36 research outputs found
Kajian HACCP (Hazard Analysis And Critical Control Point) Pengolahan Jambu Biji di Pilot Plant Sari Buah UPT. B2PTTG – LIPI Subang
Buah jambu biji mempunyai kandungan vitamin C dan beta karoten yang berkhasiat sebagai antioksidan dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Salah satu pemanfaatan buah jambu biji adalah dengan mengolahnya menjadi sari buah. Pilot plant UPT. B2PTTG-LIPI Subang merupakan salah satu model pengolahan buah jambu biji menjadi sari buah. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan penerapan HACCP untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk sari buah. Oleh karena itu dilakukan kajian HACPP. Kajian HACCP dilakukan menggunakan Panduan Penyusunan Rencana HACCP dengan proses penyusunannya mengikuti 7 prinsip sistem HACCP yang direkomendasikan oleh Standar Nasional Indonesia. Hasil kajian menunjukkan bahwa yang ditetapkan sebagai CCP adalah proses sortasi dan pencucian (untuk menghilangkan bahaya pada bahan baku jambu biji), proses sterilisasi dan pengisian merupakan CCPuntuk produk jadi (sari buah jambu biji). Keseluruhan CCP ini harus mendapatkan pengawasan optimal antara lain: penanganan bahan baku, kontrol kebersihan operator, penggunaan air yang sesuai dengan persyaratan, dan memastikan kecukupan panas saat sterilisasi sari buah. Dalam pelaksanaannya, proses verifi kasi sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui efektifi tas penerapan HACCP. Penerapan HACCP yang sesuai diharapkan akan meningkatkan kualitas dan keamanan produk sari buah jambu biji
Pengaruh Penambahan Dekstrin dan Albumen Telur (Putih Telur) Terhadap Mutu Tepung Pisang Matang
Ripe banana flour has disadvantage such as poor physical properties. This research aims to determine whether adding the dextrin and albumen (egg white) can improve the physical properties, nutritional values, and acceptance of ripe banana flour. The research design used completely randomized design with 3 treatments namely ripe banana flour control, with the addition of dextrin and the addition of albumen (egg white) foam. Analysis of the product was chemical analysis (moisture, fat, protein, ash and carbohydrate, pH, and TSS), physical properties (yield, whiteness, water holding capacity), and sensory analysis. The results showed that the addition of albumen (egg white) foam increased protein (10.40%) and ash content (2.97%), as well as increased the pH value (4.97), and the WHC at temperature 40oC (0.85) and at temperature of 80°C (1.81). The addition of dextrin increased the carbohydrate content (87.07%) and TSS (6.37o brix). Ripe banana flour without addition dextrin and albumen (egg white) produced banana flour with the highest water and fat content of 9.08% and 0.34%, and the highest yield, whiteness, and highest score of sensory acceptance: 18.42%; 26,24%; and 4,93. The addition of dextrin and egg white foam increased nutritional values such as protein, ash, and fat content of ripe banana flour, and also the pH value, TPT, and WHC, but did not improve yield and whiteness as well as sensory acceptance of ripe banana flour.ABSTRAKPengembangan mesin pengurai serat tandan kosong kelapa sawit dilakukan untuk menghasilkan serat mekanis sebagai penguat papan partikel. Didalam penelitian ini dilakukan perancangan mesin, pembuatan mesin dan evaluasi teknis kinerja mesin. Evaluasi teknis dilakukan pada putaran 600 rpm dan 900 rpm dengan masing-masing putaran 2 kali penguraian, dan masing-masing penguraian 3 ulangan. Dari hasil rancangan mesin didapatkan kapasitas mesin ± 200 kg/jam dan daya penggerak 5 HP. Hasil evaluasi teknis kinerja mesin didapatkan persentase serat dan serat campuran pada putaran 900 rpm pada pengujian 1 dan 2 tidak berbeda jauh dengan pengujian pada putaran 600 rpm. Dari 10 kg TKKS cacahan masing-masing putaran, didapatkan rata-rata serat bersih 82%, serat campuran 14%, dan 4% menjadi debu. Dari hasil penguraian pada putaran 600 rpm dan 900 rpm didapatkan 5 macam komposisi tingkatan serat yaitu, a) serat bersih 600 rpm, b) serat bersih 900 rpm, c) serat campuran (2-3 cm+kelopak), d) serat campuran (<2 cm + kelopak), e) serat campuran (serat halus + serbuk). Hasil analisis kimia ke lima serat tersebut yaitu, rata-rata kadar air serat 9,3%, kadar ekstraktif 5,6%, kadar lemak 1,4%, kadar lignin 33,1%, kadar holoselulosa 58,33%, dan selulosa 39,2%. Dibandingkan dengan serat kayu daun jarum dan kayu meranti merah, kandungan kimia serat tersebut hampir sama atau tidak berbeda jauh.</p
KARAKTERISASI TEPUNG KOMPOSIT BERBASIS MOCAF DAN KACANG-KACANGAN SEBAGAI BAHAN BAKU BISKUIT MP-ASI (Characterization of Composite Flour Based on Mocaf and Beans Flour as Ingredient for Weaning Food)
