4 research outputs found
IDENTIFIKASI BAKTERI DENITRIFYING-METHANOTROPHIC PENURUN EMISI GAS METANA DI LAHAN SAWAH KERING DAN SAWAH TERGENANG
Metana merupakan salah satu gas rumah kaca dan penyebab utama
pemanasan global dengan efektivitas penangkapan radiasi termal yang sangat
tinggi, bahkan mencapai 60 kali lipat dibandingkan karbon dioksida. Tingginya
pengaruh metana terhadap pemanasan global membuat berbagai upaya untuk
mengurangi keberadaanya di alam. Wye (2010) menyebutkan bahwa sumber
produksi gas metana yang terbesar adalah metabolisme mikroorganisme dengan
total kontribusi metana global sebesar 69% dan lahan pertanian padi merupakan
salah satu habitat terpenting dalam produksi metana global sebesar 10%. Negara
luar, seperti belanda telah berupaya untuk mengurangi emisi gas metana, yaitu
dengan bantuan mikroorganisme.
Emisi metana dapat direduksi melalui proses oksidasi metana yaitu proses
pemecahan senyawa metana oleh mikroorganisme metanotrofik dengan
menggunakan enzim methane monooxygenase yang mampu mengoksidasi metana
menjadi karbon dioksida melalui serangkaian reaksi kimiawi dengan
menghasilkan senyawa metabolik intermediet seperti metanol, formate, dan
formaldehyde (Topp & Pattey, 1997). Proses oksidasi metana secara anaerobic
dapat dilakukan oleh konsorsium bakteri denitrifying anggota genus
Stenotrophomonas, Hyphomicrobium dan Mesorhizobium dengan bakteri
metanotrofik anggota genus Methylocystis (Ettwig et al., 2010), serta strain
bakteri denitrifying-methanotrophic anggota spesies Candidatus
Methylomirabillis oxyfera (Ettwig et al., 2009).
Peranan bakteri denitrifying-methanotrophic dapat mengurangi emisi gas
metana sekaligus meningkatkan ketersediaan karbondioksida, selain itu juga dapat
membantu menyediakan unsur N tersedia di tanah dalam bentuk amonium (NH
4
+
).
Bakteri denitrifying akan menguraikan nitrat di alam, dibanding dengan amonium,
hara N tersedia dalam bentuk nitrat lebih merugikan. Nitrat (NO
3
-) sangat mudah
tercuci sehingga kurang optimal dimanfaatkan tanaman. Bakteri Denitrifying akan
mempercepat penguraian nitrat sehingga harapannya hara N akan tersedia dalam
amonium. Pentingnya peranan bakteri denitrifying-methanotrophic menjadikan
bakteri ini perlu dikaji lebih lanjut. Penelitian tentang bakteri ini di Indonesia
masih tergolong sangat minim, sehingga dengan penelitian ini diharapkan untuk
kedepannya aplikasi bakteri ini dapat dilakukan di lahan dan mengurangi
pemikiran bahwa pertanian merupakan salah satu penyebab pemanasan global.
Kata Kunci : Pemanasan global, denitrifying-methanotrophic, emisi metan
EKSPLORASI KEMAMPUAN AKAR WANGI SEBAGAI HIPERAKUMULATOR DALAM RANGKA FITOMINING DI LAHAN TERCEMAR KROMIUM (Cr)
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi menyebabkan terjadinya alih fungsi
lahan pertanian menjadi lahan industri. Di sisi lain pencemaran logam berat
akibat limbah industri juga tak terhindarkan. Limbah logam berat yang banyak
berada di alam ialah kromium. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup (Kep 51/MENLH/10/1995) tentang baku mutu limbah cair
bagi kegiatan industri, ambang batas kromium total dalam limbah cair industri
tekstil adalah 1 mg/L. Menurut Taftazani et al. (2004) hasil analisis kadar logam
berat pada sedimentasi di lokasi sungai kenjeran surabaya yaitu Cr 149,309 g/g >
Hg 42.217 g/g > Co 23,109 g/g > Cd 20,845 g/g. Angka tersebut menunjukan
sangat tingginya kandungan logam berat kromium dibandingkan dengan logam
berat lainnya seperti Hg atau Cd. Logam berat tersebut tidak dapat terdegradasi
karena mampu membentuk kompleks dengan bahan organik dalam tanah sehingga
menjadi logam yang tidak larut. Logam berat di dalam tanah berpotensi toksik
pada organisme hidup baik tanaman, hewan, maupun manusia, sebab dapat masuk
ke dalam tubuh ke tiga organisme tersebut melalui siklus rantai makanan, dan
akan terakumulasi di dalamnya. Permasalahan tersebut menjadikan upaya
pembersihan kontaminan adalah suatu keharusan, meskipun ini adalah suatu
pekerjaan yang berat dan mahal.
Dewasa ini telah ditemukan upaya untuk pembersihan kontaminan yang
mudah dan murah, yaitu bioremediasi. Bioremediasi menggunakan tanaman
(fitoremediasi) merupakan solusi dari permasalahan tersebut. Fitoremediasi
menggunakan tanaman hiperakumulator yang memiliki kemampuan sangat tinggi
dalam menyerap kontaminan yang ada di dalam tanah termasuk logam berat.
