37 research outputs found

    KEONG MACAN (Babylonia spirata, L) SEBAGAI PRIMADONA BARU BAGI NELAYAN DI INDONESIA*)

    Get PDF
    Keong macan merupakan komoditas ekspor yang penting dan memiliki tingkat pemasaran yang tinggi dengan negara tujuan utama adalah negara-negara di Asia seperti Taiwan, Hongkong, Singapura, dan Malaysia. Spesies ini hidup pada wilayah littoral dengan dasar pasir berlumpur pada kedalaman 5 sampai dengan 15 m. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap keong macan di dasar adalah jodang yang memiliki diameter 60 cm dengan ukuran mata jaring 1,5 cm. Semula nelayan Indonesia memandang keong macan sebagai hasil laut seperti siput-siput laut lain. Pengolahan keong ini hanya dilakukan secara sederhana. Daging direbus, dijemur, dan disetor kepada para pengepul dengan harga yang relatif murah (Rp. 5.000,- per kg). Namun, setelah banyak permintaan dari negara-negara luarterhadap keong macan, siput ini sudah menjadi mutiara bagi para nelayan. Setiap hari nelayan dapat menangkap 20 sampai dengan 70 kg keong macan. Keong macan segar di daerah Gunung Kidul dan Tambakloro berkisar Rp.6.000,- sampai dengan 7.000,- per kg. Di kawasan Manggar Balikpapan Timurharga keong macan dapat mencapai Rp.15.000,- sampai dengan 18.000 per kg. Sementara itu, harga jual keong macan ditingkat agen sudah mencapai Rp.30.000 per kg. Rata-rata per hari produksi keong macan yang dikirim ke para agen berkisar antara 1,5 sampai dengan 2 ton. Untuk menghasilkan keongmacan hidup, keong macan ditampung dalam bak berukuran 1x2 m dan ketinggian 30 cm. Air laut dalam bak penampungan dipantau terus dan jika air sudah berbusa harus diganti dengan yang baru. Selain dimanfaatkan sebagai makanan, cangkang, dan operkulum keong macan juga dapat dimanfaatkan untuk industri rumah tangga yaitu perhiasan, obat-obatan, dan parfum

    DINAMIKA POPULASI DAN STATUS PEMANFAATAN UDANG TIGER (Penaeus monodon Fabricius 1798) DI PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN UTARA

    Get PDF
    Udang tiger (Penaeus monodon Fabricius 1798) di Tarakan merupakan salah satu komoditas ekspor dan sudah dimanfaatkan cukup lama serta memiliki permintaan dan nilai ekonomis yang tinggi. Penelitian dinamika populasi dan status pemanfaatan udang tiger di perairan Tarakan dan sekitarnya dilakukan untuk mengevaluasi status stok sumberdaya udang agar pengelolaannya dapat berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-November 2016 dengan metode survey. Status pemanfaatan diduga berdasarkan laju eksploitasi dan estimasi rasio pemijahan berbasis data panjang (LB-SPR). Hasil pengamatan menunjukkan udang tiger memiliki panjang karapas asimptotik (CL∞) sebesar 65,45 mm, laju pertumbuhan (K) sebesar 1,55 /tahun dan nilai t0 sebesar -0,20/tahun sehingga diperoleh persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy CLt = 65,45(1 – e-1,55(t+-0,20)). Laju mortalitas total (Z) sebesar 6,56/ tahun, mortalitas alami (M) sebesar 1,95/tahun, mortalitas penangkapan (F) sebesar 4,62/tahun dan tingkat pemanfaatan (E) sebesar 0,70 /tahun. Tingkat pemanfaatan udang tiger di perairan Tarakan lebih besar dari tingkat pemanfaatan optimal sehingga disarankan untuk menurunkan upaya sebesar 40% dari upaya saat ini.Tiger prawn (Penaeus monodon Fabricius 1798) was one of the export commodity and had been exploited for longtime ago so it was necessary to study about its population parameters and exploitation status for its sustainable management. This research aimed to study about the population parameters and exploitation status of tiger prawn. The research were carried out from January to November 2016 using survey method and the enumeration programme. The growth parameters were based on the Modal Progression Analysis. Exploitation status was estimated based on length based spawning potential ratio (LB-SPR). The results showed that the asymptotic length (CL∞) was 65.45 mm, the growth rate (K) was 1.55 /year and = t0 was -0,20/year so Von Bertalanffy Growth Model was CLt = 65.45(1 - e -1.55(t+-0.20)). Total mortality (Z) was 6.56/years, natural mortality was 1.95/years and fishing mortality was 4.62/years and the highest recruitment of tiger prawns occured in May. The exploitation rate (E) was 0,70/years. The exploitation rate now is higher then the optimal level so it is recommended to reduce 40% of the current efforts