Mocaf flour is able to replace wheat flour as raw material for MP-ASI biscuits (weaning food) because it contains high carbohydrates. Low protein content of mocaf flour requires the addition of bean flour to form composite flour which is suitable for MP-ASI biscuits. The purpose of this study was to determine the physicochemical, functional and gelatinization properties of composite flour from mocaf and beans. The types of beans used were soybean, mung bean and red bean. Those type of beans flour was added 40% for each composite flour formulation. The results showed that the addition of beans flour into mocaf flour was significantly affected the increase in ash content, protein, fat, solubility, emulsion activity and stability, foam capacity and stability and gelatinization temperature. The addition of beans flour also significantly affected the decrease in starch, amylose content, swelling power, oil absorption capacity and gelatinization profile (peak, breakdown, final and setback viscosity) of the composite flour. Mocaf-mung bean composite flour was recommended as a raw material for making MP-ASI biscuits because it has low solubility and high bulk density and met the Indonesian standard (SNI) of MP-ASI biscuits which requires minimum 6% protein content, maximum 18% fat and maximum 5% dietary fiber.Keywords: functional properties, gelatinization profile, mocaf flour, physicochemical properties, weaning food. ABSTRAKTepung mocaf dapat digunakan sebagai pengganti terigu pada pembuatan biskuit MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) karena mengandung karbohidrat yang tinggi. Kadar protein yang rendah dari tepung mocaf memerlukan penambahan tepung kacang-kacangan sebagai sumber protein sehingga membentuk tepung komposit yang sesuai untuk bahan baku biskuit MP-ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sifat fisikokimia, fungsional dan profil gelatinisasi dari tepung komposit mocaf dan kacang-kacangan. Jenis kacang-kacangan yang digunakan adalah kedelai, kacang hijau dan kacang merah.Setiap jenis tepung kacang-kacangan ditambahkan sebesar 40% untuk masing-masing formulasi tepung komposit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung kedelai, kacang hijau dan kacang merah secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kadar abu, protein, lemak, kelarutan, aktivitas dan stabilitas emulsi, kapasitas dan stabilitas foam dan suhu gelatinisasi. Penambahan tepung kacang-kacangan pada tepung mocaf juga berpengaruh signifikan terhadap penurunan kadar pati, amilosa, swelling power, kapasitas penyerapan minyak serta profil gelatinisasi (viskositas puncak, breakdown, akhir dan setback) dari tepung komposit yang dihasilkan. Tepung komposit mocaf-kacang hijau adalah yang direkomendasikan sebagai bahan baku pembuatan biskuit MP-ASI karena memiliki kelarutan yang rendah dan densitas kamba yang tinggi serta memenuhi persyaratan SNI biskuit MP-ASI yang mensyaratkan kandungan protein minimal 6%, lemak maksimal 18% dan serat pangan maksimal 5%.Kata kunci: biskuit MP-ASI, profil gelatinisasi, sifat fisikokimia, sifat fungsional, tepung mocaf
Pengaruh Penambahan Dekstrin dan Albumen Telur (Putih Telur) Terhadap Mutu Tepung Pisang Matang
Ripe banana flour has disadvantage such as poor physical properties. This research aims to determine whether adding the dextrin and albumen (egg white) can improve the physical properties, nutritional values, and acceptance of ripe banana flour. The research design used completely randomized design with 3 treatments namely ripe banana flour control, with the addition of dextrin and the addition of albumen (egg white) foam. Analysis of the product was chemical analysis (moisture, fat, protein, ash and carbohydrate, pH, and TSS), physical properties (yield, whiteness, water holding capacity), and sensory analysis. The results showed that the addition of albumen (egg white) foam increased protein (10.40%) and ash content (2.97%), as well as increased the pH value (4.97), and the WHC at temperature 40oC (0.85) and at temperature of 80°C (1.81). The addition of dextrin increased the carbohydrate content (87.07%) and TSS (6.37o brix). Ripe banana flour without addition dextrin and albumen (egg white) produced banana flour with the highest water and fat content of 9.08% and 0.34%, and the highest yield, whiteness, and highest score of sensory acceptance: 18.42%; 26,24%; and 4,93. The addition of dextrin and egg white foam increased nutritional values such as protein, ash, and fat content of ripe banana flour, and also the pH value, TPT, and WHC, but did not improve yield and whiteness as well as sensory acceptance of ripe banana flour.ABSTRAKPengembangan