23 research outputs found

    PREVALENSI KEJADIAN PONV PADA PEMBERIAN MORFIN SEBAGAI ANALGETIK PASCA OPERASI PENDERITA TUMOR PAYUDARA DENGAN ANESTESI UMUM DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

    Get PDF
    Background Morphine is the most abundant analgesic which commonly used for post mastectomy’s pain reliever. Altough, it is potentially cause the adverse effect such as nausea and vomiting. Aim To determine the nausea and vomiting experience on patient who received morphine for post mastectomy’s pain reliever. Methods This study was descriptive observational. The patient undergoing mastectomy surgery who received morphine as post operative pain reliever at the Central of Surgery Instalation and Ward in dr. Kariadi Hospital, Semarang from July 1st to December 31st 2014. The data was taken from patient’s medical record. Results There were 40 patients received morphine as post mastectomy analgetic surgery on July 1st to December 31st 2014. After taking morphine as post mastectomy analgetic, 26 patients have had experienced PONV in 24hours. On the beginning (0 hour after surgery), 12 patient (30%) were having nausea and vomiting. On 6 hours after surgery, 17 patient (42,5%) were having nausea and vomiting. On 12 hours after surgery, 13 patient (32,5%) were having nausea and vomiting. On 24 hours after surgery, 1 patient (2,5%) were having nausea and vomiting. Conclusion It was about 65% that morphine may cause PONV effects in 24hours with PONV’s score 0 and 1. Keywords: morphine, nausea and vomiting post mastectom

    PERBANDINGAN NILAI VISUAL ANALOGUE SCALE ANTARA PEMBERIAN MORFIN DAN KETOROLAK TERHADAP PASIEN PASCA OPERASI TUMOR PAYUDARA DENGAN ANESTESI UMUM DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

    Get PDF
    Background Pain of breast tumors postoperative trigger the stress response called neuro endocrine response which effected on mortality and morbidity of various postoperative complications. Indicators used to measure the degree of pain are Visual Analogue Scale (VAS) by asking patients about the degree of pain. Morphine from an opioid group is the main analgesic which can reduce the effects of post-operative pain, but has the side effects of respiratory depression. Ketorolac from the group of NSAIDs often used to treat acute postoperative pain and has no side effects of respiratory depression. Objective Examined the effects of using morphine compared to ketorolac to the value of VAS in patients with postoperative breast tumor under general anesthesia. Method This research used descriptive analytic design with cross sectional method. Samples were taken by purposive sampling and the data obtained from the medical records of 24 people who use morphine as an analgesic postoperative and data from the medical records of 24 people with the use of ketoralac as analgesic in postoperative of a breast tumor under general anesthesia which assessed using VAS in September-December, 2014. Unpaired T-test and Mann-Whitney test used for statistical analysis. Results Comparison of the VAS between the treatment of morphine and ketorolac obtained meaningful or significant differences in the value of significance (p <0.005), p value on the clock to-0 = 0.001, 6th hour = 0.006, hour-12 = 0.000 and the 24th hour = 0,000. Conclusion There is a statistically significant difference between VAS values provided by morphine group and ketorolac group on the breast tumor postoperative. Key words: VAS, morphine, ketorolac, postoperative pain of breast tumor

    HUBUNGAN PEMBERIAN LIDOKAIN 1,5mg/kg/jam INTRAVENA TERHADAP NYERI PASCA LAPAROTOMI DINILAI DENGAN VISUAL ANALOG SCALE

    Get PDF
    Latar belakang : Salah satu komplikasi tindakan pembedahan yaitu nyeri pasca pembedahan. Nyeri mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur sehingga berpengaruh buruk pada kondisi fisiologis dan psikologis pasien yang kemudian dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Penanganan nyeri akut post operasi dapat mencegah terjadinya nyeri kronik dan mempercepat pemulihan kesehatan pasien. Pendekatan multimodal analgesia (NSAID dan opioid) sebagai pengelolaan nyeri, memungkinkan terjadinya interaksi obat dan beberapa efek samping obat. Tujuan : Mengetahui hubungan pemberian lidocain intravena 1,5mg/kg/jam terhadap nyeri pasca laparotomi dinilai dengan Visual Analog Scale (VAS). Metode : Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling yaitu setiap subyek yang memenuhi kriteria inklusi dimasukan dalam sampel sampai jumlah sampel terpenuhi. Sampel penelitian adalah 24 pasien pasca laparotomi yang diberi lidokain durante operasi sampai 48 jam post operasi yang telah diukur skor VAS sebelum dan sesudah diberi lidokain. Uji statistik yang digunakan adalah uji non parametrik Wilcoxon. Hasil : Rerata skor VAS sebelum operasi = 3,17±0,565 dan rerata pada jam ke-48 sesudah operasi = 4,25±0,737. Hasil uji statistik dengan uji Wilcoxon menunjukan adanya perbedaan bermakna (p < 0,05) skor VAS sebelum dan sesudah operasi. Kesimpulan : Terdapat peningkatan skor VAS dengan kategori nyeri sedang setelah pemberian lidocain 1,5mg/kg/jam intravena durante operasi dilanjutkan sampai 48 jam post operasi. Kata Kunci : skor VAS, lidokai

