17 research outputs found

    Reproductive Biology of Carp (Cyprinus carpio) in Batu Bulan Reservoir, Sumbawa, West Nusa Tenggara

    Get PDF
    Research about carp (Cyprinus carpio) reproductive biology in Batu Bulan Reservoir was conducted in April, May, July, and October 2016. This study aims to determine some biological aspects include the degree of gonad maturity, fecundity, spawning frequency and season, and length of the first gonad maturity. The results showed the sex ratio between male and female fish in April (1:5), May (1:3), July (1:3), and October (1:3), with an average of 1:3.5 with the Chi-Square test on the confidence interval. 95%, it turns out that the sex ratio does not follow the 1:1 pattern, or the sex ratio of the fish is not balanced. TKG II carp occurred every month of observation, while the ripe fish of TKG IV gonads were founded only in April, July, and October. The highest percentage of female fish ripe for TKG IV gonads was 45.32%, and males 67.40% were found in October. The size of the ripening female carp size in Batu Bulan Reservoir is 20.16 cm. Carp fecundity ranges from 1,439 to 40,281

    Reproductive Biology of Striped Snakehead (Channa striata, Bloch, 1793) in Floodplain of Lubuk Lampam, South Sumatra

    Get PDF
    Striped Snakehead (Channa striata) is one of the fish species inhabiting the flooded floodplain. Currently, the striped snakehead fish population in the Lubuk Lampam floodplain is undergoing a significant decline due to continuous and unregulated fishing activities. To prevent this population decline, there is a need for comprehensive efforts in managing their reproduction. The objective of this study was to investigate the reproductive behavior of striped snakehead fish in the floodplain of Lubuk Lampam, South Sumatra. The research spanned five months, from December 2022 to April 2023, and involved the collection of fish samples from four different floodplain types: river, lebung, lebak kumpei, and rawang. A total of 284 striped snakehead fish were examined, and measurements of length- weight and their reproductive biology were observed. The findings revealed that the sex ratio of striped snakehead fish was skewed toward females, with a ratio of 1:1.7 (females to males). The size at which female striped snakehead fish reach maturity was determined to be 28.5 cm, while male striped snakehead fish matured at 29.30 cm. The peak spawning season for striped snakehead fish occurred in December, coinciding with the rainy season. The spawning grounds for striped snakehead fish were predominantly located in the lebung station in the upper reaches of the Lubuk Lampam Floodplain. Striped Snakehead fish exhibited a partial spawning behavior. Furthermore, these fish demonstrated a relatively high reproductive potential, with fecundity ranging from 5,859 to 30,321 eggs

    BIOLOGI REPRODUKSI IKAN RED DEVIL (Amphilopus labiatus) dan (Amphilopus citrinellus) DIWADUKKEDUNGOMBO, JAWATENGAH

    Get PDF
    Waduk Kedung ombo yang mempunyai luas kurang lebih 4.800 ha merupakan waduk serbaguna. Bagi sektor perikanan, perairan waduk merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan baik untuk kegiatan penangkapan maupun budidaya. Populasi ikan red devil di waduk Kedung Ombo semakin tidak terkendali dan memangsa ikan komersial lain seperti ikan mas, tawes, nila. Penelitian untuk mengetahui beberapa aspek biologi (tingkat kematangan gonad, fekunditas, frekuensi dan musim pemijahan dan ukuran ikan pertama kali matang gonad) ikanred devil di waduk Kedung Ombo Jawa Tengah telah dilakukan pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011. Contoh ikan dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayan yang menggunakan jaring insang. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ikan red devil (A. labiatus) pertama kali matang gonad pada ukuran panjang total antara 9,66-11,47 cm, sedangkan pada A. citrinellus terjadi pada kisaran panjang total 7,9-11,95 cm. Fekunditas pada A. labiatus berkisar antara 677-1378 butir dan pada A. citrinellus berkisar antara 631-2.771 butir. Diameter telur pada A. labiatus berkisar antara 0,4-1,59 mmdan pada A. citrinellus berkisar antara 0,54-2,16 mm. Keragaman ukuran telur ikan A. labiatus dan A. citrinellus terutama pada TKG IV menunjukkan bahwa ikan ini tergolong jenis ikan yang memijah sepanjang tahun dan secara parsial (partial spawner)