mesin pengurai serat tandan kosong kelapa sawit dilakukan untuk menghasilkan serat mekanis sebagai penguat papan partikel. Didalam penelitian ini dilakukan perancangan mesin, pembuatan mesin dan evaluasi teknis kinerja mesin. Evaluasi teknis dilakukan pada putaran 600 rpm dan 900 rpm dengan masing-masing putaran 2 kali penguraian, dan masing-masing penguraian 3 ulangan. Dari hasil rancangan mesin didapatkan kapasitas mesin ± 200 kg/jam dan daya penggerak 5 HP. Hasil evaluasi teknis kinerja mesin didapatkan persentase serat dan serat campuran pada putaran 900 rpm pada pengujian 1 dan 2 tidak berbeda jauh dengan pengujian pada putaran 600 rpm. Dari 10 kg TKKS cacahan masing-masing putaran, didapatkan rata-rata serat bersih 82%, serat campuran 14%, dan 4% menjadi debu. Dari hasil penguraian pada putaran 600 rpm dan 900 rpm didapatkan 5 macam komposisi tingkatan serat yaitu, a) serat bersih 600 rpm, b) serat bersih 900 rpm, c) serat campuran (2-3 cm+kelopak), d) serat campuran (<2 cm + kelopak), e) serat campuran (serat halus + serbuk). Hasil analisis kimia ke lima serat tersebut yaitu, rata-rata kadar air serat 9,3%, kadar ekstraktif 5,6%, kadar lemak 1,4%, kadar lignin 33,1%, kadar holoselulosa 58,33%, dan selulosa 39,2%. Dibandingkan dengan serat kayu daun jarum dan kayu meranti merah, kandungan kimia serat tersebut hampir sama atau tidak berbeda jauh
Pengaruh Penambahan Telur pada Kandungan Proksimat, Karakteristik Aktivitas Air Bebas (Aw) dan Tekstural Snack Bar Berbasis Pisang (Musa Paradisiaca)
The use of egg in food formulation affects the characteristic of product. In this research, snack bar was made of banana flour and puree. The effect of egg addition, that were 0% as control, 5%, 9%, 13% and 17% on proximate, water activity (aw) and textural properties of the snack bar was evaluated. Results indicated that egg addition increased water, fat, ash and protein of the snack bar with the percentage range are as follow: water 18.13-30.01 %db, fat 15.08-17.89 %db, ash 3.00-3.11 %db, and protein 3.91-6.95 %db. The aw value of the snack bar increased when the amount of egg was increased, meanwhile the textural properties including the hardness and cohesiveness were decreased. The range of aw, hardness, springiness, and cohesiveness of the treated samples were as follow,: 0.70-0.82; 11.12-14.31 kgf; 0.62-0.85 and 0.27-0.37, respectively
Tepung Talas Bogor Termodifikasi Hasil Oksidasi Menggunakan Hidrogen Peroksida dengan dan Tanpa Iradiasi Sinar UV
Peningkatan mutu tepung talas dapat dilakukan dengan modifikasi secara kimia melalui proses oksidasi menggunakan hidrogen peroksida yang dikatalis dengan iradiasi UV. Tujuan penelitian ini adalah mengamati karakteristik tepung talas yang dioksidasi dengan hidrogen peroksida dan diberi perlakuan dengan dan tanpa iradiasi sinar UV selama waktu tertentu. Rancangan percoban yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 2 faktor: (1) perlakuan tanpa dan dengan iradiasi UV dan (2) waktu reaksi selama 5, 15, dan 30 menit. Analisa yang dilakukan diantaranya: proksimat, kandungan karboksil, nilai L, a, b, sifat pasting, swelling power dan baking expansion. Hasil menunjukkan bahwa komposisi kimia tepung talas bogor terbesar adalah komponen pati (84,03%). Perlakuan oksidasi tepung talas dengan hidrogen peroksida tanpa atau disertai dengan iradiasi UV mengubah sifat fisiko kimia dan baking expansion tepung talas: meningkatkan kandungan karboksil, menurunkan kecerahan warna (nilai L, a, b), meningkatkan swelling power dan baking expansion, meningkatkan peak viscosity, final viscosity, dan breakdown viscosity, menurunkan setback viscosity, peak time dan peak temperature, dibandingkan dengan tepung talas alami. Perlakuan oksidasi hidrogen peroksida dengan iradiasi UV memiliki karakteristik kandungan karboksil yang lebih tinggi, nilai L,a, b yang lebih rendah, dan peak viscosity, final viscosity, serta breakdown viscosity yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan oksidasi hidrogen peroksida secara tunggal. Waktu oksidasi/oksidasi-iradiasi (5-30 menit) tidak berpengaruh signifikan pada sebagian besar parameter uji. Baking expansion tepung talas tertinggi dihasilkan pada perlakuan oksidasi dengan iradiasi UV selama 15 menit sebesar 32,46%.Kata kunci : tepung talas, oksidasi, iradiasi UV ABSTRACTTo improve the quality of taro flour can be done by oxidation process using hydrogen peroxide catalyzed by UV irradiation. The objective of this study was to observe the characteristics of taro flour which was oxidized with hydrogen peroxide and treated with and without UV irradiation for a certain time. The experimental design used was a complete randomized design