    HUBUNGAN PEMBERIAN LIDOKAIN INTRAVENA 1,5MG/KG/JAM TERHADAP PERUBAHAN LAJU JANTUNG PASCA LAPARATOMI

    Get PDF
    Latar Belakang: Tindakan operasi atau pembedahan selain dapat menimbulkan nyeri, trauma, juga dapat menimbulkan gejala kardiovaskuler salah satunya berupa peningkatan laju jantung dan disritmia. Peningkatan laju jantung tersebut dikarenakan respon stress dan refleks simpatis yang berlebihan akibat nyeri paska operasi. Penanggulangan nyeri post operasi yang efektif merupakan salah satu hal yang penting dan menjadi problema bagi ahli anestesi. Salah satu jenis pembedahan dengan tingkat nyeri pasca operasi tinggi adalah laparotomi. Menurut penelitian terdahulu IVLI (intravenous lidocain infusion) berpotensi dan efektif untuk mengurangi nyeri paska operasi pada kasus bedah abdominal. Tujuan: Mengetahui hubungan pemberian lidokain intravena 1,5mg/kg/jam terhadap perubahan laju jantung sebelum dan 48 jam sesudah laparatomi. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan desain cross sectional di Instalasi Rekam Medis dan Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel diambil dari catatan medik pasien yang menjalani operasi laparatomi menggunakan “consecutive sampling”. Analisis statistik dengan program komputer Hasil: Laju jantung pasien pasca laparatomi yang diberikan lidokain 1,5mg/kg/jam pada jam ke-48 lebih tinggi dibandingkan sebelum operasi. Rerata laju jantung sebelum operasi = 75.25±7.379 dan rerata pada jam ke-48 post operasi = 82.33±8.401. Hasil uji statistik dengan uji Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan bermakna laju jantung sebelum dan sesudah operasi. Kesimpulan: Pemberian lidokain intravena 1,5 mg/kg/jam durante operasi sampai 48 jam post operasi bermanfaat mengurangi peningkatan laju jantung akibat nyeri pasca laparatomi. Kata Kunci: lidokain intravena, laju jantung, laparatomi

    KARAKTERISTIK DASAR PASIEN SEPSIS YANG MENINGGAL DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG PERIODE 1 JANUARI – 31 DESEMBER 2014

    Get PDF
    Latar Belakang: Sepsis merupakan salah satu penyebab utama pasien masuk ICU dan juga penyebab terbanyak mortalitas di ICU. Diperlukan data mengenai karakteristik dasar pasien sepsis yang meninggal di ICU sebagai informasi untuk meningkatkan upaya tatalaksana yang komprehensif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dasar pasien sepsis yang meninggal di ICU RSUP Dr.Kariadi Semarang Periode 1 Januari-31 Desember 2014. Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dari data rekam medis pasien ICU periode 1 Januari-31 Desember 2014. Hasil: Data dari 77 pasien sepsis yang meninggal di ICU menunjukkan bahwa mayoritas pasien berjenis kelamin perempuan sejumlah 41 pasien (53,2%), kelompok umur <44 tahun sejumlah 32 pasien (41,5%), diagnosa masuk terbanyak adalah sepsis sejumlah 32 pasien (41,5%), lama rawat di ICU selama ≤7 hari hari sejumlah 57 pasien (74%), mikroorganisme terbanyak dari hasil kultur darah adalah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus haemolyticus masing-masing sebanyak 3 kasus (8,5%), fokus infeksi dari paru sejumlah 58 pasien (75,3%), skor APACHE II pada rentang skor 20-24 sejumlah 22 pasien (28,5%), penyakit komorbid adalah pneumonia sejumlah 20 kasus (19,5%), intervensi medis terbanyak adalah penggunaan ventilator mekanik sejumlah 74 kasus (67,9%). Penggunaan antibiotik terbanyak adalah ceftriaxone sejumlah 66 pasien (43,4%). Kesimpulan: Mikroorganisme terbanyak yang ditemukan dari hasil kultur darah pada pasien sepsis yang meninggal di ICU adalah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus haemolyticus dengan fokus infeksi dari paru. Skor APACHE II pada rentang skor 20-24 dengan penyakit komorbid adalah pneumonia. Intervensi medis terbanyak adalah penggunaan ventilator mekanik. Penggunaan antibiotik terbanyak adalah ceftriaxon. Kata Kunci: sepsis, ICU, karateristik dasa

