10 research outputs found
Selektivitas Pestisida Terhadap Perkembangan Cendawan Entomopatogen Hirsutella Citriformis
Pemanfaatan cendawan entomopatogen Hirsutella citriformis dalam mengendalikan hama utama tanaman jeruk Diaphorina citri mempunyai arti penting dalam mendukung konsep pengendalian hama terpadu. Entomopatogen dapat mengendalikan imago Diaphorina citri pada konsentrasi 108 konidia/ml, terutama pada musim penghujan. Aplikasi pestisida (insektisida dan fungisida) di lapang dilakukan oleh petani diduga berpengaruh terhadap H. citriformis belum pernah diteliti. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh insektisida dan fungisida terhadap perkembangan H. citriformis secara in vitro dan in vivo. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Tlekung, mulai Juni 2008 sampai dengan Juni 2009. Penelitian in vitro, menggunakan rancangan acak lengkap dengan sembilan perlakuan, yaitu insektisida berbahan aktif abamektin, sipermetrin, profenofos, dimetoat serta fungisida berbahan aktif propinep, mankozeb, benomil, bupirimat serta kontrol, dengan tiga ulangan. Penelitian in vivo, dilakukan pada benih jeruk menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan: satu macam insektisida dan fungisida terbaik dari hasil penelitian in vitro yaitu yang tidak menekan pertumbuhan H. citriformis dan kontrol, masing-masing dengan lima ulangan. Parameter pengamatan in vitro meliputi diameter koloni H. citriformis dan persentase tingkat hambatan, sedang pengamatan in vivo di rumah kasa meliputi periode inkubasi pada D. citri dan jumlah imago terinfeksi yang mati. Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa H. citriformis dapat tumbuh cukup optimal pada media buatan yang dicampur dengan insektisida abamektin, sipermetrin, dan profenofos serta fungisida berbahan aktif propinep dan mankozeb. Hasil penelitian di rumah kasa menunjukkan bahwa insektisida profenofos lebih kompatibel disemprot bersama-sama dengan H. citriformis dibanding fungisida bupirimat dalam mengendalikan serangga imago D. citr
Ketahanan Aksesi Jeruk Seedles Terhadap Tiga Strain Virus Tristeza Jeruk
Citrus tristeza virus (CTV) merupakan salah satu penyakit yang merugikan secara ekonomi pada jeruk. Penyakit ini telah menyebar merata di pertanaman jeruk seluruh Indonesia. Tiap varietas jeruk mempunyai ketahanan yang berbeda-beda terhadap penyakit ini. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat ketahanan kandidat jeruk seedless hasil mutasi dengan radiasi sinar Gamma terhadap tiga strain penyakit Citrus tristeza virus. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu dan screen house Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro)selama 1 tahun. Tahapan yang dilakukan adalah seleksi dan perbanyakan strain CTV, pengujian ketahanan 9 kandidat mutan dan 2 tanaman berasal dari induk MT-49, MT-50, MT-52, MT-54, MT-89, MT-92 (mutasi dari tetua K SoE), MT-68 (mutasi dari tetua K Garut), KS 001(hasil silangan), KS 002 (tetua Tai Ayam), MT P2A6 (mutasi dari tetua Pamelo Nambangan1), MT P1A4 (mutasi dari tetua Pamelo Nambangan2). Pengamatan dilakukan terhadap masa inkubasi, intensitas penyakit berdasarkan gejala visual dan uji serologi Elisa. Tingkat ketahanan didasarkan pada gejala visual dan hasil pengujian dengan Elisa. Hasil penelitian menunjukkan gejala vein clearing, vein cupping, vein crocking dan stem pitting di temukan pada areal pertanaman jeruk. Masa inkubasi CTV pada kandidat mutan dengan inokulasi masing-masing strain bervariasi antara 3-5 minggu. Intensitas penyakit yang timbul akibat inokulasi masing-masing strain bervariasi, demikian juga tingkat ketahanan tanaman. Aksesi varietas yang resisten terhadap strain CTV parah (severe strain) adalah MT P2A6 dan MT P1A4; aksesi toleran terhadap strain CTV parah adalah MT 49, MT 52, MT 54, MT 68, MT 92, KS 002 dan aksesi yang peka terhadap strain CTV parah adalah MT 50, MT 89, KS 001
Keefektifan Entomopatogen Hirsutella Citriformis (Deuteromycetes: Moniliales) Pada Kutu Psyllid Diaphorina Citri Kuw.
