6 research outputs found

    POLA PERTUMBUHAN IKAN SELAR (Selaroides Leptolepis) DI PERAIRAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA

    Get PDF
    Fish selar (Selaroides leptolepis) is one type of fish consumption that has high economic value and many caught in Southeast Maluku district waters. As an important resources, information on various aspects of fish biology is needed in order to support its management efforts. Therefore, this research is aimed to see the pattern of fish growth in Southeast Maluku waters. This research was conducted using data of catch in Sathean and Selayar village of southeast Maluku district collected during March until July 2017. The total samples of fish selar used were 877 individuals with total length size 100 t0 247 mm and means length 161.64 ± 0.82 mm and weight size 8.80 to 165.70 gram with means weight 46.39 ± 0.86 gram. The result of analysis between length and weight selar fish equation W = 0.0000008L3.044, with the growth pattern of selar fish in Southeast Maluku waters is isometric

    Pola Sebaran Plankton Secara Horizontal Di Perairan Desa Ohoililir, Kabupaten Maluku Tenggara

    Get PDF
    Plankton is divided into two classes namely phytoplankton and zooplankton, where phytoplankton is microscopic plants that buoyant and float in the upper part of the ocean, whereas herbivor and carnivore zooplankton have more planktonic characteristic. This research aimed to figure plankton distribution pattern horizontally in Ohoililir water, Southeast Maluku Regency. Collecting data conducted on October, 2015 by using plankton net with 80 μm mesh size on four stations. Total Profusion plankton were around 1,785,000-3,015,000 sel/m3 which the most dominant zooplankton found were from crustacean class and Branchionusangularis genus as high as 49,000 sel/m3. The highest profusion was on second  station and the lowest was on fourth station. Highest distribution pattern horizontally was on second station with profusion value more than 30.000 sel/m3.Plankton dibagi menjadi dua golongan yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopis yang hidup melayang-layang di permukaan air, sedangkan zooplankton herbivora atau karnivora yang bersifat planktonik. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola sebaran horizontal plankton di perairan Desa Ohoililir, Kabupaten Maluku Tengga. Pengambilan sampel plankton pada Oktober 2015 dilakukan dengan menggunakan plankton net yang mempunyai ukuran mata jaring 80 μm pada 4 stasiun. Kelimpahan total plankton berkisar antara 1,785,000-3,015,000 sel/m3 dan zooplankton dari kelas crustacea mendominansi perairan tersebut. Genus yang dominan di perairan ini dan selalu ada di setiap stasiun adalah Branchionus angularis dengan kelimpahan tertinggi (49,000 sel/m3). Kelimpahan plankton tertinggi terjadi di stasiun ke 2 dan terendah di stasiun 4. Pola sebaran horizontal dengan konsentrasi tertinggi terdapat di stasiun ke-2 dengan nilai kelimpahan lebih dari 30.000 sel/m3

    Komposisi Jenis dan Tingkat Trofik (Trophic Level) Hasil Tangkapan Bagan di Perairan Desa Ohoililir, Kabupaten Maluku Tenggara

    Get PDF
    An effort to maintain biodiversity of species in ecosystem is essential considering the high demand of fish in the market which is related to the amount of exploration. Trophic level is position of a species or a group of species within a food chain or food web, where it showed phases of transfer energy and material inter and intra on each group. This study aimed to analyze species composition and trophic level of lift net catch in ohoililir village water, southeast maluku regency. Observation variables on this research were, species composition, length and weight of fish also trophic level of catch by using lift net. Experimental fishing was the methodology for data collecting. Results shows that, trophic level of fish which catch by lift net was categories included to trophic level three (TL3), means most of fish catch by lift net dominated by omnivorspecies, as the result the fish structure community and pyramid become unstable. In order to prevent this matter, better conservation of fish around the area based on trophic level by considering various ecosystem components like fish and its food chain.Upaya untuk mempertahankan keanekaragaman jenis di dalam suatu ekosistem dan ikan yang dimanfaatkan oleh manusia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ekosistem secara keseluruhan. Tingkatan trofik menggambarkan tahapan transfer material atau energi dari setiap tingkat atau kelompok ke tingkat berikutnya, yang dimulai dengan produsen primer, konsumen primer (herbivora),  sekunder, tersier, dan predator puncak. Pada dasarnya tingkat trofik (trophic level) merupakan urutan tingkat pemanfaatan pakan atau material dan energi seperti yang tergambarkan oleh rantai makanan (food chain). Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis komposisi jenis dan tingkat trofik hasil tangkapan bagan di perairan Desa Ohoililir, Kabupaten Maluku Tenggara. Variabel yang diamati meliputi komposisi jenis, panjang dan berat ikan serta tingkat trofik hasil tangkapan. Alat tangkap yang digunakan saat pengamatan adalah bagan. Metode yang digunakan dalam penelitian  ini adalah metode experimental fishing, yaitu berupa operasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap bagan. Hasil penelitian menunjukan tingkat trofik ikan pada alat tangkap bagan berada pada pengelompokan tingkat trofik (TL3) yakni didominasi oleh jenis Omnivora yang cenderung pemakan hewan, yang akan menyebabkan struktur komunitas ikan menjadi berubah dan piramida menjadi tidak stabil. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan pengelolaan sumberdaya ikan berdasarkan pendekatan interaksi trofik dengan mempertimbangkan komponen ekosistem seperti sumberdaya ikan dan berbagai pola hubungan makan memakan atau rantai dan jaring makanan

