2 research outputs found

    PUSAT PENGOLAHAN DAN PENGOBATAN HERBAL DI ACEH BESAR

    Get PDF
    ABSTRAK PUSAT PENGOLAHAN DAN PENGOBATAN HERBAL DI ACEH BESAROLEH :FAJAR MEITASARI1104104010007Tumbuhan obat / herbal merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memeliki peran yang cukup penting bagi perekonomian nasional maupun regional, dalam upaya meningkatkan mutu dalam bidang kesehatan dan juga sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat. Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang yang memiliki potensi iklim, area hijau dan lahan perkebunan yang sangat luas. Namun meningkatnya perluasan dan hasil produksi perkebunan di Aceh selama ini tidak terlalu mempengaruhi tinggat perekonomian daerah, hal itu terjadi karena Aceh belum mampu membudidayakan dan mengolah tanaman obat ini dalam jumlah banyak. Begitu juga Dengan perkembangan pasar pengobatan herbal yang semakin pesat maka produksi tanaman obat terus bertambah setiap tahunnya maka Provinsi Aceh membutuhkan suatu wadah yang mampu menampung produksi tanaman obat dalam jumlah besar termasuk hasil produksi petani tamanaman obat Aceh untuk kesejahteraan perekonomian masyarakat serta dapat memperluas budidaya tanaman obat. Pusat pengolahan dan pengobatan herbal direncanakan akan menjadi pusat budidaya dan pengolahan tanaman obat hasil alam Aceh serta praktik pengobatan dan pemasaran obatan herbal dan lain-lain serta memberikan dukungan bagi lingkungan dan masyarakat dalam pengembangan faktor ekonomi. Pusat pengolahan dan pengobatan herbal ini akan didesain dengan tema arsitektur organik sehingga tercipta suatu kesinambungan / keselarasan antara bangunan dengan alam sekitarnya.Kata kunci : Tanaman Herbal, Provinsi Aceh, Pusat Pengolahan Dan Pengobatan Herbal, Arsitektur Organik

    Analisis Efisiensi Teknis, Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomi Terhadap Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Cabai Rawit (Capsicum frutescens) di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang.

    No full text
    Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan jenis komoditas olerikultura (sayur-sayuran) yang cukup esensial dalam kehidupan masyarakat rumah tangga di Indonesia. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan jenis komoditas olerikultura (sayur-sayuran) yang cukup esensial dalam kehidupan masyarakat rumah tangga di Indonesia. Badan Pusat Statistik (2019) mencatat Produksi cabai rawit pada tahun 2019 yaitu sebesar 1.374,21 ton. Hasil riset lainnya dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2019 tingkat konsumsi rumah tangga terhadap komoditas cabai rawit mencapai 533.350 ton atau 1,99 kg/kapita. Jawa Timur yang menyumbang 33,94 persen dari total produksi cabai rawit nasional atau mencapai produksi sebesar 536.098 ton (BPS, 2019). Salah satu sentra cabai rawit di Jawa Timur adalah Kabupaten Malang dengan produksi mencapai 40.733,4 ton (BPS, 2019). Cabai rawit yang diproduksi di Kabupaten Malang, disumbang paling banyak oleh 4 daerah sentra cabai rawit yaitu di Kecamatan Wajak, Poncokusumo, Tumpang dan Ngantang. Dari sisi produktivitas, Kecamatan Ngantang menjadi daerah sentra cabai rawit yang paling rendah di Kabupaten Malang. Kecamatan Ngantang adalah sentra cabai rawit dengan luas panen terluas sebesar 850 hektar tetapi produktivitas cabai rawit hanya mencapai 6,22 ton/hektar. Produktivitas tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas cabai rawit di Kabupaten Malang yang mencapai 15,5 ton/hektar. Ini mengindikasikan bahwa kinerja produksi cabai rawit di kecamatan Ngantang masih belum maksimum dan alokasi faktor-faktor produksi belum tepat dan efisien. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengelola penggunaan faktor-faktor produksi usahatani cabai rawit secara lebih efisien guna meningkatkan produksi dan memperoleh pendapatan yang maksimum. Tujuan penelitian ini adalah; 1) mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi usahatani cabai rawit di Desa Ngantru Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang, 2) mengetahui tingkat efisiensi teknis penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani cabai rawit di Desa Ngantru Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang, 3) mengetahui tingkat efisiensi alokatif penggunaan faktor-faktor produksi yang pada usahatani cabai rawit di Desa Ngantru Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang, 4) mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi produksi pada usahatani cabai rawit di Desa Ngantru Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Penelitian ini dilakukan di Desa Ngantru yang merupakan sentra cabai rawit terbesar di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Metode pengumpulan data dilakukan secara langsung melalui wawancara dengan petani cabai rawit dan studi data dari lembaga dan literatur terkait. Penentuan sampel menggunakan metode Proportional Random Sampling dengan jumlah responden sebanyak 80 petani cabai rawit yang mewakili 3 kelompok tani di Desa Ngantru yang beranggotakan petani-petani yang memproduksi cabai rawit. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari setiap faktor-faktor produksi, tingkat efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi adalah dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier dan fungsi biaya dual cobb-douglas stochastic frontier yang diestimasi dengan metode MLE (Maximum Likelihood Estimation) dengan bantuan software frontier 4.1. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi peningkatan produksi cabai rawit di Desa Ngantru antara lain; luas lahan, pupuk urea, pupuk ZA, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja. Mayoritas petani Desa Ngantru belum mencapai tingkat efisien secara teknis. Nilai rata-rata efisiensi teknis petani cabai rawit Desa Ngantru hanya mencapai 0,6196. Serupa dengan teknis, tingkat efisiensi alokatif petani cabai rawit Desa Ngantru juga rendah yang hanya mencapai 0,2963. Berbanding lurus dengan efisiensi teknis dan alokatif, tingkat efisiensi ekonomis sebagai hasil kombinasi dari kedua efisiensi tersebut juga rendah yang mana hanya sebesar 0,1545. Standar efisiensi produksi dapat dikatakan efisien apabila ≤ 0,7 (Coelli, 2005). Upaya peningkatan hasil dan efisiesi teknis produksi cabai rawit perlu memperhatikan faktor-faktor produksi yang berpengaruh positif dan negatif serta signifikansi faktor-faktor produksi dalam produksi cabai rawit. Petani dapat meningkatkan tingkat efisiensi teknis dengan cara menambah, mengurangi atau juga dengan mengkonversi jenis input tertentu. Sedangkan untuk meningkatkan efisiensi alokatif pada kondisi petani memperhatikan harga input yaitu penambahan input yang kurang atau pengurangan input yang berlebihan sehingga dicapai biaya minimum. Biaya produksi yang minimum akan meningkatkan pendapatan petani cabai rawit. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis fungsi biaya dual produksi cobb-douglass dimana biaya total aktual yang dikeluarkan oleh petani dalam produksi cabai rawit (C) sebesar 108,723 sedangkan total biaya minimum yang semestinya diperoleh oleh petani senilai 16,771 sehingga petani masih memiliki peluang untuk meningkatkan efisiensi produksi yang maksimum serta meminimumkan biaya produksinya
    corecore