. Diaphorina citri Kuw. (Homoptera:Psylidae) adalah salah satu hama penting pada tanaman jeruk dan merupakan vektor penyakit CVPD. Diaphorina citri dapat dikendalikan dengan insektisida, predator, parasitoid, dan patogen serangga. Pengendalian dengan patogen serangga, khususnya dengan entomopatogen sedang dikembangkan, salah satu yang ditemukan menginfeksi D. citri adalah Hirsutella citriformis. Di lapang H. citriformis ditemukan pada serangga dewasa dan tidak pernah menyerang stadia nimfa. Tujuan penelitian adalah mengetahui stadia D. citri yang dapat terinfeksi oleh konidia jamur H. citriformis. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak lengkap faktorial 2 faktor, dengan 20 perlakuan kombinasi, masing-masing diulang 3 kali. Faktor pertama stadia D. citri, yaitu imago, nimfa instar 3, 4, dan 5. Faktor kedua, yaitu konsentrasi konidia jamur, yaitu kontrol, 105 konidia/ml, 106 konidia/ml, 107 konidia/ml, dan 108 konidia/ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa H. citriformis lebih patogenik terhadap stadia imago daripada nimfa (instar 3, 4, dan 5) dengan konsentrasi 108 konidia/ml dengan median lethal time 11,72 hari. Patogenisitas H. citriformis pada D. citri dipengaruhi oleh konsentrasi dan stadia D. citri
Uji Patogenisitas Jamur Entomopatogen Hirsutella Citriformis, Beauveria Bassiana, Dan Metarhizium Anisopliae Secara Eka Dan Dwiinfeksi Untuk Mengendalikan Diaphorina Citri Kuw.
. Dwiastuti, M.E., W. Nawir, and S. Wuryantini. 2007. Pathogenicity Test of Entomopathogens of Hirsutella citriformis, Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae with Single and Double Infection to Control Diaphorina citri Kuw. The chemical control of D. citri, CVPD disease vector's was one of major method applied in the field, but it has several side effects, such as of insect resistance or environmental pollution. Control measures of D. citri by using biological agents have the potency to reduce insecticide application, especially the use of H. citriformis entomopathogen, besides M. anisopliae and B. bassiana, that were popular before. Several field pest observers indicated that natural infection of H. citriformis could accelerate the mortality of D. citri if combined with other entomopathogens. The objectives of this study was to measure entomopathogenicity of H. citriformis in controlling D. citri in combination with other entomopathogens. The research was conducted at the Micology Laboratory, Indonesian Citrus and Subtropic Fruit Research Institute and Jombang citrus farmer field. The treatments tested were H. citriformis, B. bassiana, M. anisopliae and their combination. The randomized block design with 3 replications was used in this experiment. The results showed that double infection of B. bassiana and H. citriformis was most sinergism than others treatments, which caused highest mortality of D. citri, followed by single infection of H. citriformis
Potensi Trichoderma Spp. Sebagai Agens Pengendali Fusarium Spp. Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Stroberi
Layu yang disebabkan oleh Fusarium spp. merupakan salah satu penyakit penting tanaman stroberi (Fragaria x ananassa Dutch.) di daerah subtropika, yang dapat menggagalkan panen. Penelitian bertujuan untuk mempelajari potensi Trichoderma spp. dalam mengendalikan Fusarium spp. Isolat Trichoderma spp. diisolasi dari rizosfer tanaman stroberi dan Fusarium spp. diisolasi dari tanaman stroberi yang mengalami layu fusarium. Isolat cendawan dimurnikan, dikarakterisasi, dan dibandingkan dengan isolat cendawan acuan. Uji antagonis dilakukan secara in vitro dan in vivo. Uji in vitro dilakukan dengan metode dual culture dan slide culture. Uji in vivo dilakukan di rumah kasa menggunakan dua varietas stroberi, yaitu Santung serta California. Hasil penelitian in vitro memperoleh dua jenis isolat cendawan antagonis, yaitu Trichoderma sp.1 dan Trichoderma sp.2, dan dua jenis cendawan patogen Fusarium, yaitu Fusarium sp.1 dan Fusarium sp.2. Isolat Trichoderma sp.1 memiliki kemampuan antagonisme lebih tinggi dibandingkan dengan isolat