    BEBERAPAASPEKBIOLOGI IKAN SEMBILANG(Plotosus canius) DI PERAIRANESTUARIABANYUASIN, SUMATERASELATAN

    Get PDF
    Ikan sembilang (Plotosus canius) merupakan salah satu sumber daya ikan di perairan estuaria, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Penelitian beberapa aspek biologi ikan sembilang dilakukan pada bulanApril sampai Juli 2007. Contoh ikan diperoleh dari nelayan yang menangkap dengan alat tangkap belad dan rawai dasar. Hasil penelitian ini menunjukan ratio kelamin jantan terhadap betina yaitu 1:2. Organisme yang ditemukan dalamsaluran pencernaan terdiri atas lima jenis yaitu potongan kepiting, udang, ikan, cacing, dan keong, sehingga ikan sembilang dapat digolongkan sebagai ikan karnivora. Pola pertumbuhan ikan sembilang bersifat isometrik (b=3), berartipertumbuhan panjang seiring dengan pertumbuhan bobot. Kelompok ukuran panjang ikan sembilang tertangkapdidominansi oleh ukuran panjang antara 25,1-30,1 cm. Eeltailed catfish (Plotasus canius) is one of the fish resources in the estuarine waters of Banyuasin South Sumatera. Research on some biological aspect of Plotosus canius was conducted from April to July 2007. Fishes were caught by fishermen using barrier traps and bottom long line. The results show that the sex ratio of male to female was 1:2. Organisms found in the digestive tract consists of five types crabs, shrimp, fish, worms, and snails. Thus eeltailed catfish can be classified as a carnivorous fish. The constant (=b) of length weight relationship of Plotosus canius was 3 (t-test) suggesting this species was length increment as fast as weight increment. Based on total length size group measured, fish dominontly caught in length of 25.1-30.1 cm

    BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata) DI WADUK KEDUNGOMBO PROPINSI JAWA TENGAH

    Get PDF
    Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting di Waduk Kedungombo. Ikan betutu di Waduk Kedungombo termasuk jenis ikan yang dominan dan digemari masyarakat. Penelitian ini mengetahui mengenai biologi reproduksi ikan betutu, dilakukan pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011. Penelitian ini dilakukan melalui metode survei dengan pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling. Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad diamati secara morfologi dan penentuan fekunditas dihitung dengan metode gravimetrik. Hasil penelitian menunjukan bahwa ikan betutu memijah secara bertahap (parsial) dimulai pada bulan Maret, nilai ukuran pertama kali matang gonad pada ukuran 16,5-18,1 cm. Fekunditas berjumlah antara 6414-56.302 butir  dengan diameter telur pada kisaran antara 0,2 – 0,67 mm, serta indeks kematangan gonad ikan betutu jantan berkisar antara 0,03 % - 0,65 %, untuk ikan betutu betina berkisar antara 0,11 % - 5,57 % . Betutu (Oxyeleotris marmorata)  is one of fish species having the economically important value in Kedungombo reservoir. In Kedungombo betutu is a kind of fish which is dominant and it is liked by the people. The objectives of the research were to get data and information on biology reproduction such as gonadal maturity, fecundity and egg diameter has been carried on March, May, July and October 2011. The research is done with survey method, meanwhile the samples taken by purposive sampling. The gonadal maturity is used by morphology, meanwhile fecundity is counted by gravimetric. The result of the research shows that betutu spawning by partial which is started on March, the size of the fish first mature gonads ranged from 16,5-18,1 cm, Fecundity of betutu shows that the total egg varied between 6414-56.302 with egg diameter is between 0,2 – 0,67 mm, Meanwhile index maturity of gonad male is between 0,03 % - 0,65 % and famale between 0,11 % - 5,57 % . Based on the aspects some water quality. 