    SHARK LONGLINE FISHERY IN TANJUNGLUAR-EAST LOMBOK

    Get PDF
    Studies on artisanal shark fisheries in Tanjungluar - East Lombok were conducted during the year 2001-2011 (except in 2003 and 2007). A sampling method called “rapid market survey” method was employed to collect catch data from surface and bottom longlines fishing, rapidly. Biological data and fisheries data were collected during survey. Catch data for shark were also obtained from daily records filled by TPI officers in Tanjungluar between 2009 and 2010. The results showed that sharklongline fishing was conducted every month. The trend of shark catches relates to the number of fishing vessels, fishing ground, and weather conditions at sea. The period between July and September is a transitional season from East to West seasons. During this season, the wind strength is weakened and a good fishing season for the fishers. The lowest catch occurs in January (1.06 tonnes) and the highest catch in September with the total catch of 24.6 tonnes. Sharks caught by surface longline were dominated by Silky shark, Carcharhinus falciformis (40-90%) with the size range of 100-125 cm. The catch of bottom longline was mostly consisting of fish in mature condition that dominated by Grey reef shark (Carcharhinus amblyrhynchos), Common black tip shark (C. limbatus), Spot tail shark (C. sorrah), and Scalloped hammerhead shark (Sphyrna lewini), with the size range of 125-200 cm, 170- 250 cm, 100-150 cm, and 170-300 cm, respectively. Surface longline fishing occurs in the offshore waters in depth more than 200 m to 3000 m, whereas bottom longline fishing is operated at a depth of 50-100 m around islands

    BEBERAPA ASPEK BIOLOGI UDANG WINDU (Penaeus monodon (Fabricus, 1789) DI PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN UTARA

    Get PDF
    Udang windu merupakan salah satu komoditas ekonomis di Indonesia dan sudah dimanfaatkan serta dikembangkan cukup lama di perairan Tarakan sehingga perlu upaya pengelolaan dengan salah satu dasar kajian biologinya. Penelitian ini membahas beberapa aspek biologi udang windu, meliputi hubungan panjang-berat, nisbah kelamin, kematangan kelamin, serta ukuran rata-rata tertangkap dan matang kelamin. Penelitian dilakukan pada selama bulan Januari-November 2016. Hasil penelitian menunjukkan, dari 2208 ekor contoh udang windu yang dianalisa, ukuran yang tertangkap berkisar antara 21,9-63 mmCL serta hubungan panjang-bobot menyatakan pola pertumbuhan isometrik. Musim pemijahan diduga terjadi sepanjang tahun dengan puncak pemijahan pada bulan Maret-April dan September. Nisbah kelamin udang berada dalam kondisi tidak seimbang dan didominasi oleh betina. Rata-rata ukuran pertama kali tertangkap (Lc) adalah pada panjang karapas 40,69 mmCL serta rata-rata ukuran matang gonad (Lm) udang betina adalah 33,58 mmCL. Tiger shrimp (Penaeus monodon, Fabricus, 1789) was one of economic commodity of shrimp in Indonesia and had been historically exploited that required a proper management measure based on biology study. The research aims to examine biological aspects of tiger shrimp such as length-weigth relationship, sex ratio, maturity stage and length of first capture (Lc) and length of first maturity (Lm). The research was carried out from January to November 2016 using survey method and the monthly enumeration programme. The result of 2.208 individual tiger shrimp analysed showed that size of tiger shrimp range between 21.9-63 mmCL with the growth follows a isometric pattern. Spawning season occurs throughout the year with peak season in March-April and September. Sex ratio was in an unbalanced condition dominated by females. The length of first capture (Lc) was 40.69 mmCL and length of first maturity (Lm) was 33.58 mmCL

