9 research outputs found

    From House Society to Homestay: Re-domestication in the settlement and architecture of the Ngadha traditional village in East Nusa Tenggara, Indonesia

    Get PDF
    Cultural richness in Indonesia, including its vernacular settlement and architecture, are strategic sources for tourism development in the country. The program usually promotes cultural authenticity as touristic spectacles. It encourages the local people to preserve their ethnic characters, including their vernacular architecture and settlement. In reality, the success of the preservation does not impede the transformations of the dwelling culture. This study is conducted through field observations and documentations in Bena and Tololela Hamlets, in Ngada Regency, in Flores Island, Indonesia. Further, we analyzed this dynamic of the Ngadha vernacular settlement and architecture, and narrate it using a re- domestication framework, in the following three milestones of transformation phases: 1) the introduction of the Catholic religion in the early 20th century, 2) national development in the 1980s, and 3) tourism and globalization in 2010. Support on preservation and adaptation of homestay program into sa'o (house) and nua (village) is the result of the contemporary progression itself. The local practice of clan system, voe sustain the people to keep their existence, despite the present changes. Keywords: Ngadha, sa’o, voe, re-domestication, domesticity, domestic space, tourism

    Turnitin EKSISTENSI ROSE WINDOW PADA GEREJA KATOLIK DI MAGELANG, JAWA TENGAH

    Get PDF
    Rose window merupakan elemen Arsitektur Gotik yang merepresentasikan kesakralan dalam arsitektur gereja Katolik. Berbagai studi pada rose window secara garis besar melakukan deskripsi dan kajian struktur. Studi ini disusun untuk menelusuri eksistensi rose window pada gereja-gereja di Magelang sebagai salah satu pusat wilayah misi di Jawa bagian Tengah pada awal masa arsitektur modern di Hindia Belanda. Saat ini perkembangan desain gereja-gereja baru bermunculan, maka dari itu studi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perwujudan rose window pada fasad gereja-gereja baru. Studi literatur, wawancara, dan observasi dilakukan untuk menelaah sejarah pembangunan gereja-gereja serta pendokumentasian terhadap fasad dua belas kasus terpilih. Studi tipologis terhadap eksistensi rose window pada fasad menjadi dasar pengelompokkan tipe. Data tersebut selanjutnya diulas berdasarkan aspek ornamen, bentuk/pola, dan material yang digunakan. Melalui studi komparasi, terdapat tiga tipe penempatan rose window pada fasad, yaitu fasad yang memiliki rose window, fasad dengan objek lain sebagai representasi rose window, dan fasad tanpa rose window. Eksistensi rose window pada fasad gereja-gereja di Magelang sebagai unsur simbolis gereja Katolik sebagian besar masih dipertahankan dengan berbagai variasi perwujuda

    Masterplan Lahan Kursus Pertanian Taman Tani Salatiga

    Get PDF
    Kursus Pertanian Taman Tani (KPTT) Salatiga merupakan lembaga pendidikan kursus pertanian yang didirikan oleh Panitia Sosial Wali Gereja Indonesia, IKIP Sanata Dharma, dan Ikatan Petani Pancasila. Di usianya yang menginjak ke-57, KPTT belum memiliki perencanaan yang komprehensif untuk pengembangan, maka dari itu dibutuhkan masterplan yang menjadi pedoman pembangunan di KPTT. Perencanaan masterplan tidak hanya membantu untuk membentuk kawasan secara fisik namun merespons kondisi sosial dan ekonomi secara dinamis. Penyusunan masterplan ini bertujuan untuk mendefinisikan kawasan KPTT, membuka potensi dan merekomendasikan sisi lain kawasan yang bisa dibentuk, mengoptimalkan pemanfaatan lahan, serta meningkatkan nilai lahan. Masterplan mendorong koordinasi aktifitas pada berbagai jenis pelayanan di kawasan KPTT sehingga dapat memberikan pelayanan serta penggunaan sumber daya yang lebih baik. Masterplan ini diharapkan dapat mendorong performa terbaik suatu kawasan berkaitan dengan lanskap, topografi, dan ekologi. Dengan visi yang jelas yang dimiliki oleh KPTT, masterplan dapat membantu untuk menarik investasi dari sektor privat dengan mengidentifikasi aspirasi serta peran sektor publik maupun sektor privat. Keterlibatan masyarakat dalam membangun konsensus mengenai masa depan suatu kota atau kawasan serta mengidentifikasi prioritas untuk diimplementasikan menjadi hal pokok penyusunan masterplan KPTT

    Desain Bangunan Asrama dan Ruang Kelas di Kawasan 1 KPTT Salatiga

    Get PDF
    Kursus Pertanian Taman Tani (KPTT) Salatiga merupakan lembaga pendidikan kursus pertanian yang didirikan oleh Panitia Sosial Wali Gereja Indonesia, IKIP Sanata Dharma, dan Ikatan Petani Pancasila. Di usianya yang menginjak ke 57 tahun, KPPT Salatiga telah memiliki masterplan hasil pengabdian tim ini sebelumnya dengan perencanaan untuk mengembangkan desain dari tiap-tiap bangunan dalam ketiga kawasan yang dimiliki oleh KPTT. Dalam kawasan KPTT Salatiga ini, terdapat beberapa bangunan dalam kawasan masing-masing yang memiliki fungsi khusus tertentu. Kawasan 1 berisi bangunan dengan fungsi sebagai berikut: 1) kantor utama, 2) ruang kelas, 3) asrama murid, 4) dapur, 5) kandang sapi, 6) tempat ppembibitan, dan 7) lahan parkir. Kegiatan pengabdian pada semester ini difokuskan pada permohonan mitra untuk membuat desain bangunan dengan fungsi asrama (asrama putri dan asrama putra) dan fungsi ruang kelas. Kedua fungsi ini diutamakan dalam pembuatan desain dan gambar kerja dalam kaitannya sebagai materi dasar pengajuan proposal bagi para donator demi pengembangan kawasan KPTT Salatiga. Pengabdian ini berjalan dengan lancar serta menghasilkan dokumen desain skematik sesuai dengan permintaan dari mitra