    KERAGAAN ALAT TANGKAP DAN JENIS IKAN DI PERAIRAN SUNGAI SIAK, PROVINSI RIAU

    Get PDF
    Sungai Siak merupakan salah satu Sungai besar yang mengalir di Provinsi Riau yang memiliki banyak fungsi salah satu dari fungsi tersebut adalah usaha penangkapan ikan. Kegiatan penangkapan ikan di Sungai Siak menggunakan alat tangkap yang bersifat tradisional dan dilakukan secara kelompok atau perorangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis alat tangkap jenis ikan, kelimpahan relatif, dan keanekaragaman jenis ikan yang ada di perairan Sungai Siakpada tahun 2008. Pengambilan data dilakukan di perairan Sungai Siak mulai dari Kuala Tapung sampai Muara Mandau. Pengambilan data alat tangkap dilakukan terhadap nelayan yang sedang mengoperasikan alat tangkap tersebut, sedang pengambilan data jenis dan hasil tangkapan ikan dilakukan secara langsung di lapangan. Pengumpulan data bulanan jenis dan hasil tangkapan dibantu oleh nelayan setempat sebagai enumerator. Hasil penelitian menunjukan terdapat delapanjenis alat tangkap yang beroperasi di Sungai Siak mulai dari Kuala Tapung sampai Muara Mandau yaitu jaring, rawai, tajur, luka, pengilar, belad, dan jala. Alat tangkap jaring dan jala jumlah dan sebarannya paling banyak ditemukan di sepanjang Sungai Siak mulai dari Kuala Tapung sampai Muara Mandau, lalu disusul alat tangkap belad. Untuk jenis ikan ditemukan 60 jenis ikan yang tertangkap dari berbagai jenis alat tangkap, ikan tersebut berasal dari 12 famili dan satu jenis krustacea yaitu udang galah (Macrobrachium rosenbergii), dari 12 famili tersebut kelimpahan relatif didominansi oleh famili Cyprinidae dan Engraulidae baik pada bulan Juni, Agustus, dan Oktober. Jika dilihat dari nilai Indeks keanekaragaman pada beberapa stasiun Sungai Siak mempunyai nilai indeks berkisar antara 0,5-3,0. Siak River one of the biggest river at Riau Province has a multipurpose function including fisheries. Fishing activity at the river used a traditional gear which was operated by individual or group fisherman. A study aimed to investigate number and type of fishing gears, fish species caught, relative abundance and fish diversity of the Siak River was conducted from Kuala Tapung until Muara Mandau in 2008. Data of fishing were collected from the fisherman operated the fishing gears. Monthly data on fish species caught and fish yield were collected directly by enumerator. Results of the study showed that eight kinds of fishing gears, namely gillnets, long line, hand line, traps (luka, pengilar, and belad), filtering device, and cast net were operated. The dominant fishing gear operated was gillnet and cast net and filtering device in the next. About sixty fish species from the twelve families and giant freshwaters prawn (Macrobrachium rosenbergii) were caught using those fishing gears. During June, August, and October, the relative abundance of the fish species was dominated by family of Cyprinidae and Engraulidae. The fish diversity index of the Siak River ranged from 0.5-3.0

    KOMPOSISI IKAN HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI KAWASAN SUAKA PERIKANAN TELUK RASAU, SUMATERA SELATAN

