8 research outputs found

    Implikasi Sosial-Budaya Dan Ekonomi Pada Fisik Kawasan Terdampak Studentifikasi Di Kelurahan Ketawanggede, Kota Malang

    No full text
    Tingginya kebutuhan akan tenaga terdidik dalam berbagai lapangan pekerjaan, menyebabkan terbukanya kesempatan bagi lulusan sekolah menengah untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Mahasiswa yang datang untuk menuntut ilmu ke kota lain (bukan kota tempat tinggalnya) membutuhkan tempat tinggal dan kelengkapannya. Kebutuhan akan hunian tidak dapat dipenuhi atau disediakan oleh perguruan tinggi tempat belajarnya, sehingga harus dipenuhi oleh hunian sekitar kampus yang dimiliki oleh perorangan. Istilah studentifikasi didefinisikan sebagai perubahan sosial, budaya, ekonomi dan fisik sebagai akibat dari masuknya mahasiswa pada kawasan sekitar kampus di kota pendidikan. Beberapa penelitian terdahulu membahas dampak studentikasi seperti: perubahan struktur populasi, kenaikan harga lahan, penurunan lingkungan fisik, perubahan pelayanan untuk keluarga menjadi pelayanan untuk mahasiswa, degradadasi sosial. sampai kepada gangguan kebisingan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui studentifikasi yang terjadi di Kota Malang sebagai kota pendidikan tinggi, kemudian menentukan dampak studentifikasi yang paling berpengaruh dalam perkembangan kawasan di sekitar kampus, dan merumuskan implikasi sosial-budaya dan ekonomi pada fisik kawasan terdampak studentifikasi di Kota Malang. Kawasan studi yang dipilih adalah Kelurahan Ketawanggede Kota Malang yang berada dekat kampus Universitas Brawijaya sebagai kampus terbesar di Malang. Metoda yang akan digunakan adalah kualitatif despkriptif, kuantitatif deskriptif dan kuantitatif inferensial, untuk menganalisis hasil wawancara pada responden: mahasiswa, pengelola/pemilik kos, warga, dan pelaku usaha, Sedangkan untuk menemukan model struktural pengaruh sosil-budaya dan ekonomi pada fisik kawasan, digunakan Structural Equation Model Partial Least Square (SEM-PLS) dalam mengolah hasil wawancara dengan Ketua Rukun Tetangga di Kelurahan Ketawanggede, Kota Malang. Model struktural yang dihasilkan, menunjukkan bahwa sosial-budaya berpengaruh pada ekonomi dan fisik, demikian juga dengan ekonomi memilik pengaruh kepada fisik kawasan. Temuan yang diperoleh adalah: terjadinya kohesi sosial antara mahasiswa dengan warga, adanya segregasi sosial berdasarkan pilihan hunian mahasiswa, gaya hidup warga dan mahasiswa tetap dipertahankan, terjadinya keberlanjutan komunitas warga, adanya keseimbangan usaha pelayanan warga dan warga, kesejahteraan warga meningkat, perubahan bentuk dan fungsi rumah, kualitas lingkungan membaik, dan keamanan kawasan. Temuan ini memperkaya dan menambahkan teori studentifikasi dengan konteks kota Malang, yang memiliki kondisi sosial-budaya, ekonomi dan fisik yang berbeda dari penelitian terdahulu

    Preferensi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Segitiga Jatingara Jl. Matraman Raya – Jl. Bekasi Barat dalam Memilih Lokasi Berdagang

    No full text
    Kawasan Segitiga Jatinegara di Jakarta Timur merupakan kawasan strategis ekonomi pusat DKI Jakarta. Banyak pedagang kaki lima (PKL) menjual dagangan di jalur pedestrian dan badan jalan yang menyebabkan kemacetan dan mengganggu pejalan kaki. Oleh karena itu, dilakukan studi untuk mengidentifikasi karakteristik aktivitas PKL dan preferensi mereka dalam memilih Jalan Matraman Raya dan Jalan Bekasi Barat sebagai lokasi berdagang. Karakteristik aktivitas PKL diidentifikasi dengan analisis karakteristik aktivitas dan lokasional, serta preferensi PKL dengan analisis preferensi. Berdasarkan temuan studi, jumlah PKL yang berdagang di lokasi studi bervariasi, dengan berbagai bentuk sarana usaha seperti gerobak dan gelaran. Aktivitas perdagangan dan jasa mendominasi di sepanjang Jalan Matraman Raya dan Jalan Bekasi Barat, dengan kepadatan pejalan kaki yang bervariasi. Dua ruas jalan ini memiliki nilai derajat kejenuhan lalu lintas yang sangat tinggi. Lokasi studi dapat diakses dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum dari pusat kota terdekat dengan waktu dan jarak tempuh yang beragam. Dalam pemilihan lokasi berdagang, kedekatan dengan suatu pusat aktivitas merupakan alasan yang paling disetujui oleh responden dengan indeks nilai sebesar 92,50%, diikuti oleh variabel kedekatan dengan aktivitas lalu lintas, aksesibilitas lokasi, aglomerasi PKL, dan ketersediaan ruang aktivitas

    , Implikasi Sosial-Budaya Dan Ekonomi Pada Fisik Kawasan Terdampak Studentifikasi Di Kelurahan Ketawanggede, Kota Malang.

