30 research outputs found

    Pemeriksaan Rapid Urinary Bladder Cancer Antigen Untuk Deteksi Karsinoma Sel Transisional Buli Pada Populasi Indonesia (Penelitian Awal)

    Full text link
    PemeriksaanUrinary Bladder Cancer Antigen(UBC) merupakan salah satu pemeriksaan non-invasif terbaru dalam mendeteksi karsinoma buli dengan mengidentifikasi ekspresi sitokeratin 8 dan 18 di dalam urin. Tujuan penelitian ini adalah uji diagnostik dari pemeriksaanRapid UBCpada populasi Indonesia dengan kecurigaan klinis tumor buli.Penelitian ini mengevaluasi 21 pasien secara prospektif di rumah sakit pusat rujukan nasional Indonesia pada 2011- 2012. Sebagai kriteria inklusi adalah pasien usia di atas 18 tahun dengangross hematuriadan hasil pemeriksaan imajing menunjukkan adanya tumor buli, atau pasien Karsinoma Sel Transisional (KST) buli dengan riwayat reseksi tumor buli habis yang menjalanifollow upsistoskopi rutin. Kriteria eksklusi meliputi pasien dengan infeksi saluran kemih atau dengan hasil pemeriksaan bakteri tahan asam di urin positif. PemeriksaanRapid UBCdilakukan sebelum sistoskopi dilakukan. Hasil pemeriksaan selanjutnya dibandingkan dengan hasil sistoskopi dan histopatologi. Analisis statistik dilakukan dengan perbandingan bivariat menggunakan SPSS v.17.0.Mayoritas subjek penelitian adalah laki-laki (71,4%). Nilai rerata usia adalah 56,1 15,4 tahun. Lima belas pasien (71,4%) memiliki hasil UBC positif, dan 6 pasien (28,6%) memiliki hasil UBC negatif. Di antara pasien dengan hasil positif tersebut, 93,3% memiliki penemuan sistoskopi positif tumor buli dengan hasil histopatologi menunjukkan positif kasinoma sel transisional buli, dan 1 pasien memiliki hasil sistoskopi dan histopatologi negatif. Di antara pasien dengan hasil UBC negatif, 83,3% memiliki hasil sistoskopi positif menunjukkan adanya tumor buli dan hasil histopatologi karsinoma sel transisional buli. Satu pasien memiliki hasil sistoskopi dan histopatologi negatif. Nilaipositif predictive valuepemeriksaan rapid UBC dalam mendeteksi KST buli adalah 93,3% dan nilainegative predictive valueadalah 16,7%. Sensitivitas rapid UBC dalam penelitian ini sebesar 73,7% dan spesifisitas 50%, p=0,5.Sebagai kesimpulan, pemeriksaan rapid UBC memberikan nilai PPV yang cukup tinggi terkait temuan sistoskopi tumor buli dan hasil histopatologi karsinoma sel transisional buli. Pada penelitian awal ini, pemeriksaan Rapid UBC dapat menjadi pemeriksaan penunjang yang menjanjikan dan berguna untuk evaluasi cepat pada kasus dengan dugaan tumor buli. Dibutuhkan studi lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk mengevaluasi nilai diagnostik pemeriksaan Rapid UBC

    Current Status of Prostate Cancer in Asia

    Full text link
    Kanker prostat adalah salah satu keganasan yang paling sering ditemukan pada pria di seluruh dunia, termasuk Asia. Insiden kanker prostat di Asia lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara barat, tetapi saat ini terdapat kecenderungan peningkatan insiden di negara-negara berkembang. Walaupun colok dubur, PSA, dan biopsi prostat dengan bimbingan TRUS masih merupakan metode diagnostik standar, masih banyak ahli urologi yang menggunakan TUR-P sebagai metode diagnostic, terutama di negara-negara berkembang. Pilihan terapi untuk kanker prostat stadium dini terdiri dari prostatektomi radikal, baik secara terbuka maupun robotik dan radioterapi. Kebanyakan pasien datang dengan kanker prostat stadium lanjut dan terapi yang diberikan adalah hormonal dan TUR-P. Pada beberapa kasus stadium dini, terapi radikal juga masih jarang dikerjakan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas (mesin radioterapi) atau tenaga ahli yang dapat mengerjakan prostatektomi radikal secara baik. Masalah-masalah ini dapat diatasi dengan memperbanyak tenaga ahli, fasilitas medic, dan edukasi pasien

