5 research outputs found

    INDIKATOR NON KEUANGAN SEBAGAi TOLOK UKUR PELENGKAP PENGENDALIAN BIAYA DAN KlNERJA PRODUKTIVITAS PADA DIVISI PJIK PT. BARATA INDONESIA SURABAYA

    Get PDF
    Persaingan dunia bisnis dp.lam bidang manufaktur yang semakin kompetitif mendorong perusahaan untuk dapat survive dan bersaing dengan perusahaan s~enis, Agar dapat bertahan hidup maka manajemen melakukan beberapa tindakan perbaikan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses produksL Untuk itu maka manaJemen harus memiliki sistem pengendalian yang efektif untuk mengatur dan mengendalikan kegiaran operasional agar s~alan dengan usaha perbaikan yang mendukung continuous improvement. Selama ini sebagian besar perusahaan menerapkan sistem pengukuran kinerja operasional dengan menggunakan indikator keuangan yaitu dengan analisa varian, .Informasi yang diperoleh melalui analisa varian mempunyai banyak kelemahan dan kurang relevan untuk digunakan sebagai pengambilan keputusan jangka pendek dan cenderung rnengarah pada perilaku yang menyimpang (dysjimctlOl1al behavior). Oleh karena itu diperlukan alat ukur penilaian kinerja operasional lain yang lebih relevan yaitu pengukuran kinerja non keuangan, sebagai pelengkap laporan kinerja keuangan, Penelitian ini dilakukan pada unit produksi Divisi Peralatan Jalan Dan Industri Kecil (PJIK) PT. Barata Indonesia. Karena unit produksi merupakan aktivitas utama perusahaan manufaktur, dimana dalam kegiatan tersebl1t terkait semua sumber daya perusahaan yang harus ditangani dengan baik. Dengan demikian masalah yang timbul adalah bagaimana pengunaan indikator non keuangan dapat digunakan sebagai ala! pengendalian biaya dan kinerja produksi pada Divisi Peralatan Jalan dan Industri Kecil (PJIK) PT. Barata Indonesia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif metode studi kasus, Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan melalui studi pustaka dan observasL Data-data keuangan dan non keuangan diolah untuk mendapatkan ukuran-ukuran kinerja operasional kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, Hasil penelitian selama kuartal keempat tahun 1998 menunjukkan bahwa pengukuran yang salama ini dilakukan olch manajemen dengan menggunakan analisa varian diperoleh hasil perhitungan yang favorable, sedangkan informasi ini belum menjarnin bahwa kinerja perusahaan telah berjalan dengan baik. Hal itu dapat dibuktikan dengan menggunakan indikator non keuangan, Indikator non keuangan tersebut antara lain, Inventory turn over yang lambat dan days of inventory yang menunj ukkan rata-rata 26 harL Tidak adanya data mengenai vendor performance akan berdampak terhadap tidak terdeteksinya pengiriman bahan baku olch suplier apakah berkualitas baik atau justru sebaliknya Kinerja mesin yang masih belum optimal, dimana masih adanya mesin yang belum digunakan secara maksimal karena kondisi mesin yang kurang memadai, Keterlambatan pengiriman barang (On time delivery) yang tinggi pada bulan Desember yaitu 30 % , Parsial Produktivity Measurement untuk bahan baku untuk bulan Oktober ke November dan 0,16 % turun pada bulan Desember sebesar 0,03 %. Dan untuk tenaga kelja langsung dan bulan Oktober ke November dan 1,37 % turun pada bulan Desember sebesar 0,06 %. lni bermi bahwa manajer produksi tidak dapat mempertahankan kine1ja produktivitasnya secara baik. Indikator lain Manufacturing cycle efficiency pada kuartal keempat tahun 1998 ,yang rata-rata 108 % menunjukan bahwa masih terdapat 8 % yang digunakan untuk aktivitas yang tak bemilai tambah (non value added) seperti waiting (storage) time dan rework. Dan juga perhitungan Velocity yang menunjukkan penurunan dan 1,17 % pada bulan Oktober turun menjadi 1,14 % pada bulan Desember 1998

