3 research outputs found

    Literatur Riview: Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam (Deep Breathing) Dalam Menurunkan Tekanan Darah Terhadap Pasien Hipertensi

    Get PDF
    Pendahuluan: Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah di atas normal, dengan tekanan sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Yang juga dikenal dengan sebutan penyakit pembunuh diam-diam, yang mengakibatkan 7,5 juta kematian di dunia. Teknik relaksasi pernafasan dalam dapat digunakan untuk menurunkan hipertensi. Penelitian ini berupaya untuk memastikan apakah relaksasi pernafasan dalam dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Metode: literatur review berdasarkan temuan penelitian yang diterbitkan antara tahun 2018 dan 2022 digunakan dalam penelitian ini. Dengan database yang digunakan Google Cendekia dengan kata kunci "Pernapasan Dalam dan Hipertensi", sebuah strategi untuk mencari literatur diterapkan. Parameter pencarian meliputi judul artikel yang membahas hubungan hipertensi, ketersediaan teks lengkap, sampel, dan tahun publikasi dalam lima tahun terakhir. Hasil: Dari 10 artikel menggambarkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan teknik tersebut. Kesimpulan: dalam tindakan relaksasi pernafasan dalam sebaiknya dilakukan secara kontinu dan sesuai standar yang berlaku. Faktor yang mempengaruhi ketidakefetifan relaksasi nafas dalam diantaranya pola hidup yang tidak sehat, mengonsumsi makanan berlemak, mengonsumsi garam berlebihan, usia, hormon estrogen, dan jenis kelamin

    MENURUNKAN INFLAMASI PASIEN SLE DAN GIZI BURUK DENGAN SUPLEMENTASI MIKRONUTRIEN

    No full text
    Latar Belakang Lupus eritematosus sistemik (Systemic Lupus Erythematosus)(SLE) merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis dengan etiologi yang belum diketahui serta manifestasi klinis. Laporan Kasus Nn.M, Perempuan, 20 Tahun dikonsul dengan bagian penyakit bagian Interna divisi Ginjal Hipertensi untuk evaluasi dan penatalaksanaan gizi serta rawat bersama dengan diagnosis medis Sistemik Lupus Eritematosus dan anoreksia Asupan makan berkurang dialami sejak 2 minggu yang lalu karena tidak ada nafsu makan. Mual ada setiap kali makan, muntah tidak ada, nyeri ulu hati ada, demam tidak ada, riwayat demam ada terutama malam hari, badan lemas,tidak mampu berdiri maupun duduk sendiri, batuk ada sejak 2 minggu, lendir ada. Penurunan berat badan ada ±4 kg dalam 2 minggu(BB dulu 35 kg). Asupan 24 jam 97,5 kkal. Pasien didiagnosis dengan status gizi buruk, status metabolik anemia (Hb 6,2 g/dl), deplesi berat sistem imun (TLC 400/uL), Hipertrigliseridemia 236 mg/dl, risiko refeeding, hipoalbumin berat 2.2 g/dl dan status gastrointestinal fungsional. Penatalaksanaan nutrisi dengan target awal energi 2000 kkal, oleh karena pasien dengan resiko refeeding maka dilakukan penatalaksanaan nutrisi 10-15 kkal/hari selama 3 hari  dengan pemberian thiamin 300 mg/hari serta perbaikan kadar kalium darah. Setelah terlewati 3 hari , nutrisi dinaikkan sesuai toleransi pasien sampai 2500 kkal dengan komposisi protein 2 gr/kg BBI/hari(16%), karbohidrat 60%, lemak 24% melalui oral berupa makanan lunak sesuai toleransi, formula nutrican, jus buah tinggi kalium, madu,  dan olive oil, zink 20 mg/24 jam, Ca hydrogen phosphate 400 mg, Ca laktat 200 mg, Vitamin B6 40 mg, Vitamin C 50 mg, Vitamin D3 200 IU, fish oil(EPA) 2000 mg/24 jam, ekstrak ikan gabus 3 kapsul/8 jam. Setelah 15 hari perawatan, status gizi buruk dengan perbaikan pasien secara klinis(IMT 14,5 kg/m2), hemoglobin 10.7 g/dl, deplesi berat sistem imun (TLC 600/uL), hipoalbumin ringan 3.1 gr/dL. Kesimpulan Dukungan nutrisi optimal dapat membantu untuk mengendalikan inflamasi yang ditemukan akibat penyakit SLE dan komplikasi yang disebabkan efek samping pengobatan
    corecore