    Terapi Sistemik Terkini Pada Karsinoma Sel Ginjal Metastatik

    Full text link
    Kurang lebih sepertiga pasien dengan karsinoma sel ginjal (KSG) telah mengalami metastasis pada saat pertama kali didiagnosis dan 40-50% akan mengalami metastasis jauh setelah diagnosis awal. Karsinoma sel ginjal resistan terhadap sebagian besar kemoterapi dan obat sitotoksik konvensional. Namun demikian, selama beberapa tahun terakhir pengobatan kanker ini menunjukkan kemajuan yang spektakuler karena berkembangnyatargeted therapybagi karsinoma sel ginjal metastatik (KSGm). Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menelaah tata laksana terkini KSGm. Hingga saat ini, terdapat enam obat yang telah disetujui oleh FDA dan beberapa asosiasi urologi Internasional untuk digunakan sebagai terapi KSGm lini pertama dan kedua. Lini pertama terdiri dari sunitinib (progression-free survival, PFS, 11 bulan dibandingkan dengan 5 bulan pada IFN-?, danoverall survival, OS, 26,4 bulan dibandingkan dengan 21,8 bulan pada IFN-?), kombinasi bevacizumab dan IFN-? (PFS 10,2 bulan dibandingkan dengan 5,4 bulan pada kombinasi plasebo dan IFN-?, OS 23,3 bulan dibandingkan dengan 21,3 bulan pada kombinasi plasebo dan IFN- ?), pazopanib (PFS 9,2 bulan dibandingkan dengan 4,2 bulan pada plasebo), serta temsirolimus (OS 10,9 bulan dibandingkan dengan 7,3 bulan pada IFN-?), sedangkan lini kedua terdiri dari sorafenib (PFS 5,5 bulan dibandingkan dengan 2,8 bulan pada plasebo) dan everolimus (PFS 4,0 bulan dibandingkan dengan 1,9 bulan pada plasebo).Katakunci: Karsinoma sel ginjal metastatik terapi target, terapi sistemi

    PENGARUH PERUBAHAN GRADASI DAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP BESARAN MARSHALL QUOTIENT PADA CAMPURAN ASPAL LATASTON

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara besaran Marshall Quotient yang disyaratkan pada campuran Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) atau Hot Rolled Sheet (HRS) dalam Spesifikasi Teknik Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3 dengan besaran Ratio Filler terhadap Bitumen Content Efektif yang tidak disyaratkan; juga sekaligus terhadap perubahan gradasi, karena perubahan gradasi juga akan selalu disertai dengan perubahan Ratio FF/Bitumen Efektif. Material agregat pecah berasal dari lokasi sumber yang banyak digunakan di daerah Minahasa dan Manado; dan karena untuk campuran LATASTON pasir alam yang halus, maka digunakan pasir alam dari lokasi sumber Lolan di kabupaten Bolaang Mongondow. Aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70 ex Pertamina yang tersedia di tempat penelitian. Bahan filler tambahan digunakan Portland Cement merk Tonasa. Setelah pemeriksaan bahan dan perancangan komposisi agregat sesuai persyaratan gradasi, dibuat benda uji dan dilakukan pengujian dan analisis besaran Marshall sehingga diperoleh kadar aspal terbaik yang sesuai untuk komposisi agregat yang dirancang. Selanjutnya berdasarkan besarnya kadar aspal terbaik yang tetap dibuat benda uji Marshall dengan variasi gradasi dan kandungan filler diatur sedemikan rupa sehingga didapat 5 (lima) variasi; dimana variasi ke-1 berimpit dengan  batas bawah persyaratan grafik gradasi LATASTON, dan variasi ke-5 grafik gradasinya berimpit dengan batas atas, dan variasi-variasi antara (ke-2, 3 dan 4) sedemikan rupa secara proporsional berada di antara variasi ke-1 dan ke-5. Hasil yang untuk grafik variasi gradasi ke-1, Ratio FF/Bitumen Efektif = 0,869 dengan MQ 379 kg/mm, variasi ke-2 diperoleh Ratio FF/Bitumen Efektif =1,015 dengan MQ 375 kg/mm, variasi ke-3 di tengah diperoleh Ratio FF/Bitumen Efektif =1,160 dengan MQ 358 kg/mm, variasi ke-4 diperoleh Ratio FF/Bitumen Efektif =1,306 dengan MQ 332 kg/mm dan variasi ke-5 paling atas diperoleh Ratio FF/Bitumen Efektif =1,454 dengan MQ 295 kg/mm; hubungan antara Marshall Quotient (MQ) dengan gradasi dan Ratio FF/Bitumen Efektif adalah sebagai berikut : jika gradasi mendekati batas bawah dengan Ratio FF/Bitumen Efektif yang relatif lebih kecil nilai MQ tinggi, sebaliknya jika gradasi mendekati batas atas dengan Ratio FF/Bitumen Efektif lebih besar, nilai MQ rendah. Berdasarkan kesimpulan diatas disarankan dalam pembuatan campuran beraspal panas jenis LATASTON sebaiknya menggunakan variasi gradasi dan kandungan  filler yang tidak mendekati batas atas dan tidak mendekati batas bawah yaitu pada bagian tengah (antara variasi 2 dan variasi 4),untuk menghindari sifat perkerasan yang terlalu kaku dan terlalu fleksibel. Kata Kunci : Gradasi, Ratio Filler Efektif Bitumen Content, Marshall Quotient, LATASTO