    PENGARUH PERBEDAAN PEMBERIAN LOADING 500 CC HES 130 DAN HES 200 TERHADAP TEKANAN DARAH PADA ANESTESI SPINAL PASIEN SECTIO CAESARIA

    Get PDF
    Latar belakang Hipotensi adalah komplikasi yang biasanya paling sering terjadi pada penggunaan anestesi spinal pasien sectio caesaria. Pemberian koloid merupakan pencegahan hipotensi akibat anestesi spinal yang paling banyak direkomendasikan. Hal ini dikarenakan koloid memiliki reaksi anafilaktoid paling kecil dan merupakan jenis koloid yang paling sering digunakan. Tujuan Membandingkan efek pemberian HES 130 dengan HES 200 terhadap tekanan darah pasien anestesi spinal pada operasi sectio caesaria. Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cros sectional. Sampel diperoleh dari data sekunder 54 pasien dan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I merupakan kelompok yang mendapatkan HES 130. Kelompok II merupakan kelompok yang mendapatkan HES 200. Tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan MAP dihitung pada menit sebelum pemberian HES, kemudian dilanjutkan pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75, 90, dan 120. Uji statistik menggunakan Paired t-test atau Wilcoxon test dan Independent t-test atau Mann Whitney test. Analisis data menggunakan program analisis statistik untuk komputer. Hasil Uji Paired t-test dan Wilcoxon test pada pre dan post 60 menit, memperlihatkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah yang signifikan pada kelompok HES 200. Sedangkan uji Independent t-test dan Mann Whitney test memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada penurunan tekanan darah sistolik, diastolik, maupun MAP antara kelompok HES 130 dengan HES 200. Kesimpulan Pemberian HES 130 pada pasien yang sedang dilakukan sectio caesaria dapat lebih menurunkan risiko hipotensi dari anestesi spinal, dibandingkan dengan pemberian HES 200. Kata Kunci: Sectio caesaria, anestesi spinal, HES, hemodinami

    PENGARUH BLOK PARAVERTEBRA INJEKSI TUNGGAL TERHADAP NYERI PASCA OPERASI TUMOR PAYUDARA DINILAI DENGAN VISUAL ANALOG SCALE

    Get PDF
    Background : general anesthesia oftenly used in breast surgery although it causes 50% post-operative nausea and vomitting incidence. Single injection thoracal paravertebral block can reduce those complications. Aim : This study aims to see the effect of single injection thoracal paravertebral block against Visual analog scale (VAS) in patients who underwent breast surgery. Methods: The design of this research was observational clinical study with cross-sectional approach. The sample consisted of 10 patients who underwent breast surgery with single injection of paravertebral block anesthesia and whose VAS score had been measured in zero hour and 24th hour in Instalasi Bedah Sentral (Central Surgery Installation) RSUP dr. Kariadi Semarang. Results: It was obtained that the VAS score in single injection of paravertebral block anesthesia in 24th hour was lower than the zero hour with average score in zero hour = 3,9 ± 0,2 and average score in 24th hour = 3,7 ± 0,7. The statistic result with wilcoxon test showed that there was no significant difference with p= 0,317. Conclusion: There was a decrease in VAS score at both zero hour and 24th hour in patients who used single injection thoracal paravertebral block. Keywords: Single injection thoracal paravertebral block, VAS score

    HUBUNGAN PEMBERIAN LIDOCAIN INTRAVENA 1,5MG/KG/JAM TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PASCA LAPAROTOMI

