6 research outputs found

    OPTIMASI USAHA PERIKANAN MINI PURSE SEINE DI KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN (Optimization of Mini Purse Seine Fishery in Jeneponto District, South Sulawesi Province)

    Get PDF
    The small pelagic in Jeneponto is highly potential, but since 2001-2004 years there are degradation indication of haul activity wich marked by degradation of mini purse seine number. The objectives of the research are: 1) to estimate the level of MEY exploiting of small pelagis becoming target of mini purse seine, and 2) to determine production factors which is playing a part in improvement of productivity of mini purse seine. The production surplus method, Gordon Schaefer model and multiple regression analysis were used in this study. The result from bio-economic analysis showed that at actual condition have come near optimum level for exploiting of small pelagic. The optimum catch of small pelagic is 3.783.376,09 kilo grams per year with standard effort of 8.723 trip per year. Specially far mini purse seine, optimum effort is 47% from standard effort or equivalent by 26 unit of gears. Production factors that give signifiront effect to fish production of mini purse seine are machine strength, mini purse seine length and number of lamp.Keywords: optomization, mini purse seine, bio-economi

    Analisis Tingkat Selektifitas Jaring Rajungan di Perairan Kabupaten Pangkep

    Get PDF
    Salah satu upaya mewujudkan kegiatan perikanan yang bertanggung jawab adalah melalui penerapan teknologi yang ramah lingkungan. Kriteria ramah lingkungan dalam teknologi penangkapan, diantaranya adalah alat tangkap yang digunakan selektif terhadap target species baik jenis maupun ukurannya (Monintja dan Yusfiandayani, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat selektifitas unit penangkapan jaring rajungan di perairan Kabupaten Pangkep berdasarkan jenis hasil tangkapan, komposisi ukuan rajungan yang tertangkap dan penanganan hasil tangkapan oleh nelayan. Data yang dikumpulkan adalah ukuran rajungan yang diukur dengan menggunakan mistar geser (mm). Berat rajungan diukur dengan menggunakan timbangan elektrik  (gram). Penentuan unit penangkapan jaring insang tetap yang digunakan dilakukan secara purposive. Alat tangkap yang digunakan merupakan alat tangkap yang biasa digunakan oleh nelayan setempat tanpa diberikan perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah hasil tangkapan jaring insang tetap yang di gunakan selama penelitian adalah 142 ekor,  dengan komposisi jenis sebanyak 6 spesies. Rajungan sebagai target utama hasil tangkapan jaring rajungan memberikan proporsi sebesar 55,6% dari total hasil tangkapan. Hal ini berarti bahwa proporsi hasil tangkapan sampingan relatif lebih rendah yaitu 44,4% (di bawah 60%). Dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa jaring rajungan yang digunakan selama penelitian memiliki tingkat selektifitas terhadap hasil tangkapan yang cukup baik. Distribusi ukuran rajungan yang tertangkap baik betina maupun jantan menggambarkan adanya ukuran yang sangat beragam. Untuk ukuran lebar karapas rajungan betina dan jantan sebesar 37,5% dan 36%.  Ukuran panjang karapas betina dan jantan sebesar 37,5% dan 32 %, dan Ukuran berat masing-masing sebesar 25% untuk betina dan 26 % untuk jantan. Dari hasil tersebut,  sangat sulit untuk menentukan selektivitas jaring rajungan yang digunakan terhadap ukuran hasil tangkapan. Hal ini,  mengingat rajungan yang tertangkap secara terpuntal. Rajungan yang tertangkap selama penelitian semuanya berada pada ukuran kedewasaan, baik rajungan betina maupun jantan. Sedangkan untuk ukuran layak tangkap 90 % untuk rajungan jantan dan 95% rajungan betina. Berdasarkan penanganan hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan termasuk dalam kategori selektif karena jumlah biota yang berpeluang hidup sebesar 75%.  (lebih besar dari 60%)

    ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA

    No full text
    Chips  rumput  laut  adalah produk makanan ringan dengan fortifikasi rumput laut serta penambahan bahan lain yang dihasilkan melalui proses penggorengan. Untuk menghasilkan chips rumput laut yang berorientasi pasar namun tetap bergizi baik, maka diperlukan suatu kajian mengenai kandungan proksimat produk chips rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menentukan kandungan proksimat pada produk chips rumput laut dengan suhu penggorengan dan lama penggorengan berbeda-beda, dan 2) Mengestimasi suhu penggorengan dan lama penggorengan  optimum pada chips rumput laut Eucheuma cottonii.  Penelitian ini menerapkan dua perlakuan yaitu : (1) lama penggorengan 5 menit(A1), 10 menit (A2), 15 menit (A3), 20 menit (A4), dan (2) Suhu penggorengan 750C (B1), 800C (B2), 850C (B3), 900C (B4).  Analisis proksimat menunjukkan bahwa kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan A3B1 yaitu 10,23 % dan terendah pada perlakuan A4B4 3,25 %, kadar protein tertinggi pada perlakuan A4B4 yaitu 9,99% dan terendah pada A1B1 yaitu 3,25%, kadar lemak tertinggi pada A1B4 43,79% dan terendah pada A3B2 27,14%, kadar abu tertinggi pada A3B3 3,66% dan terendah pada A3B1 0,57%, dan kadar karbohidrat tertinggi pada A1B4 yaitu 9,86% dan terendah A1B1 4,91%.  Suhu penggorengan optimum adalah 90 oC dan lama  penggorengan optimum adalah 20 menit atau perlakuan A4B4 yang menghasilkan produk terbaik di antara perlakuan yang diterapkan

    Model Rantai Pasok Hasil Tangkapan di Kota Makassar (Studi Kasus TPI Paotere)

    Get PDF
    Rantai pasok hasil tangkapan berperan dalam menyampaikan produk dari titik asal hingga titik akhir tempat produk digunakan atau dikonsumsi, sedangkan komoditas ikan bersifat perishable food.  Semakin panjang rantai pasok hasil tangkapan, maka semakin menurun kualitas ikan yang diterima konsumen akhir.  Tujuan penelitian ini untuk menganalisis model supply chain hasil tangkapan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere dan pihak-pihak yang terlibat dalam model rantai pasok tersebut.  Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan data primer dari wawancara dan observasi lapangan.  Hasil penelitian menunjukkan pihak-pihak yang terlibat dalam model rantai pasok hasil tangkapan di TPI Paotere yaitu nelayan penangkap, koperasi/nelayan pemasaran, pengusaha perikanan (pengusaha besar dan pengecer), dan konsumen akhir.  Dalam penyaluran hasil tangkapan, nelayan penangkap tidak berhubungan langsung dengan konsumen akhir.  Seluruh hasil tangkapan dijual ke koperasi untuk selanjutnya didistribusikan ke pengusaha perikanan dan pengecer.  Nilai jual ditentukan oleh nelayan pemasaran.  Rantai pasok berakhir pada konsumen yang membeli ikan dari pengecer.    Dengan model demikian, nelayan tidak menanggung kerugian, namun tidak memiliki kemampuan untuk memilih pihak pembeli.  Di pihak konsumen, nilai jual yang diberikan akan lebih tinggi karena telah melalui beberapa tahapan distribusi dengan tingkat kualitas ikan yang relative telah menurun

    ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA

    No full text
    Chips  rumput  laut  adalah produk makanan ringan dengan fortifikasi rumput laut serta penambahan bahan lain yang dihasilkan melalui proses penggorengan. Untuk menghasilkan chips rumput laut yang berorientasi pasar namun tetap bergizi baik, maka diperlukan suatu kajian mengenai kandungan proksimat produk chips rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menentukan kandungan proksimat pada produk chips rumput laut dengan suhu penggorengan dan lama penggorengan berbeda-beda, dan 2) Mengestimasi suhu penggorengan dan lama penggorengan  optimum pada chips rumput laut Eucheuma cottonii.  Penelitian ini menerapkan dua perlakuan yaitu : (1) lama penggorengan 5 menit(A1), 10 menit (A2), 15 menit (A3), 20 menit (A4), dan (2) Suhu penggorengan 750C (B1), 800C (B2), 850C (B3), 900C (B4).  Analisis proksimat menunjukkan bahwa kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan A3B1 yaitu 10,23 % dan terendah pada perlakuan A4B4 3,25 %, kadar protein tertinggi pada perlakuan A4B4 yaitu 9,99% dan terendah pada A1B1 yaitu 3,25%, kadar lemak tertinggi pada A1B4 43,79% dan terendah pada A3B2 27,14%, kadar abu tertinggi pada A3B3 3,66% dan terendah pada A3B1 0,57%, dan kadar karbohidrat tertinggi pada A1B4 yaitu 9,86% dan terendah A1B1 4,91%.  Suhu penggorengan optimum adalah 90 oC dan lama  penggorengan optimum adalah 20 menit atau perlakuan A4B4 yang menghasilkan produk terbaik di antara perlakuan yang diterapkan
    corecore