835 research outputs found

    BENARKAH EQ LEBIH PENTING DARIPADA IQ?

    Get PDF
    Kecerdasan emosional telah banyak mendapat perhatian luar biasa dari berbagai kalangan dan sering dianggap sebagai obat mujarab untuk mengatasi berbagai masalah psikologis dan sosial. Dalam institusi pendidikan maupun organisasi, kecerdasan umum masih merupakan prediktor utama dalam indikator objektif performa pekerja maupun siswa seperti produktivitas dan indeks prestasi kumulatif. Akan tetapi indikator objektif ini bukan sumber tunggal dalam menilai karyawan dan siswa ataupun menentukan keberhasilan mereka. Emosi juga erat kaitannya dengan pencapaian tujuan individu yang bersangkutan. Maka logis apabila kecerdasan emosional dianggap sebagai salah satu penentu dalam kesuksesan, kinerja, dan perilaku adaptif seseorang

    Resolvent set of the M/MB/1 operator

    Get PDF
    AbstractFirst, we prove that the M/MB/1 operator is a conservative operator, thus showing that the M/MB/1 queueing model has a unique positive time-dependent solution which satisfies the probability condition, and then prove that all points on the imaginary axis except for zero belong to the resolvent set of this operator

    Gender and Crimes in Fiction: A Reading of Khaled Hosseini’s Thousand Splendid Suns

    Get PDF
    ABSTRACTThis research investigates how gender and crimes are presented in fiction. This study analyses Khaled Hosseini’s novel A Thousand Splendid Suns (2007). By using descriptive statistics on how the narrative devices narrate the female characters, this research explores the female characters as victim and perpetrator in crimes. Butler (1990) believes that gender ideology refers to a convention that builds the way of the body is viewed as a culture. She proposes that gender departs from sexual opposition that differs between male and female. Then, it distinguishes characteristics between male and female roles. Furthermore, analysing gender means not only looking at the differences between male and female, but also discussing how gender as a hierarchy puts male as a centre that wields power, and marginalises female’s role. Narrative techniques are used as a tool to assess the author’s idea in a narrative (Genette 1970; Kenan 2003). Kenan (2003) argues that focalization, which is derived from Genette’s notion of voice, is an important tool to analyse whose perspective is used in narrative, who focalizes it, and the contents of the focalization. Keywords: gender, crimes, focalization, narrativ