Meninjau pada nilai ekonomis, selain dapat sebagai fitoremediasi kontaminan
logam berat kromium maka dapat juga berfungsi sebagai fitomining logam berat
kromium. Hasil fitomining kromium tersebut kemudian dapat dimanfaatkan
kembali untuk meningkatkan nilai ekonomisnya, sebab kromium memiliki
banyak fungsi antara lain : sebagai pelapis logam, pembuatan cat, pengikat
warna dll. Salah satu tanaman hiperakumulator adalah akar wangi (Vetiveira
zizanioides). Dalam penelitian ini sebagian tanaman akar wangi akan diinokulasi
dengan bakteri Agrobacterium sp. dan diberi kompos dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan serapannya terhadap kromium. Penelitian ini akan
mengkaji pertumbuhan akar wangi dan kemampuan serapannya terhadap
kromium. Desain penelitian ini adalah faktorial 2 faktor (inokulasi bakteri dan
pemberian kompos) dengan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL),
dilanjutkan dengan uji Duncan. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan dan
serapan kromium oleh tanaman akar wangi serta kadar Cr dalam tanah.
Kata kunci : Akar wangi (Vetiveira zizanioides), Kromium (Cr), Bioremediasi,
Fitomining
PAK EDI BAPER “Potensi Ekstrak Daun Iler (Coleus scutellarioides) Sebagai Bahan Alami Pengukur pH Tanah Ramah Lingkungan”
Pengukuran pH (derajat keasaman) dilakukan untuk mengetahui sifat yang
dimiliki oleh suatu benda apakah masam, netral, maupun basa. Pengukuran pH
juga penting pada tanah, karena pH tanah akan mempengaruhi semua reaksi –
reaksi kimia yang terjadi pada tanah, baik diatas permukaan tanah, di dalam tanah,
maupun di bawah permukaan tanah. pH tanah akan mempengaruhi kesuburan
tanah, baik kesuburan fisika, kimia, maupun biologi tanah. Sehingga diperlukan
pengukuran pH pada tanah guna menentukan tingkat kesuburan tanah, dan
kecocokan terhadap budidaya tanaman. Metode yang selama ini lazim digunakan
pada pengukuran pH tanah adalah dengan menggunakan bahan - bahan kimia atau
bahan – bahan sintetis yang jumlahnya sangat terbatas, mencemari lingkungan,
dan mahal harganya. Zat timol yang dikandung dalam tumbuhan tertentu
merupakan bahan pembuatan pengukur pH tanah. Tanaman iler (Coleus
scutellarioides) merupakan salah satu tumbuhan yang mengandung timol biru.
Kenyataan tersebut mendorong upaya untuk menggali potensi ekstrak daun Iler
sebagai bahan alami pengukur pH tanah. Penelitian yang akan dilakukan ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses membuat bahan alami pengukur
pH tanah yang memanfaatkan daun iler, bagaimana trayek pH yang dihasilkan
dari ekstrak daun iler sebagai pengukur pH tanah, dan seberapa efektif
penggunaan ekstrak daun iler sebagai bahan alami pengukur pH tanah. Metode
yang digunakan adalah metode percobaan secara langsung. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun iler sebagai pengukur pH
tanah. Penentukan skala pH tanah digunakan larutan pembanding asam – basa
antara pH 1 – 14. Analisis data yang digunakan adalah uji t.
Kata kunci : daun iler, timol biru, bahan alami, pengukur pH tana
Predicting the Number of COVID-19 Sufferers in Malang City Using the Backpropagation Neural Network with the Fletcher–Reeves Method
COVID-19 is a type of an infectious disease that is caused by the new coronavirus. The spread of COVID-19 needs to be suppressed because COVID-19 can cause death, especially for sufferers with congenital diseases and a weak immune system. COVID-19 spreads through direct contact, wherein the infected individual spreads the COVID-19 virus through cough, sneeze, or close contacts. Predicting the number of COVID-19 sufferers becomes an important task in the effort to curb the spread of COVID-19. Artificial neural network (ANN) is the prediction method that delivers effective results in doing this job. Backpropagation, a type of ANN algorithm, offers predictive problem solving with good performance. However, its performance depends on the optimization method applied during the training process. In general, the optimization method in ANN is the gradient descent method, which is known to have a slow convergence rate. Meanwhile, the Fletcher–Reeves method has a faster convergence rate than the gradient descent method. Based on this hypothesis, this paper proposes a prediction model for the number of COVID-19 sufferers in Malang using the Backpropagation neural network with the Fletcher–Reeves method. The experimental results show that the Backpropagation neural network with the Fletcher–Reeves method has a better performance than the Backpropagation neural network with the gradient descent method. This is shown by the Means Square Error (MSE) resulting from the proposed method which is smaller than the MSE resulting from the Backpropagation neural network with the gradient descent method