    DAMPAK PENANGKAPAN TERHADAP STRUKTUR DAN TINGKAT TROFIK HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN MALUKU TENGGARA

    Get PDF
    Penangkapan ikan memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap ekosistem perairan. Penangkapan ikan yang dilakukan nelayan di perairan Maluku Tenggara terhadap ikan cukup intensif. Nelayan umumnya menangkap ikan menggunakan jaring insang (gillnet), bagan dan pancing. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak penangkapan terhadap ekosistem, yakni struktur komunitas dan tingkat trofik hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap. Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan metode experimental fishing, yaitu berupa operasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap jaring insang (gillnet), bagan dan pancing di lokasi studi. Analisis data meliputi parameter kebiasaan makan hubungan panjang berat ikan, dan tingkat trofik hasil tangkapan. Hasil penelitian menunjukan tingkat trofik ikan pada alat tangkap bagan dan jaring berkisar 2,9 – 3,7 dan berada pada pengelompokan tingkat trofik (TL3) yakni didominasi oleh jenis omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton). Alat tangkap pancing berkisar 4,0 – 4,5 berada pada TL5 dan didominasi oleh jenis karnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda. Ukuran rata-rata panjang total jenis ikan hasil tangkapan yang dominan menurut alat tangkap adalah ikan layang (18,2±12,5 cm), ikan lemuru (19,8±13,3 cm), ikan selar (21,9±14,2 cm), ikan lencam (20,1±13,3cm) dan ikan biji nangka (21,9±14,2 cm). Berat rata-rata hasil tangkapan utama adalah ikan layang (90 ±35gr), ikan lemuru (81 ± 28 gr), ikan selar (89 ± 40 gr), ikan lencam (92±28 gr) dan ikan biji nangka (90±30 gr). Hasil tangkapan oleh bagan, jaring insang dan pancing mengindikasikan bahwa terjadi eksploitasi yang tidak seimbang pada rantai makanan. Kelompok TL 3 dan 5 lebih dominan dieksploitasi. Hal ini secara teoritis berpotensi merusak keseimbangan ekologis sumberdaya ikan di habitat tersebut. Alat tangkap bagan dan jaring mempunyai dampak lebih besar terhadap keberlanjutan sumberdaya ikan dibandingkan dengan alat tangkap pancing (TL5), karena kedua alat tangkap tersebut cenderung lebih eksploitatif pada ukuran ikan yang belum layak tangkap

    Kajian Perbedaan Warna Jigs Terhadap Hasil Tangkapan Cumi (Loligo sp.) di Perairan Kei, Kabupaten Maluku Tenggara