    SHOPPING MALL DALAM BENTENG VASTENBURG DI SURAKARTA

    Get PDF
    Bangunan kuno adalah bagian dari suatu kota yang memiliki peran penting dalam sejarah sehingga perlu dilestarikan. Pelestarian bangunan peninggalan bersejarah pada masa kini perlu mendapat perhatian sebagai upaya dalam menjabarkan strategi pembangunan yang memiliki identitas. Salah satunya dengan mengadaptasi sesuatu yang lama menjadi bentuk baru yang berfungsi sesuai dengan kebutuhan masa kini. Pelestarian dalam arsitektur yang didalamnya mencakup bangunan lama dan lingkungannya tidak akan berguna apabila bertujuan hanya sekedar untuk pelestarian dan tanpa tujuan lain yaitu yang memberikan keuntungan dari sisi ekonomi. Teknisnya, konservasi bangunan lama membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit dan akan menjadi sia-sia jika tidak diimbangi dengan pemasukan yang lebih. Untuk menangkal kecenderungan tersebut maka diperlukan upaya memfungsikan kembali bangunan lama yang sudah tidak terpakai menjadi bangunan baru dengan fungsi baru yang bersifat komersial (revitalisasi). Benteng Vastenburg merupakan salah satu peninggalan bersejarah dari kolonialisme Belanda di Indonesia seajak abad ke-16 yang berada di pusat Kota Lama Surakarta. Fungsi dari benteng tersebut sebagai sarana pertahanan sudah tidak sesuai lagi dengan masa sekarang, tetapi keberadaan benteng tersebut tetap harus dijaga karena merupakan rekaman perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia menghadapi penindasan penjajah serta erat kaitannya dengan sejarah awal berdirinya Kota Surakarta sebagai salah satu pusat budaya di Jawa Tengah seperti yang tertulis dalam www.suaramerdeka.com ”Yen wis kliwat abad, jiwa kongsi binabad”. Ya, jika sudah separo abad lebih, janganlah dihancurkan. Itulah penggalan pesan pujangga kenamaan Ronggowarsito. Dia mengingatkan semua pihak untuk melestarikan bangunan bersejarah. Hal itu tentu berlaku pula untuk Benteng Vastenburg. Bangunan itu kini dibiarkan tak terurus. Fungsi baru benteng Vastenburg akan diarahkan pada bidang ekonomi yang bersifat komersial dan dapat diwujudkan karena didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut : letaknya yang strategis di pusat kota, kebutuhan akan fasilitas umum (perbelanjaan) dan kebijaksanaan peraturan daerah setempat terhadap pelestarian Benteng Vastenburg serta karakter masyarakat Surakarta yang ada. Selain akan tanggap terhadap gerak laju pembangunan yang berlangsung saat ini, usaha ini juga akan menambah Pemasukan Anggaran Daerah (PAD) di Kota Surakarta dari sisi perdagangan. Bentuk baru yang dimaksud dari pengfungsian kembali benteng Vastenburg adalah pusat perbelanjaan atau shopping mall. Salah satu fasilitas perdagangan yang paling banyak diminati masyarakat ini telah berkembang jauh dari fungsi sebenarnya yaitu dari fasilitas yang menyediakan pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia akan barang-barang menjadi sesuatu yang lebih kompleks yaitu sebagai fasilitas yang memberikan hiburan serta menggabungkan keanekaragaman fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk memberikan pelayanan pada masyarakat. Shopping Mall dalam Benteng Vastenburg ini nantinya direncanakan dan dirancang dengan menggabungkan arsitektur lokal yang ada di bangunan-bangunan sekitar dan langgam yang sudah ada di benteng Vastenburg sebelumnya. Penggabungan keduanya ini dapat ditemukan di gaya arsitektur Post-Modern, yaitu menyatakan suatu posisi yang belum sampai pada tujuannya yang baru dengan tidak melepaskan semua makna modern-nya. Dari uraian tersebut diatas, di Benteng Vastenburg Surakarta, dibutuhkan suatu bangunan yang bersifat komersial agar kondisi Benteng Vastenburg agar berfungsi kembali. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan perencanaan dan perancangan tentang Shopping Mall dalam Benteng Vastenburg di Surakarta dengan penekanan desain Arsitektur Post-Modern, dimana didalamnya terdapat kesinambungan antara masa kini, masa lampau dan masa yang akan datang melalui simbiosis sehingga shopping mall dalam Banteng Vastenburg nantinya dapat mendukung fungsi baru benteng dengan memperhatikan lingkungan dan sekitarnya. 2. TUJUAN DAN SASARAN 1). Tujuan Tujuan pembahasan LP3A ini adalah merencanakan dan merancang suatu fasilitas komersial, yaitu shopping mall dalam Benteng Vastenburg sebagai salah satu upaya pelestarian bagi benteng tersebut dengan mengubah fungsinya sehingga mampu mengikuti laju pembangunan dan perkembangan Kota Surakarta. 2). Sasaran Sasaran yang hendak dicapai adalah menyusun dan merumuskan konsep dasar perencanaan dan perancangan shopping mall dalam Benteng Vastenburg, program dan kapasitas ruang serta mewujudkan dan mengembangkan ide yang berdasar pada kontkes yang ada, baik benteng itu sendiri maupun lingkungan yang ada disekitarnya. 