    BIOLOGI REPRODUKSI SELAR BENTONG (Selar crumenophthalmus Bloch, 1793) DI PERAIRAN KWANDANG, GORONTALO UTARA

    Get PDF
    Ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus Bloch, 1793) merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang tertangkap di perairan Kwandang, Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biologi reproduksi ikan selar bentong. Pengumpulan data panjang berat, jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad dilakukan dari periode Februari hingga November 2017. Jumlah contoh ikan yang diamati sebanyak 3.820 ekor. Hasil penelitian ini diperoleh persamaan hubungan panjang-berat ikan selar bentong yang diukur yaitu W = 0,0092 L3,1857. Nilai b dari persamaan ini adalah 3,18 yang mengindikasikan bahwa pola pertumbuhannya bersifat isometrik. Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) adalah 17,69 cmFL. Rasio kelamin antara betina terhadap jantan yaitu 1 : 1,2. Musim pemijahan atau bersifat multiple spawner diduga terjadi antara Bulan November – Februari.Bigeye scad (Selar crumenophthalmus Bloch, 1793) was one of the important economic species in the artisanal fishery in Kwandang waters North, Sulawesi. The aim of this study was to determine the biological reproduction of big eye scad in the Kwandang waters, Sulawesi Sea. Data collection of lengths and weights, sex, and the gonad maturity stage were done between January-November 2016. A total of 3820 specimens was collected al together and examined in the study. The result showed that length-weight relationship for big eye scad were W = 0,0092 L3,1857. The exponent values (b slope) of length-weight relationship of big eye scad was 3,185 indicating isometric growth pattern. The length at first maturity (Lm) for bigeye scad was 17,69 cmFL. The sex-ratio between female and male was 1 : 1.2. The spawning season was estimated between November and February (multiple spawner)

    KOMPOSISI JENIS DAN DISTRIBUSI UKURAN IKANPELAGIS BESAR HASILTANGKAPANPANCINGULURDI SENDANGBIRU, JAWATIMUR

    Get PDF
    Sendang Biru merupakan salah satu tempat pendaratan ikan pelagis besar di Jawa Timur. Penelitian tentang komposisi jenis dan ukuran ikan pelagis besar hasil tangkapan pancing ulur yang didaratkan di PPI Pondok Dadap, Sendang Biru, Jawa Timur, dilakukan pada bulanApril dan Oktober 2010. Hasil penelitian menunjukkan hasil tangkapan pancing ulur didominasi oleh jenis tuna (Thunnus albacares dan Thunnus obesus) 45%, cakalang (Katsuwonus pelamis) sebesar 38 %, dan lainnya (marlin, lemadang, lauro) sebesar 1,7 %. Ikan tuna yang didaratkan terdiri dari jenis yellowfin tuna (Thunnus albacares) dan bigeye tuna (T. obesus) dengan ukuran panjang cagakmasing –masing berkisar antara 40 - 170 cmFL dan 40 - 140 cmFL. Berat individumasing-masing berkisar antara 0.1 - 71 kg dan 0.5 - 43 kg. Sendang Biru is one of big pelagic’s landing site in East Java. Tuna on this research are caught by handline that landing in PPI Pondok Dadap, Sendang Biru, East Java. Research on the species composition and size distribution of big pelagic fish caught by handline were carried out during April and October 2010 at Sendang Biru, East Java. The result showed that Thunnus sp. are the most landed (45%) followed by Katsuwonus pelamis (38 %) and others (Xiphias gladius, Coriphaena sp., Elagatis bipinnulatus) of 1.7 %. The dominant fork lengthof Thunnus albacares and Thunnus obesus ranged from about 40 - 170 cm and 40 – 140 cm. Individual weight ranged between 0.1 - 71 kg and 0.5 - 43 kg respectivelly

    ASPEK BIOLOGI DAN PARAMETER PERTUMBUHAN IKAN LAYANG (Decapterus russelli, Rupell, 1928) DIPERAIRAN SELAT MALAKA