    Kebutuhan Vaksinasi Ulang Tetanus pada Wanita Usia Subur di YOGYAKARTA

    Full text link
    To enlarge the coverage of tetanus immunization program in preventing neonatal tetanus, there has been a change of the target group from pregnant women to child-bearing age women disregarding their pregnancy status. This change calls for administration of a booster dose to enhance the long-lasting immunity among the child-bearing age women in the community. To determine the proper time to give the booster dose, tetanus antitoxin levels of 21-39 years old women who had received primary immunization at 2-7 years before were measured by passive haemagglutination assay. The women with antitoxin levels of less than 0.01 HAU/ml were assumed to need a booster injection. Regression analysis clearly showed the demand of booster dose was increasing linearly from 40% up to 60% as measured at 2-7 years of post-vaccination period. Geometric mean titres were maintained in between 0.02 - 0.03 HAU/ml up to 5 years of post-vaccination period, then decreased, to 0.015 HAU/ml and 0.0058 HAU/ml in 1 and 2 years later, respectively. Based on the results, and considering some other advantages, it was suggested to administer the booster dose of tetanus toxoid at an earliest opportunity, say at 1 or 2 years after administration of pri­mary immunization

    Penerapan Hidroponik Rakit Apung Memakai Dobel Pompa Venturi di Kalurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta

    Full text link
    Perkembangan teknologi dalam bidang pertanian semakin pesat, sehingga masyarakat yang tertinggal dalam memanfaatkan kemajuan teknologi, tidak akan memperoleh keuntungan yang maksimal dari kegiatan usaha yang dilakukan. Salah satu teknologi yang layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik, hal ini dikarenakan semakin langkanya lahan pertanian akibat dari banyaknya sektor industri dan jasa. Teknologi budidaya pertanian dengan sistem hidroponik diharapkan menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat yang mempunyai lahan terbatas atau pekarangan. Hidroponik sangat cocok untuk program urban farming atau pertanian perkotaan. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan kegiatan produktif pada masyarakat perkotaaan dengan budidaya sayuran menggunakan sistem hidroponik. Kegiatan dilaksanakan di Kelurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Metode yang digunakan melalui kegiatan pelatihan dan implementasi budidaya hidroponik rakit apung. Rakit apung yang dilakukan yaitu berupa: 1. tidak menggunakan aerasi, 2. aerasi dengan menggunakan pompa yang diletakkan dibawah bak penanaman, air kelebihan keluar kembali lagi ke bak tandon, 3. pompa diletakkan didalam bak penanaman dikeluarkan berupa pancuran yang merata diujung bak, 4. menggunakan 2 pompa venturi tanpa dibuat pancuran, 5. menggunakkan pipa venturi jumlah mengikuti luas penanaman rakit apung. Kegiatan pengabdian bermanfaat bagi masyarakat dalam peningkatan daya saing hasil sayuran khususnya sawi sendok (pak choy)

    Potensi Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum) pada Berbagai Media Pupuk Organik di Polybag

    Full text link
    Jahe merupakan salah satu jenis tanaman obat yang dikembangkan sebagai bahan obat tradisional karena mengandung senyawa kimia seperti oleoresin dan minyak atsiri, flavonoid, fenol, terpenoid dan antioksidan yang dipercaya dan telah banyak dipublikasi mampu meningkatkan kekebalan tubuh dan system antioksidan. Tanaman biofarmaka kelompok rimpang pada tahun 2018 hampir keseluruhannya mengalami kenaikan luas panen, hanya tanaman jahe dan tanaman dringo yang mengalami penurunan. Selain itu produtivitas jahe juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh pemupukan yang kurang optimal. Tujuan artikel ini mereview potensi jahe merah di berbagai media pupuk organik di polybag komposisi media pupuk organik yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan jahe merah pada pertanaman menggunakan polybag. Budidaya jahe merah dapat dilakukan di karung atau polybag, dan dapat dilakukan setiap saat. Budidaya jahe merah dapat di tanam dengan media tanah yang dicampur dengan media organik seperti pupuk kendang dan kompos. Berdasarkan analisis usaha tani setiap 10 bulan dapat dihasilkan Rp. 45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah). Tempat untuk budidaya jahe merah di dalam karung atau polybag dapat dibawah tegakan pohon di pekarangan
    corecore