    Get PDF
    Teluk Rasau merupakan salah satu kawasan suaka perikanan rawa banjiran yang berfungsi untuk menjaga atau meningkatkan produksi perikanan di daerah aliran Sungai Lempuing. Sampai saat ini informasi mengenai efektivitas suaka perikanan terhadap sumber daya ikan belum banyak diketahui. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui komposisi jenis ikan dengan menganalisis ikan hasil tangkapan jaring insang dari berbagai ukuran mata jaring di kawasan suaka perikanan Teluk Rasau. Analisis komposisi jenis ikan ini digunakan untuk menilai efektivitas suaka perikanan Teluk Rasau. Survei lapangan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu Agustus, Oktober dan November 2009. Sampel jenis-jenis ikan didapatkan dari koleksi enumerator dan hasil tangkapan nelayan serta hasil tangkapan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sekitar 31 spesies ikan yang tergolong dalam 15 familia. Cyprinidae merupakan familia yang paling dominan, dengan komposisi hasil tangkapan terbesar diperoleh pada jaring insang ukuran 0,75 inci baik pada Agustus yaitu musim kemarau, maupun pada musim hujan yaitu pada Oktober-November dengan nilai komposisi hasil tangkapan sebesar 93,1%, 92,8% dan 78,3%. Komposisi hasil tangkapan terkecil pada musim kemarau (Agustus) diperoleh pada alat tangkap jaring insang ukuran 2,25 inci yaitu sebesar 0,86% sedangkan pada musim hujan (Oktober-November) diperoleh pada jaring insang ukuran 3 inci masing-masing sebesar 0,63% dan 2,23%. Hasil analisis jumlah jenis ikan yang tertangkap dan beberapa parameter ekologis perairan serta populasi ikan menunjukkan bahwa suaka Teluk Rasau kurang berfungsi dan kurang efektif sebagai kawasan suaka perikanan.Teluk Rasau, one of the floodplain fisheries reserves in Lempuing Rivers, has a function to increase fisheries production in that area. However, the effectiveness of this reserve to conserve and increase fish resources in that area has not been evaluated yet. Therefore, a study on fish composition from different mesh sizes of gillnet catches, the most operated fishing gears in Teluk Rasau fisheries reserve, was conducted three times in August, October and November 2009. Fish samples were collected from multi mesh size gillnet experiment and from fishers catches. The of results indicated that 31 fish species were found of 15 families, dominated by Cyprinidae. Most of this family included in catches by 0.75 inche mesh size both in August (dry season) and October-November (wet season) with percentage of 93.10, 92.8, and 78.3%, respectively. In August, the lowest fish composition (0.86%) was recorded from the mesh size of 2.25 inch, is while in October and November was recorded in 3 inche mesh size, 0.63 and 2.23%, respectively. Based on the score analyzed of the number of fish species, fish population and ecological parameter, Teluk Rasau floodplain fisheries reserve is classifield into the low function and less effective as fish sanctuary area in the increasing fish productivity

    STRUKTUR TINGKAT TROFIK KOMUNITAS IKAN DI WADUK WADASLINTANG KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

    Get PDF
    Waduk Wadas lintang memiliki potensi perikanan yang cukup besar baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Kegiatan penangkapan ikan di waduk Wadaslintang saat ini sudah cukup tinggi, yang akan berdampak langsung pada struktur komunitas ikan yang menyebabkan pergeseran pola hubungan antara pemangsa,mangsa atau pesaing pada berbagai tingkat trofik. Tujuan penelitian ini untukmengetahui pola hubungan antar kelompok ikan berdasarkan tingkat trofik dari tingkat trofik terendah sampai kepada ikan karnivor, sehingga diperoleh gambaran peran kelompok ikan dalam komunitas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April, Juni, September dan Nopember 2013 di perairan waduk Wadaslintang. Analisa data mencakup komposisi hasil tangkapan dan kebiasaan makan ikan serta tingkat trofik komunitas ikan. Analisis sidik ragam untuk mengetahui perbedaan antar tingkat trofik. Ikan contoh diperoleh dari nelayan dengan alat tangkap jaring, mulai dari ukuran 0,75 – 4,5 inchi. Hasil penelitian diketemukan sebanyak 15 jenis ikan yang didominasi oleh ikan nila dengan persentase berat mencapai 56,45%. Struktur komunitas ikan di perairan waduk Wadaslintang tersusun atas tiga kelompok tingkat trofik yaitu ikan patin, nila, tawes dan nilem mempunyai jenjang trofik terendah (<2,5), ikan bader dan brek mempunyai nilai jenjang trofik sedang (2,5 – 3,49) dan ikan beong, betutu, palung dan lelemempunyai nilai jenjang trofik tertinggi (>3,5). Kelompok ikan pada tingkat trofik rendah < 2,5 sangat penting dalam menyokong komunitas ikan di perairan waduk Wadaslintang karena akan mempengaruhi kelompok ikan dengan tingkat trofik tinggi.Wadaslintang reservoirs was considered have high potential for fisheries and aquaculture. Fishing Activities in the Wadaslintang reservoir is currently quite high, which may gave a direct impact on the trophic levels structure of fish community and would change composition of predators, preys, and competitors on various trophik levels. The objective of research was focused on the pattern of relationship among trophic groups from the lowest level of trophic to the highest level of carnivorous fish, to find out the role of each fish group in the community. This research was carried out in April, June, September and November 2013 at Wadaslintang reservoir waters. The recorded data were analysed to find out the composition of the fish, feeding habits and trophic levels, and followed by statistical analysis of variance to evaluate the difference among trophic level. Fish samples obtained from a capture tool gillnets, ranging from size 0.75 – 4.5 inches. The results shows that Wadaslintang Reservoir was habited by 15 species of fish where Nile Tilapiais is the dominance species with percentage weight is 56,45%. The structure of fish communities in the water of the Wadaslintang reservoir composed of three groups, namely trophic level of sutchi catfish, nile tilapia, silver barb and nilemhad the lowest trophic levels (< 2.5), barb and javaen barb had value trophic level moderat (2.5-3.49) and catfish, marble goby, hampala barb and walking catfish had the highest trophic level values (>3.5). Fish group on trophic level < 2.5 levels is very important group in supporting good community structure in Wadaslintang reservoir as a way to sustainability of populaion oh the other groups with higher trophic level