    Get PDF
    Ikan Layang (Decapterus russelli, Rupell, 1928) merupakan salah satu ikan pelagis kecil bernilai ekonomis penting di perairan Selat Malaka. Ikan ini banyak tertangkap oleh alat tangkap purse seine. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa aspek biologi dan parameter pertumbuhan ikan Layang yang tertangkap purse seine di perairan Selat Malaka. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April hingga September 2016. Informasi yang disajikan oleh studi ini meliputi: hubungan panjang berat, faktor kondisi, rasio kelamin, tingkat kematangan gonad dan parameter pertumbuhan. Parameter pertumbuhan diperoleh dari data frekuensi panjang bulanan dan dianalisis dengan ELEFAN I dalam program FiSAT II, nisbah kelamin dianalisis menggunakan uji chi-kuadrat dan TKG ditentukan secara morfologi. Ikan Layang yang diperoleh selama penelitian sebanyak 958 ekor dengan kisaran ukuran antara 8,4-28,7 cmFL dan nisbah kelamin antara jantan dan betina yaitu 1:1,01. Pola pertumbuhan panjang-bobot ikan Layang jantan dan betina bersifat allometrik positif dengan mengikuti persamaan W=0,0057L3,2984 (R2=0,9745) untuk jantan dan W=0,0079L3,183 (R2=0,9825) untuk Layang betina. Kisaran faktor kondisi ikan Layang antara 0,97-1,67.Ikan Layang yang diamati mempunyai TKG I sampai dengan IV dengan nilai IKG 0,056– 6,36 % untuk ikan jantan dan 0.103 – 6,044 % untuk ikan betina. Persamaan kurva pertumbuhan Von Bertalanffy ikan Layang di Selat Malaka yaitu Lt =24,25 (1 - e 1,03(t+-0.163)) dengan panjang asimtotik (L∞) =24,25 cmFL, koefisien pertumbuhan (K) = 1,03 per tahun dengan umur teoritis (t0) = - 0,163. Ukuran rata-rata tertangkap (L50% = Lc) untuk ikan Layang adalah 16,21cmFL.Indianscad (Decapterus russelli, Rupell, 1928) is one of small pelagic fish that have economic values in The Malacca straits. This fish is caught by purse seine. The aim of this research were to assess several aspects of biolocal reproduction and growth parameter for Indianscad caught by purse seine in the Malacca straits. This research was conducted from April to September 2016. Information resulted from this study consisted of length weight relationship, condition factor, sex ratio, gonad maturation stage and growth parameter. Growth parameter used the ELEFAN I method by using FiSAT II software, sex ratio was analyzed using Chi-Square and gonad maturation stage by using morphology. This study used 958 fish samples with size between 8,4-28,7 cmFL and the sex ratio between male and female was 1:1,01. The growth patterns of Indian scad for male and female were negative allometric expressed by the following equation: W=0,0057L3,2984 (R2=0,9745) for male and W=0,0079L3,183 (R2=0,9825) for female. The condition factors were about 0,65-1,67.Indianscads observedranged between TKG I and TKG IV with IKG for male and female were 0.056– 6,36 % and 0.103 – 6,044 %, respectively. The Von Bertalanffy Growth Equation of Indian scad in Malacca straits was Lt =24,25 (1 - e 1,03(t+-0.163)) with the asymptotic length (L∞) =24,25 cmFL, growth coefficient (K) = 1,03 per year and the theoretical age (t0) Indian scad that was equal to (t0) = - 0,163. Length at first capture of Indian scad (Lc) was 16,21cmFL

    HUBUNGAN PANJANG DAN BOBOT, SEBARAN FREKUENSI PANJANG, DAN FAKTOR KONDISI TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) YANG TERTANGKAP DI SAMUDERA HINDIA

    Get PDF
    Penelitian ini tentang hubungan panjang dan bobot, distribusi frekuensi panjang dan faktor kondisi ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) di Samudera Hindia dilakukan pada bulan Maret sampai Oktober 2008. Hasil penelitian ini menunjukan tangkapan rawai tuna di perairan sebelah selatan Jawa Timur sampai Nusa Tenggara diperoleh ukuran tuna mata besar berkisar antara 98-153 cm (rata-rata 127,07 kg) dan bobot antara 20-73 kg (rata-rata 41,44 kg). Hubungan panjang dan bobot mengikuti persamaan W=0,023 FL2,9652 . Nilai faktor kondisi tuna mata besar berkisar antara 1,85- 2,12 dan menunjukan nilai faktor kondisi ini berfluktuasi setiap bulan. Study on length and weight relationship, length frequency distribution and condition factors of big eye tuna (Thunnus obesus) in the Indian Ocean was conducted in March to October 2008. The results showed that size of big eye tuna that caught by tuna long line from the southest of Java Sea and NusaTenggara were ranging from 98-153 cm in fork length (average of 127.07 kg); and weight range of 20- 73 kg (average of 41,44 kg). Length and weight relationship of big eye tuna can be described as W=0,023 FL2,9652. Condition factor of big eye tuna were ranging from 1.85-2.12 and that fluctuated monthly

