, (3)pengurangan kehilangan hara akibat pencucian, (4) peningkatan produktivitas tanah dan tanaman, (3) analisis ekonomi, (6) peluang dan adopsi. Dengan memperhatikan berbagai keunggulan, nilai ekonomi, peluang pengembangan dan adopsinya maka Alley cropping mempunyai potensi besar untuk meningkatkan resiliensi produksi pertanian pada lahan kering

    PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU DENGAN PEMANFAATAN MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR

    Get PDF
    Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi kacang hijau dengan  pemanfaatan Mikoriza Vesikular Arbuskular dengan beberapa taraf dosis. Percobaan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi pada petani mengenai pemanfaatan Mikoriza Vesikular Arbuskular yaitu sebagai pupuk hayati. Percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan polybag di Lingkungan betang Kel. Baju bodoa Kec. Maros Baru pada bulan Maret – Juni 2016. Metode percobaan dengan menggunakan rancangan faktorial dua faktor yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor I (pertama) adalah varietas kacang hijau, yang terdiri 2 varietas, yaitu varietas Sampeong dan varietas Kutilang dan Faktor II  (kedua) dosis  mikoriza dengan 4 taraf dosis, yaitu  tanpa pemberian Mikoriza,  Mikoriza 5 g/polybag , Mikoriza 7,5 g/polybag  ,  Mikoriza 10 g/polybag.  Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam α = 5 %, dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) α = 5 % Hasil percobaan menunjukkan bahwa varietas Kutilang memberikan hasil pertumbuhan dan produksi yang lebih tinggi dibandingkan varietas Sampeong,  Pemberian Mikoriza 10 g/polybag memberikan hasil 15,76 g.tan-1 dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, dosis 5 g/polybag dan 7,5 g/polybag.

    Pengaruh Jarak Tanam dan Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

    No full text
    The growth and production of green bean plants can be increased by improving the right cultivation techniques, namely the treatment of spacing and improving soil fertility by applying manure. This study aims to determine the spacing and type of manure as well as their interactions with the growth and production of green bean plants. This research was conducted in Kassi-Kassi Hamlet, Toddopulia Village, Tanralili District, Maros Regency. The time used in this study started from May to August 2022. This study used a factorial design method with a basic randomized block design , with 9 treatment combinations and repeated 3 times so that there were 27 units with the first factor, namely the application of distance plant 20x20, 20x30, 20x40 cm and the second factor is the application of chicken manure, cow manure and goat manure. The results showed that the spacing of 20x40 cm had a significant effect on plant height (102.89 cm) and flowering time (128.33 dap). While the application of chicken manure had a significant effect on the growth of the number of leaves (63.33 strands)

    Pengaturan Waktu Penyerbukan dan Kuantitas Serbuk Sari terhadap Produksi dan Mutu Fisiologis Benih Labu Kuning

    No full text
    Potensi hasil suatu varietas unggul salah satunya ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan. Untuk menghasilkan produk hortikultura yang bermutu prima dibutuhkan benih bermutu tinggi, yaitu benih yang mampu mengekspresikan sifat-sifat unggul dari varietas yang diwakilinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu penyerbukan, kuantitas serbuk sari dan interaksi antara waktu penyerbukan dan kuantitas serbuk sari pada produksi dan mutu fisiologis benih labu kuning yang baik. Penelitian ini dilaksanaan di Desa Talamangape dan di laboratorium pengujian mutu benih UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Maros  yang berlangsung pada bulan Maret sampai Juni 2020. Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial dua faktor dalam RAK dengan 9 kombinasi perlakuan yang terdiri dari 3 ulangan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh waktu penyerbukan pukul 06.00-07.00  dan kuantitas 100 % serbuk sari pada produksi dan mutu fisiologis benih labu kuning  memberikan hasil terbaik pada jumlah biji perbuah, jumlah biji pertanaman, berat biji pertanaman, kecepatan berkecambah dan persentase daya kecambah Pengaruh 100% serbuk sari pada produksi benih labu memberikan hasil terbaik pada jumlah buah pertanaman, jumlah biji perbuah, jumlah biji pertanaman dan berat biji pertanaman. Terdapat interaksi antara penyerbukan pukul 06.00-07.00 dengan 50% serbuk sari yang dapat meningkat jumlah dan berat biji labu per tanaman

    Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Beberapa Sistem Jajar Legowo dan Arah Tanam

    No full text
    Low corn production will have an impact on domestic food and feed needs, this productivity can be increased through agricultural intensification, including the use of the jajar legowo cropping system and planting directions. This study used a factorial randomized block design (RBD) method consisting of 2 treatment factors, namely: 1). The spacing of legowo consists of 3 levels of treatment, namely: row legowo 2: 1, row legowo 3: 1 and row legowo 4: 1. 2). Planting direction with 2 treatment levels, namely: East-West planting direction and North-South planting direction. The results showed that the treatment of several jajar legowo cropping systems had no significant effect on the growth and production of maize plants. , and dry shell weight. The planting direction treatment had no significant effect on the growth and production of corn plants, the east-west planting direction gave the best results on cob length, cob weight, wet shell weight, and dry shell weight while the north-south planting direction gave the best results on plant height. number of leaves and stem diameter. and the combination of several jajar legowo cropping systems and planting directions had no significant effect on the growth and production of corn plants

    Uji Efektifitas PGPR Akar Bambu dan Pupuk Organik Cair (POC) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabai Rawit (Capsicum frutescens L).

    No full text
     Penelitian  bertujuan untuk mengetahui dosis PGPR akar bambu terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabai rawit, dosis POC terbaik yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabai rawit, dan interaksi antara PGPR akar bambu dan POC pada pertumbuhan dan produksi cabai rawit. Penelitian dilaksanakan pada bulan  April 2022 sampai bulan Juni 2022 di lingkungan Unit Pelaksana Teknis Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT BPTPH) Provinsi Sulawesi Selatan, Kelurahan Baju Bodoa, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode RAK faktorial yang terdiri dua faktor, faktor 1 dosis PGPR akar bambu terdiri atas 3 taraf, yakni: Kontrol (0 L/L air), 30 mL/L air dan  40 mL/L air.  Sementara  dosis pupuk organik cair terdiri dari 3 taraf yaitu: Kontrol (0 L/L air),  90 mL/L air, dan 100 mL/L air. Hasil penelitian menunjukkan dosis PGPR 40 mL/L memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap jumlah daun (42 helai), umur berbunga (42,00 hst), dan jumlah cabang produktif (6 cabang). Dosis pupuk organik cair 90 mL/L memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap jumlah daun (42 helai), umur berbunga (42,00 hst), dan jumlah cabang produktif  (6 cabang). Terdapat interksi antara dosis PGPR akar bambu dan pupuk organik cair pada parameter umur berbunga, jumlah bunga, dan jumlah buah

    Aplikasi Methyl Eugenol Sebagai Pengendali Lalat Buah (Bactrocera Sp.) pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.)

    No full text
    Cabai merah  (Capsicum annum.) dalam pengusahaannya  idak terlepas dari gangguan hama dari awal pertumbuhan hingga pasca panen. Salah satu jenis hama yang menyebabkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar  pada budidaya cabai adalah lalat buah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis methyl eugenol dan  ketinggian perangkap terhadap pengendalian hama lalat buah pada tanaman cabai merah. Penelitian ini dilaksanakan pada  bulan Agustus sampai Oktober 2021 bertempat di  grand house  UNHAS Makassar,  Sulawesi Selatan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial, terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama  dosis methyl eugenol yaitu:  0,75 mL/perangkap, 1,5 mL/perangkap dan  2 mL/perangkap. Sementara faktor kedua adalah ketinggian perangkap yang terdiri dari: 90  cm,  100 cm, dan  110 cm.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis methyl eugenol 0,75 mL/perangkap memberikan hasil yang lebih baik tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara  pada perlakuan ketinggian perangkap menunjukkan bahwa perlakuan ketinggian perangkap 100 cm memberikan hasil terbaik pada parameter jumlah lalat buah yang terperangkap yaitu 13, 22 ekor  tidak berbeda nyata dengan ketinggian 90 cm dan  berbeda nyata dengan ketinggian 110 cm. &nbsp
    corecore