    Get PDF
    Latar Belakang : Peningkatan tekanan darah merupakan salah satu respon fisiologis tubuh akibat rangsang nyeri pasca operasi. Pemberian lidokain intravena merupakan cara yang biasa digunakan untuk mengurangi gejolak kardiovaskuler, salah satunya berupa peningkatan tekanan darah. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian lidokain intravena 1,5mg/kg/jam terhadap perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah 48 jam pasca laparotomi. Metode : Desain penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional. Sampel terdiri dari 24 catatan medik pasien laparotomi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk kemudian dibandingkan antara tekanan darah pada jam ke-0 ( sebelum pemberian lidokain ) dan pada jam ke-48 ( sesudah pemberian lidokain ). Hasil : Pada jam ke-48 pasca operasi terjadi peningkatan darah ( MAP ) jika dibandingkan pada jam ke-0, dengan rerata pada jam ke-0 = 91,7083±12,33874 dan rerata pada jam ke-48 = 101,2085±12,5716. Hasil statistik dengan uji paired-t test menunjukkan perbedaan yang bermakna ( p=0,000 ). Namun, peningkatan yang terjadi masih dalam batas normal ( normotensive ). Kesimpulan : Terdapat peningkatan tekanan darah setelah pemberian lidokain intravena 1,5mg/kg/jam, tetapi masih dalam batas normal ( normotensive ). Kata kunci : lidokain intravena, MAP, laparotom

    PENGARUH PEMBERIAN LOADING 500 CC HIDROXYLETHYL STARCH 130/0,4 (6%) TERHADAP TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI PADA PASIEN ANESTESI SPINAL SECTIO CESAREA

    Get PDF
    Latar Belakang : Metode sectio cesarea dengan anestesi spinal dapat menyebabkan perubahan hemodinamik seperti tekanan darah dan denyut nadi. Sehingga diberi terapi cairan koloid karena lebih bertahan lama didalam cairan intravaskular dan membantu menstabilkan kondisi hemodinamik pasien. Tujuan : Menganalisis pengaruh pemberian loading 500 CC Hydroxylethyl Starch(HES) 130/0,4(6%) terhadap tekanan darah dan denyut nadi anestesi spinal pasien sectio cesarea. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 27 pasien. Tekanan darah dan denyut nadi dimonitor saat menit ke-0 dan menit ke-30 sesudah diberikan HES. Analisis hasil dengan uji beda wilcoxon untuk membandingkan tekanan darah dan denyut nadi sebelum dan sesudah diberikan HES. Hasil : Dari 27 sampel yang digunakan didapatkan perbedaan bermakna pada sistole, diastol,dan denyut nadi. Terdapat perbedaan bermakna (p=0,002) rerata sistole sebelum perlakuan (121,85 ± 15,25) dan sesudah perlakuan (113,93 ± 9,156). Terdapat perbedaan bermakna (p=0,000) rerata diastole sebelum perlakuan (67,04 ± 15,61) dan sesudah perlakuan (54,44 ± 8,021). Terdapat perbedaan bermakna (p=0,000) rerata denyut nadi sebelum perlakuan (85,41 ± 10,95) dan sesudah perlakuan (93,19 ± 11,70). Kesimpulan : Terdapat penurunan tekanan darah dan peningkatan frekuensi denyut nadi bermakna antara sebelum dan 30 menit sesudah diberikan loading 500 ccHES130/0,4 (6%) pada pasien anestesi spinal pasien sectio cesarea. Kata Kunci : Sectio cesarea, anestesi spinal, HES, tekanan darah, denyut nadi

    PENGARUH PEMBERIAN ETOMIDATE 0,3 mg/kgBB INTRAVENA TERHADAP AGREGASI TROMBOSIT

    Get PDF
    Background :Preoperative bleeding is aserious and common problem in surgery. Induction anesthetic agent usage is known for the inhibition of platelet aggregation. Objective :To see the changes of platelet agregation after the injection of Etomidate 0,3mg/kgBM. Method :An experimental study on 20 patients who received general anasthesia. Sample received Etomidate as the induction anesthetic. The speciments are taken before the injection of Etomidate and 5 minutes after injection. All specimens were taken to the Clinical Pathology Laboratory for Platelete Agregation testing. Statistical analyses were performed using paired t-test ( with level of significant is P<0,05). Result :The patients characteristic and variables data to be compared were normally distributed. The changes of platelete agregation after the injection of Etomidate 0,3mg/kgBM is not significant. The platelete agregation before the injection Etomidate is 73,45 ± 7,33 and the platelete agregation after the injection of Etomidate is 66,07 ± 8,28 with P=0,089. Conclution :Etomidate is unsignificantly changes the platelete agregation. Keywords :Etomidate, ADP, Platelete agregation
    corecore