    DINAMIKA POPULASI DAN STATUS PENANGKAPAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus C.V) DI WILAYAH HULU SUNGAI BARITO KALIMANTAN TENGAH, INDONESIA

    Get PDF
    Keputusan pengelolaan perikanan harus didasarkan pada bukti-buktu ilmiah,diantara kelemahan pengelolaan perairan umum di dunia saat ini ialah terbatasnya informasi-informasi ilmiah dan tidak meratanya upaya-upaya konservasidi semua wilayahtropis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data-data ilmiah tentang kajian dinamika populasi ikan Mystus nemurus (parameter pertumbuhan, rekrutmen, mortalitas, laju eksploitasi) dan status penangkapannya. Metode penelitian yang digunakan untuk parameter pertumbuhan ikan menggunakan metode von Bertalanffy, komposisi umur (kohort), rekrutmen di analisis dengan program FISAT II, estimasi nilai t0 berdasarkan model Pauly (1983), pendugaan mortalitas alami (M) berdasarkan model Pauly (1980), pendugaan mortalitas total (Z) berdasarkan model Beverton dan Holt (1996) dan status penangkapan dengan membandingkan ukuran panjang ikan pertama kali tertangkap (Lc) dengan pertama kali matang gonad (Lm) berdasarkan Sparre dan Venema (1999).Hasil penelitian menunjukkan Nilai parameter pertumbuhan ikan M. nemurus ialah K sebesar 0,8/tahun dan nilai L∞ sebesar 28,35cmdan nilai t0 -0,08 tahun, persamaan pertumbuhan ikan metode Von Bertalanffy ialah Lt = 28,35{1-exp-0,8(t + 0,08)}, rekrutmen terjadi sepanjang tahun dan puncaknya terjadi pada bulan Juni, laju mortalitas total (Z) ikan sebesar 2,42/tahun, laju mortalitas alami (M) 1,59/tahun,laju mortalitas penangkapan (F) 0,83/tahun, laju eksploitasi (E) 0,34/tahun dan status penangkapan ikan M. nemurus di hulu sungai Barito tergolong growth overfishing.   A fisheries management decision must be based on scientific evidence, among the weaknesses of freshwater management in the world today are limited scientific information and unequal conservation efforts in all tropical regions.The purpose of this study was to obtain scientific data about the study of the dynamics population of the Mystus nemurus (growth parameters, recruitment, mortality, exploitation rate) and fishing status.The research method used for growth parameters used the von Bertalanffy method, age composition (cohort), recruitment was analyzed by the FISAT II program, estimated t0 value based on Pauly's (1983) model, estimation of natural mortality (M) based on Pauly's (1980) model, Estimation of total mortality (Z) based on the Beverton and Holt (1996) model and fishing status by comparing the Length at first capture (Lc) with Length at first mature  (Lm) based on the Sparre and Venema (1999). The results showed that the growth parameter value of M. nemurus was K of 0.8/year, L∞ value of 28.35 cm and a value of t0 -0.08 years, the equation for the growth of fish using the Von Bertalanffy method was Lt = 28.35 {1 -exp-0.8 (t + 0.08)}, recruitment occurs throughout the year and the peak occurs in June, the total mortality rate (Z) of fish is 2.42/year, the natural mortality rate (M) is 1.59/years, the fishing mortality rate (F) 0.83/year, the exploitation rate (E) 0.34/year and the fishing status of M. nemurus in Barito upstream are classified as growth overfishing
    corecore