    Early upregulation of AR and steroidogenesis enzyme expression after 3 months of androgen-deprivation therapy

    Get PDF
    Background: Androgen deprivation therapy (ADT) is a standard treatment for advanced prostate cancer (PCa). However, PCa recurrence and progression rates during ADT are high. Until now, there has been no evidence regarding when progression begins. This study evaluated the gene expression of intraprostatic androgen receptor (AR) and steroidogenic enzymes in the early stages of ADT. Methods: Prostate tissue samples were taken from PCa patients with urinary retention who received ADT (ADT-PCa; n = 10) and were further subgrouped into ADT ≤12 months (n = 4) and ADT > 12 months (n = 6). The ADT-PCa tissues were then compared with BPH (n = 12) and primary (no treatment) PCa tissues (n = 16). mRNA for gene expression analysis of AR and steroidogenic enzymes was extracted from formalin-fixed paraffin embedded (FFPE) tissues and analyzed by real-time PCR. Protein expression was evaluated by immunohistochemistry with specific antibodies. Results: AR gene expression was higher in the ADT-PCa group than in the BPH or primary PCa group. Both the ADT ≤12 and > 12 months subgroups had significantly higher relative gene expression levels of AR (p < 0.01 and 0.03, respectively) than the primary PCa group. In the ADT-PCa group, AR protein expression showed an increasing trend in the ADT ≤12 months subgroup and was significantly elevated in the ADT > 12 months subgroup compared with the PCa group (100%; p < 0.01). Half (50%) of the patients in the ADT ≤12 months subgroup were found to have upregulation of AR, and one showed upregulation beginning at 3 months of ADT. A trend toward elevated relative gene expression of SRD5A3 was also apparent in the ADT groups. Conclusion: AR and steroidogenic enzymes are upregulated in ADT-PCa patients as early as 3 months, without PSA elevation. Steroidogenic enzymes, particularly SRD5A3, were also upregulated before PSA rose

    Surgical Management of Giant Genital Condyloma Acuminata by Using Double Keystone Flaps

    No full text
    Condyloma acuminata in the external genitalia (genital warts) is a sexually transmitted disease that is often caused by human papillomavirus (HPV). We report a case of giant genital condyloma acuminata in a 35-year-old male patient with HIV comorbidity treated by wide surgical excision. Excision defect was covered with split thickness skin graft (STSG) and double keystone flaps. There was no complication after surgery. Ten months following surgery, there was no new condyloma lesion and the patient had normal voiding and erectile functions
    corecore