Trichoderma sp.2. Isolat Trichoderma sp.1 mampu menghambat pertumbuhan Fusarium sp.1 dan Fusarium sp.2 secara berturut- turut, yaitu 49,7% dan 49,6%. Isolat Trichoderma sp.2 mampu menghambat pertumbuhan Fusarium sp.1 dan Fusarium sp.2 lebih rendah, yaitu sebesar 45,8% dan 43,4%. Mekanisme antagonis yang terjadi antara cendawan antagonis dan patogen pada uji in vitro, yaitu pembelitan dan intervensi hifa. Hasil pada uji in vivo pada perlakuan I sebelum Fusarium menunjukkan keefektifan pengendalian paling baik (41,72%) dibanding perlakuan lain. Varietas Santung lebih tahan terhadap serangan patogen dibandingkan varietas California. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah, agens hayati Trichoderma spp. lebih optimal digunakan sebagai pencegahan (preventif) tanpa menunggu tanaman terinfeksi penyakit layu fusarium
Hubungan Gejala Blotching, Defisiensi Zn Dan Fe Dengan Hasil Deteksi Penyakit CVPD Jeruk Dengan Polymerase Chain Reaction
. Field identification of citrus greening or CVPD is often questionable, because it is very similar to nutrient deficiency especially Zn and Fe. The aim of this observation was to determine result of CVPD detection by polymerase chain reaction analysis on citrus leaves with blotching symptoms, Zn and Fe deficiency symptoms. The samples were collected from Siompu (Kendari), Bali, Punten (Batu), South of Kalimantan, and Madura that those indicated CVPD contamination. Poly- merase chain reaction (PCR) was used for detecting Liberobacte asiaticum, with 16 Sr DNA amplification on 1160 bp. The result of detection showed that blotching or mottle characteristic symptom samples (yellow of the vein and adjecent tissues with irregular design) produced a thin band on electrophoresis gel, it means this samples contained L. asiaticum. Samples of Zn and Fe deficiency symptoms did not exhibit similar band, it means these symptoms were not caused by L. asiaticum
Perkembangan Penyakit Diplodia pada Tiga Isolat Botryodiplodia Theobromae Path dan Peran Toksin dalam Menekan Penyakit pada Jeruk (Citrus Spp.)/Diplodia Disease Development And Toxin Of Three Isolates Botryodiplodia Theobromae Path. On Citrus (Citrus Spp)
Diplodia disease (Botryodiplodia theobromae) spread quite widely in Indonesia citrus center. Severe attacks of disease can cause death if it not controlled. The purpose of this study was determine the pathogenicity and the effect of toxins from three isolates of B. theobromae origin Pasuruan and Magetan on tangerine, pummelo, and sweet orange varieties. The study was conducted at Indonesian Citrus and Subtropical Research Institute during November 2015 – May 2016. This observation consisted of two experiments that pathogenicity test in screenhouse and crude toxin of patogen test in laboratory. Pathogenicity test used randomized block design arranged as factorial. The first factor was three isolates: Mg52A.1, Mg39.2 (from Magetan), Ps8b (from Pasuruan) and the second factor were kind of citrus (pummelo, tangerine , and sweet orange). The observation parameter consist of the incubation period, the number of necrotic samples and visual symptom. Crude toxin test treatment consists of a control test toxin without toxins, crude toxin Mg52A.1, crude toxin Mg39.2 toxin, crude toxin Ps8b. Application toxin carried out on the three leaf varieties of oranges. Each treatment was repeated three times and each consists of two leaves of different varieties. The results showed that the incubation period Mg39.2 isolates faster than two other isolates. Infection with different isolates and treatment of different citrus varieties shows that it did not different significantly in causing disease symptom of diplodia. Similarly result on crude toxin treatment with three isolates on three varieties showed that it were not different necrotic symptom. Thus the three isolates of pathogens B.theobromae origin from Pasuruan and Magetan have the same pathogenicity in causing disease symptoms in citrus pummelo, tangerine, and sweet orange. Toxin only play a role in accelerating the incubation period