    Bukti Korespondensi

    Get PDF

    USER’S PERCEPTIONS OF SACREDNESS (Case Study: Catholic Churches in Indonesia)

    Get PDF
    Sacredness in Catholic churches has two aspects: sacredness derived from the purpose and activities of worship and sacredness that arises from the physical and spatial aspects of a church building. The purpose of this study was to reveal factors that affect sacredness in Catholic churches from the perspective of the worshiper. The researchers conducted an exploratory qualitative research to collect text data related to the perception of Catholic church sacredness. The data were collected through an online questionnaire. The researchers also conducted an explanatory quantitative research to uncover the relationship between level of church sacredness and physical and nonphysical factors. The results showed that the ‘sacred spirit’ factor tends to be more dominant in affecting church sacredness compared to ‘sacred object’. Worshipers measure church sacredness according to ‘devoted reflection’, ‘relationship with God’, ‘quality of space’, ‘enclosure acculturation’, and ‘building style’

    LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN DUSUN BUTUH, TEMANGGUNG, KALIANGKRIK SEBAGAI SUBBAGIAN KAWASAN AGROPOLITAN SUMBING MAGELANG, JAWA TENGAH

    Get PDF
    Wilayah Indonesia 45% berupa perbukitan dan pegunungan sehingga praktik budidaya pertanian di lahan pegunungan memiliki posisi strategis. Kawasan Agropolitan Sumbing Magelang merupakan upaya pemerintah untuk mendorong kegiatan sektor pertanian di wilayah perdesaan. Dusun Butuh masuk dalam prioritas satu dalam pengembangan wilayah, dan berkedudukan sebagai PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan). PPL berperan sebagai pusat pelayanan permukiman skala desa, sehingga menempatkan bidang kawasan permukiman sebagai prioritas dan pedekatan desain dalam pengembangan Dusun Butuh merupakan idealisasi yang sesuai. Perencanaan makro wilayah Dusun Butuh mengacu pada sistem wilayah agropolitan serta elemen pembentuk dan kualitas desain kawasan Hamid Shirvani, yaitu untuk meningkatkan aksesibilitas dan livabilitas Dusun Butuh. Dusun Butuh terbagi menjadi empat wilayah pengelolaan : (1) area lahan pertanian, (2) area permukiman, (3) area pengolahan dan industri, dan (4) area pusat prasarana dan pelayanan umum. Transformasi sistem wilayah tersebut terhadap kegiatan berbasis agropolitan di Dusun Butuh mencakup kegiatan agribisnis, agroindustri, agrowisata, dan jasa penunjang. Perencanaan dan perancangan mikro wilayah Dusun Butuh pada kelompok kegiatan jasa penunjang, berupa Balai Pelayanan Dusun Butuh (Balai Pelayanan). Balai Pelayanan mewadahi empat kelompok kegiatan ; (1) Lembaga Pendidikan, Penyuluhan, dan Pelatihan, (2) Lembaga Penelitian dan Pengembangan, (3) Lembaga Perekonomian, dan (4) Prasarana Operasional Penunjang. Sasaran Pengguna Balai Pelayanan adalah penduduk Dusun Butuh dan sekitar Dusun Butuh. Sistem pengembangan Balai Pelayanan berfokus pada program pengembangan jenis tanaman budidaya ; paprika, asparagus, pare, dan petai. Pengelolaan Balai Pelayanan melibatkan Kelompok Tani “Utama, Kelompok Wanita Tani “Utama”, dan Garda Atas Awan yang sudah ada di Dusun Butuh. Perancangan Balai Pelayanan Dusun Butuh yang berwawasan kawasan permukiman dicapai dengan penyediaan perpustakaan, taman lingkungan, dan perancangan bangunan yang mempertimbangkan kualitas compatibility – views dengan pengolahan pada elemen building form and massing dan signage. Building form and massing mengolah unsur massing, skala-ketinggian, gaya-bentuk, pecahayaan, dan material-finishing. Elemen signage diterapkan dengan penggunaan direct signage

    USER’S PERCEPTIONS OF SACREDNESS (Case Study: Catholic Churches in Indonesia)

    No full text
    Sacredness in Catholic churches has two aspects: sacredness derived from the purpose and activities of worship and sacredness that arises from the physical and spatial aspects of a church building. The purpose of this study was to reveal factors that affect sacredness in Catholic churches from the perspective of the worshiper. The researchers conducted an exploratory qualitative research to collect text data related to the perception of Catholic church sacredness. The data were collected through an online questionnaire. The researchers also conducted an explanatory quantitative research to uncover the relationship between level of church sacredness and physical and nonphysical factors. The results showed that the ‘sacred spirit’ factor tends to be more dominant in affecting church sacredness compared to ‘sacred object’. Worshipers measure church sacredness according to ‘devoted reflection’, ‘relationship with God’, ‘quality of space’, ‘enclosure acculturation’, and ‘building style’
    corecore