    No full text
    The study of difference in the color of the jigs was carried out considering that the squid (Loligo sp.) is one of the marine biological resources with important economic value. Catching squid carried out by fishermen so far is still traditional because the method of catching is done by using a petromax lamp and using spear fishing gear. Jigs are one type of modern fishing gear that has been modified as artificial bait in catching squid. The color of the jigs is also one of the success factors in getting the catch. The objectives of this research are; determine the color of the best jigs and determine the effective time in squid fishing operations. This research was conducted using an experimental method, namely the experimental design in the form of a randomized block design (RAK) with treatment (t) namely different colors of jigs, namely; Yellow, blue, green and red jigs were assembled randomly on 4 fishing rods with an operating time interval of 3 hours. The results showed that the catch of squid to the color jigs, namely the red jigs color obtained the most catches of 40 fish, the yellow color 21 fish, the green color 13 tails and the blue color 6 fish were the lowest catches while the fishing operation time with the most catches was at at 21.00-24.00 as many as 36 fish followed by time at 24.00-03.00 as many as 22 fish while the time at 18.00-21.00 and 03.00-06.00 were the smallest catches of 11 fish each. The results of this study are expected to provide benefits for squid fishing communities in the waters of the Rossenberg Strait to increase catches.Penelitian kajian perbedaan warna jigs dilakukan mengingat cumi (Loligo sp.) merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang bernilai ekonomis penting. Penangkapan cumi yang dilakukan oleh nelayan selama ini masih bersifat tradisional karena cara penangkapan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan cahaya lampu petromaks dan menggunakan alat tangkap tombak. Jigs merupakan salah satu jenis alat tangkap modern yang sudah dimodifikasi sebagai umpan buatan dalam penangkapan cumi. Warna jigs juga merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam memperoleh hasil tangkapan. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu ; menentukan warna jigs yang terbaik serta menentukan waktu efektif dalam operasi penangkapan cumi. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental yaitu rancangan percobaan berupa rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan (t) yaitu warna jigs yang berbeda yakni; jigs warna kuning, biru, hijau dan merah yang dirakit secara acak pada 4 unit pancing dengan interval waktu operasi 3 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil tangkapan cumi terhadap warna jigs yaitu warna jigs merah memperoleh hasil tangkapan terbanyak 40 ekor, warna kuning 21 ekor, warna hijau  13 ekor dan warna biru 6 ekor merupakan hasil tangkapan terendah sedangkan waktu operasi penangkapan dengan hasil tangkapan terbanyak yaitu pada waktu jam 21.00-24.00 sebanyak 36 ekor diikuti waktu jam 24.00-03.00 sebanyak 22 ekor sedangkan waktu jam 18.00-21.00 dan 03.00-06.00 merupakan hasil tangkapan terkecil masing-masing sebanyak 11 ekor. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi masyarakat nelayan cumi di perairan selat Rossenberg untuk meningkatkan hasil tangkapan

    Penyuluhan dan Pelatihan Rehabilitasi Mangrove di Pantai Divur Desa Labetawi Kota

    No full text
    ABSTRAK Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis yang sangat bermanfaat bagi organisme-organisme di lingkungan pesisir termasuk manusia. Dengan sistem perakaran dan kanopi yang rapat serta kokoh, vegetasi mangrove juga berfungsi sebagai pelindung daratan dari aksi gelombang, tsunami, angin topan, dan perembesan air laut. Selain itu, mangrove juga berfungsi sebagai penyedia unsur hara, ekosistemnya merupakan tempat pemijahan (spawning grounds), tempat pengasuhan (nursery grounds) dan tempat mencari makan (feeding grounds) berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya. Permasalahan yang dihadapi masyarakat Desa Labetawi adalah kurangnya informasi dan pengetahuan tentang arti pentingnya ekosistem mangrove bagi sumberdaya perikanan dan kelautan. Penyebab utama kerusakan hutan mangrove di  adalah karena tindakan manusia, berupa alih fungsi lahan menjadi tempat pemukiman masyarakat dan penebangan liar. Hutan mangrove ini dapat melindungi terumbu karang, padang lamun dari gempuran sendimentasi daratan, mengurangi erosi di daerah pesisir dan melindungi pantai dari dampak gelombang, angin dan ombak. Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat yang berfokus dalam rehabilitasi mangrove ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam melestarikan lingkungan di Desa Lebetawi Kota Tual serta memupuk kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem mangrove. Kata Kunci: Mangrove, Pesisir  ABSTRACT Mangrove ecosystems have ecological functions that are very beneficial for organisms in the coastal environment, including humans. With a dense and sturdy root system and canopy, mangrove vegetation also functions as a land protector from wave action, tsunamis, hurricanes and seawater seepage. In addition, mangroves also function as nutrient providers, their ecosystems are spawning grounds, nursery grounds and feeding grounds for various types of fish, shrimp and other marine biota. The problem faced by the people of Labetawi Village is the lack of information and knowledge about the importance of mangrove ecosystems for fisheries and marine resources. The main cause of damage to mangrove forests in Indonesia is due to human actions, in the form of land conversion into community settlements and illegal logging. These mangrove forests can protect coral reefs, seagrass beds from the onslaught of land sedimentation, reduce erosion in coastal areas and protect beaches from the effects of waves, wind and waves. The implementation of community service activities that focus on mangrove rehabilitation is expected to be able to contribute to environmental restoration in Lebetawi Village, Tual City and increase public awareness of the importance of protecting mangrove ecosystems. Keywords: Mangroves, Coasta
    corecore