3. LINGKUP PEMBAHASAN Lingkup pembahasan meliputi penekanan pada fungsi baru Benteng Vastenburg yang bersifat komersial yaitu sebagai shopping mall yang ditinjau dari berbagai hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu Arsitektur termasuk masalah konservasi atau pelestarian Benteng Vastenburg sebagai salah satu bangunan bersejarah di pusat kota Surakarta. Hal-hal diluar ilmu arsitektur akan dibahas seperlunya sepanjang masih berkaitan dan mendukung masalah utama. 4. METODE PEMBAHASAN Metode yang digunakan dalam penyusunan Landasan Porgram Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Shopping Mall dalam Benteng Vastenburg ini menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan mengamati dan merekam konteks lingkungan, bangunan di sekitar benteng Vastenburg sertab kebutuhan masyarakat Surakarta sesuai dengan karakternya dipandang dari sudut arsitektural yang semuanya itu mengacu pada pembentukan shopping mall dalam Bneteng Vabstenburg, kemudian dianalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Metode ini dilakukan secara menyeluruh dengan menggali dan menganalisis data yang diperoleh, baik data primer maupun sekunder. Data primer diperoleh melalui survey lapangandan wawancara, yaitu dialog langsung dengan pelaku aktivitas mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan topik. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur yang berkaitan dengan topik. Data sekunder diperoleh melalui stu studi literatur yang berkaitan dengan pusat perbelanjaan dan kondisi lingkungan sekitar Benteng Vastenburg dan dipakai sebagai acuan dalam perencanaan dan perancangan shopping mall. 5. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Sistematika pembahasan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Menguraikan secara garis besar apa yang menjadi tema utama dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur, dimana meliputi latar belakang, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika pembahasan dan alur pikir pembahasan. Bab II Tinjauan Pustaka Berisi teori-teori yang digunakan untuk mendukung perencanaan dan perancangan Shopping Mall dalam Benteng Vastenburg mencakup pengertian, fungsi, tujuan, karakteristik non fisik dan fisik shopping mall. Selain itu juga mencakup tinjauan konservasi bangunan bersejarah dan tinjauan penekanan desain Arsitektur Post-Modern. Bab III Tinjauan Benteng Vastenburg di Surakarta Menguraikan tentang kondisi umum Kota Surakarta dan kondisi khusus Benteng Vastenburg serta studi banding yang mendukung proses perencanaan dan perancangan shopping mall dalam benteng Vastenburg Bab IV Batasan dan Anggapan Berisi mengenai batasan dan anggapan akan perencanaan dan perancangan pada shopping mall dalam Benteng Vastenburg yang digunakan sebagai dasar pembahasan berikutnya. Bab V Pendekatan Perencanaan dan Perancangan Menguraikan pendekatan perencanaan shopping mall yang berkaitan dengan pendekatan aspek fungsional, kontekstual, kinerja, teknis, arsitektural serta kelengkapan bangunan. Bab VI Konsep dan Program Perencanaan dan Perancangan Membahas tentang rumusan konsep dan program dasar perencanaan dan dasar eksplorasi perancangan shopping mall dalam Benteng Vastenburg di Surakarta

    Analyzing the Awareness of the Resources Available to Protect Residents from Lead Exposure

    Get PDF
    There are many people at risk of lead-based paint exposure in Broome County, especially low-income families since they tend to live in older homes. This research project examines the question: how aware are residents in low-income areas of the resources available to ensure they are not at risk of exposure to lead-based paint? To answer this question data has been gathered from programs connected to the Broome County Health Department that provide resources to reduce environmental health issues in homes. I anticipate that the results will show that awareness of the resources available have increased over time with the increase of more response to the issue, however, awareness could be escalated even further by targeting low-income households directly. This study emphasizes the need to not only make resources available to people but also make people aware that they are there to help them. With this information, more effective results can come from these resources. The more people know about the resources available to prevent lead poisoning, the more low-income households can be protected from health issues.https://orb.binghamton.edu/research_days_posters_2022/1027/thumbnail.jp

    Tribute to Dr. Hans-Martin Sass

    Get PDF
    • …
    corecore