    BIOLOGI REPRODUKSI TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) YANG TERTANGKAP DI SAMUDERA HINDIA

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai aspek reproduksi ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) di perairan Samudera Hindia. Sebanyak 42 contoh gonad dari ikan tuna mata besar yang tertangkap perairan Samudera Hindia antara bulan Maret sampai Oktober 2008 digunakan dalam penelitian ini. Pengamatan meliputi struktur morfologi gonad ikan, perkembangan gonad, diameter telur, dan fekunditas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ikantuna mata besar yang tertangkap memiliki tingkat kematangan gonad I, II, dan IV. Nilai gonado somatic index rata-rata tuna mata besar semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad. Musim pemijahan untuk tuna mata besar diduga terjadi pada bulan Oktober. Tuna mata besarmemiliki fekunditas antara 8.163.715-10.365.317 butir dan memiliki pola pemijahan berganda. The objective of this research is to study the reproductive biology of big eye tuna (Thunnus obesus) from Indian Ocean. A numbers of 42 gonad samples were taken from fresh individuals captured in the Indian Ocean during period of March until October 2008. The observation comprised of morphological structure of gonad, gonad development, oocytes diameter, and batch fecundity. The results showed that the gonad maturity stages of big eye tuna were ranged from immature (the gonad maturity stage of I and II) to mature (the gonad maturity stage of IV), and the gonado somatic index value increase along with increase of gonad maturity. Spawning season for big eye tuna estimated was in October, range of fecundity were 8.163.715-10.365.317 oocytes, and the spawning type waspartial spawned

    PARAMETER POPULASI DAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BENTONG (Selar crumenophthalmus) DI PERAIRAN KWANDANG,GORONTALO UTARA

    Get PDF
    Perairan Kwandang merupakan salah satu basis utama perikanan pelagis kecil di perairan laut Sulawesi. Salah satu jenis yang banyak dimanfaatkan adalah ikan bentong (Selar crumenophthalmus). Penelitian ini bertujuan untukmenduga parameter populasi, tingkat pemanfaatan (E), dan biologi reproduksi dari ikan bentong. Data panjang cagak dikumpulkan dari PP Kwandang dari bulan Januari hingga November 2012. Pendugaan parameter populasi dilakukan dengan menggunakan metode Bhattacharya dengan bantuan software FISAT II Hasil analisis menunjukkan bahwa laju pertumbuhan (K) sebesar 0,76 per tahun dengan L”=24,7 cm. Laju kematian total (Z) sebesar 2,63 per tahun, dengan laju kematian alamiah (M) sebesar 1,28 per tahun, laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 1,3 per tahun dan laju pemanfaatan 0,51. Tingkat pemanfaatan ikan bentong sudah relatif optimum. Rasio jenis kelamin ikan bentong jantan dan betina adalah 1: 1,02. TKGI paling banyak ditemukan. Musim pemijahan ikan bentong diduga terjadi pada bulan November dan Desember.The Kwandang waters is one of the main base for small pelagic fisheries in Sulawesi sea. Bigeye scad (Selar crumenophthalmus) is one of species from small pelagic is exploited. The objectives of the research was to estimate the population parameters, exploitation rate and reproductive biology of bigeye scad. Length frequency data were collected from PP Kwandang, from January November 2012. Estimation of population parameters of bigeye scad used FISAT II method. The results showed that growth rate as follows (K) = 0,76 year-1 , L”=24,7 cm. Total mortality rate (Z) = 2,63 year-1, with natural mortality (M) = 1, year-1 and fishing mortality (F) = 1,3 year-1 and exploitation rate (E)=0,51. The exploitation rate are already optimum. Sex ratio of male and female are 1:1,02. The most commonly founded is Gonado Maturity Stage of I. The spawning season of bigeye scad estimated was November and Decembe
    corecore