with 2 factors: (1) treatment without and with UV irradiation and (2) reaction time for 5, 15, and 30 minutes. Analyzes conducted include: proximate, carboxyl content, L, a, b, pasting properties, swelling power and baking expansion. The results showed that the largest chemical composition of taro flour was the starch component (84.03%). Oxidation of taro flour with hydrogen peroxide without or with UV irradiation changes the physicochemical properties and baking expansion of taro flour: increases carboxyl content, decreases color brightness (L, a, b), increases swelling power and baking expansion, increases peak viscosity, final viscosity, and breakdown viscosity, decreases setback viscosity, peak time and peak temperature compared with native taro flour. The hydrogen peroxide oxidation treatment with UV irradiation has higher carboxyl contents, lower L, a, b, and peak viscosity, final viscosity, and higher viscosity breakdown than taro flour which was oxidized by hidrogen peroxide without UV irradiation. Oxidation/oxidation-irradiation time (5 to 30 minutes) give no significant effect on almost all parameters.The highest baking expansion of taro flour was produced in the oxidation treatment with UV irradiation for 15 minutes as much as 32.46%. Keywords: taro flour oxidation, UV irradiation
PENGARUH JENIS BAKTERI ASAM LAKTAT DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP MUTU TEPUNG PISANG TANDUK (Musa corniculata) (Effect of Lactic Acid Bacteria and Fermentation Time on Quality of Tanduk Banana (Musa corniculata) Flour)
Modification of banana flour by fermentation could change its quality. Fermentation of the whole banana could increase mineral content of banana flour. This research aimed to know the effect of the type of lactic acid bacteria and fermentation time on quality of whole tanduk banana flour. This research used completely randomized design with the treatments were control (without fermentation), spontaneous fermentation, Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum for 24 and 48 hours. The result showed that fermentation by L. bulgaricus for 24 hours was optimum based on the number of lactic acid bacteria colony, pH and lactic acid contain. Modification of whole banana flour significantly increased the value of red/ green “a”color, but decreased ash content, protein and minerals compared to native banana flour. It also significantly increased amylose content in fermentation using L. bulgaricus. The solubility of modified banana flour was decreased, while the water absorption capacity was significantly increased compared to native flour. Pasting properties of modified flour using L. casei for 24 hours were significantly increased for the peak viscosity, breakdown, final viscosity, and setback, however the values of peak time and pasting temperature were reduced. This mean that the modification of whole banana flour has the potential to changed the characterictic of physicochemical, functional properties, and pasting properties of banana flour.Keywords: fermentation, lactic acid bacteria, modified banana flour, tanduk bananaABSTRAKModifikasi melalui proses fermentasi dapat merubah mutu tepung. Penggunaan pisang tanpa dikupas kulitnya dalam pembuatan tepung pisang dapat meningkatkan kandungan mineral. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis bakteri asam laktat (BAL) dan lama fermentasi pada mutu tepung pisang. Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan kontrol (tanpa fermentasi), fermentasi spontan, Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum masing-masing selama 24 dan 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan proses fermentasi yang berlangsung dengan L. bulgaricus 24 jam memiliki total BAL, pH dan asam laktat yang optimum. Modifikasi tepung pisang utuh berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai warna merah/ hijau “a”, penurunan kadar abu, protein dan mineral jika dibandingkan dengan tepung pisang alami. Peningkatan kadar amilosa signifikan pada fermentasi L. bulgaricus. Kelarutan tepung pisang modifikasi menurun, sedangkan kapasitas penyerapan airnya meningkat nyata dibanding dengan tepung pisang alami. Profil gelatinisasi tepung modifikasi pada perlakuan fermentasi L. casei 24 jam dapat secara signifikan meningkatkan viskositas puncak, viskositas breakdown, viskositas akhir dan viskositas setback secara signifikan mampu menurunkan waktu puncak dan suhu pasting. Hal ini berarti bahwa modifikasi tepung pisang dengan kulit berpotensi untuk merubah karakteristik fisikokimia, sifat fungsional, dan karakteristik pasting dari tepung.Kata kunci: bakteri asam laktat, fermentasi, pisang tanduk, tepung pisang modifikas