    No full text
    Tingginya kebutuhan akan tenaga terdidik dalam berbagai lapangan pekerjaan, menyebabkan terbukanya kesempatan bagi lulusan sekolah menengah untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Mahasiswa yang datang untuk menuntut ilmu ke kota lain (bukan kota tempat tinggalnya) membutuhkan tempat tinggal dan kelengkapannya. Kebutuhan akan hunian tidak dapat dipenuhi atau disediakan oleh perguruan tinggi tempat belajarnya, sehingga harus dipenuhi oleh hunian sekitar kampus yang dimiliki oleh perorangan. Istilah studentifikasi didefinisikan sebagai perubahan sosial, budaya, ekonomi dan fisik sebagai akibat dari masuknya mahasiswa pada kawasan sekitar kampus di kota pendidikan. Beberapa penelitian terdahulu membahas dampak studentikasi seperti: perubahan struktur populasi, kenaikan harga lahan, penurunan lingkungan fisik, perubahan pelayanan untuk keluarga menjadi pelayanan untuk mahasiswa, degradadasi sosial. sampai kepada gangguan kebisingan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui studentifikasi yang terjadi di Kota Malang sebagai kota pendidikan tinggi, kemudian menentukan dampak studentifikasi yang paling berpengaruh dalam perkembangan kawasan di sekitar kampus, dan merumuskan implikasi sosial-budaya dan ekonomi pada fisik kawasan terdampak studentifikasi di Kota Malang. Kawasan studi yang dipilih adalah Kelurahan Ketawanggede Kota Malang yang berada dekat kampus Universitas Brawijaya sebagai kampus terbesar di Malang. Metoda yang akan digunakan adalah kualitatif despkriptif, kuantitatif deskriptif dan kuantitatif inferensial, untuk menganalisis hasil wawancara pada responden: mahasiswa, pengelola/pemilik kos, warga, dan pelaku usaha, Sedangkan untuk menemukan model struktural pengaruh sosil-budaya dan ekonomi pada fisik kawasan, digunakan Structural Equation Model Partial Least Square (SEM-PLS) dalam mengolah hasil wawancara dengan Ketua Rukun Tetangga di Kelurahan Ketawanggede, Kota Malang. Model struktural yang dihasilkan, menunjukkan bahwa sosial-budaya berpengaruh pada ekonomi dan fisik, demikian juga dengan ekonomi memilik pengaruh kepada fisik kawasan. Temuan yang diperoleh adalah: terjadinya kohesi sosial antara mahasiswa dengan warga, adanya segregasi sosial berdasarkan pilihan hunian mahasiswa, gaya hidup warga dan mahasiswa tetap dipertahankan, terjadinya keberlanjutan komunitas warga, adanya keseimbangan usaha pelayanan warga dan warga, kesejahteraan warga meningkat, perubahan bentuk dan fungsi rumah, kualitas lingkungan membaik, dan keamanan kawasan. Temuan ini memperkaya dan menambahkan teori studentifikasi dengan konteks kota Malang, yang memiliki kondisi sosial-budaya, ekonomi dan fisik yang berbeda dari penelitian terdahulu

    Livability Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Malang

    No full text
    Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang pesat di kota berdampak pada aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi sehingga mendorong adanya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana. Dalam hal ini, memicu persaingan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ruang yang menyebabkan munculnya perumahan tidak tertata serta kurang memperhatikan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana permukiman sehingga membentuk kawasan permukiman kumuh. Luas permukiman kumuh di Kota Malang dari tahun ke tahun semakin menurun dari 608,6 Ha menjadi 282,33 Ha. Pencapaian tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan livability Kota Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kawasan permukiman kumuh di Kota Malang melalui pendekatan livability hingga mengetahui pengaruh aspek-aspek yang dapat mempengaruhi nilai livability. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data secara primer (observasi, kuesioner, dan wawancara) serta sekunder (studi literatur). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kondisi kawasan permukiman kumuh berdasarkan pendekatan livability, analisis hierarki proses, analisis tingkat livability, serta analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda pada penelitian ini menghasilkan permodelan Y = 0,411+ 0,040 X1 + 0,008 X2 + 0,005 X3 + 0,018 X4 + 0,039 X5 + 0,069 X6 + 0,015 X8 + 0,027 X10 + 0,030 X11 + 0,014 X12 + 0,015X13 + 0,022 X14, dimana aspek yang paling berpengaruh terhadap livability di Kawasan Permukiman Kumuh Kota Malang yaitu Aspek Drainase Lingkungan. Sedangkan aspek yang memiliki pengaruh rendah yaitu Aspek Sanitasi Lingkunga

    Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penataan Kawasan Wisata Sejarah Yang Berkelanjutan (Studi Kasus: Kawasan Wisata Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto)

    No full text
    Fakta bahwa kurangnya upaya pemberdayaan masyarakat oleh pengambil kebijakan, baik oleh Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten) maupun Pemerintah Pusat merupakan penyebab minimnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan destinasi pariwisata di Kawasan Wisata Trowulan, karena ditengarai pemerintah masih menempatkan masyarakat sebagai objek pembangunan, sehingga diperkirakan masyarakat pada umumnya belum memahami rencana besar pengembangan Kawasan Trowulan sebagai destinasi pariwisata yang berbasis Wisata Sejarah Majapahit, padahal kawasan ini sudah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) berbasis budaya dan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional. Penelitian ini bertujuan (1) mengimplementasikan teori partisipasi masyarakat untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat khususnya dalam penataan destinasi kawasan wisata sejarah yang berkelanjutan di Kecamatan Trowulan; dan (2) mengembangkan teori pemberdayaan masyarakat dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menentukan prioritas strategi kebijakan khususnya dalam penataan destinasi kawasan wisata sejarah yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode campuran, dengan model sequential exploratory. Metode ini melibatkan dua tahap utama dalam pengumpulan data dan analisisnya, yaitu tahap kualitatif diikuti oleh tahap kuantitatif untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang suatu fenomena, sehingga selain menggunakan analisis kualitatif juga menggunakan metode analisis TOPSIS. Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian ini maka didapatkan simpulan sebagai berikut: (1) Terdapat ketidakmerataan dalam hal pelaksanaan tahap-tahap partisipasi masyarakat yang harus dilakukan oleh masyarakat khususnya pada tahap perencanaan di desa�desa yang terdeliniasi penataan kawasan wisata di Kecamatan Trowulan. Inisiatif partisipasi pun tidak dimulai dari dan berasal dari masyarakat, melainkan ada partisipasi jika ada program atau proyek pembangunan yang digagas oleh pemerintah baik dari pemerintah pusat maupun yang berasal dari pemerintah daerah. Pada umumnya dibutuhkan arahan untuk adanya partisipasi masyarakat di Kecamatan Trowulan yang bersifat Top Down berasal dari beberapa fasilitator. (2) Pemberdayaan masyarakat dilakukan pemerintah dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat di wilayah desa yang terdeliniasi dalam penataan kawasan. Prioritas pertama dalam upaya pemberdayaan adalah pendampingan desa wisata yang disusul dengan program kawasan wisata budaya secara mikro (pada desa yang terdeliniasi), yang kemudian disusul dengan memberikan ruang kepada masyarakat untuk mengurangi kemiskinan, kesenjangan, dan pengangguran, mengembangkan kawasan secara makro (Kecamatan Trowulan secara umum), dan secara stuktural melakukan perubahan institusional. Berdasarkan simpulan tersebut di atas, maka untuk memastikan adanya keberlanjutan penataan kawasan wisata sejarah bekas ibukota Kerajaan Majapahit di Trowulan perlu dilakukan pendampingan terhadap desa wisata. Selain itu perlu dibentuk badan otorita yang mempunyai wewenang penataan kawasan wisata sejarah yang berkelanjutan di Kecamatan Trowulan

    Preferensi Pengguna Terhadap Kualitas Taman Kota Aktif Hasil Corporate Social Responsibility (CSR) Di Kota Malang

    No full text
    Taman kota di Kota Malang memiliki total luas 287.746 m2. Untuk menyediakan RTH di Kota Malang agar memenuhi proporsi 20% RTH publik, dibutuhkan partisipasi swasta salah satunya dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR). Program CSR di Kota Malang yang berfokus pada pengembangan RTH publik sejak tahun 2011 - 2017 telah dilaksanakan 16 kali. Penyediaan taman kota aktif harus memenuhi aspek kualitas karena pengguna pasti memiliki ekspektasi dan harapan akan hal tersebut yang selanjutnya memunculkan preferensi akan karakteristik yang dapat menjadi tolak ukur kualitas taman tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dibutuhkan untuk mengidentifikasi karakteristik kualitas taman kota aktif, preferensi pengguna terhadap karakteristik kualitas taman kota aktif, dan perbandingan antar keduanya. Penelitian ini mengambil fokus dan mementingkan preferensi pengguna selaku pemakai sebuah RTH khususnya sebuah taman kota aktif. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis skoring, Best-Worst Scaling (BWS), dan analisis perbandingan secara deskriptif. Analisis skoring dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik kualitas taman kota aktif hasil CSR di Kota Malang dengan pengambilan data menggunakan metode observasi dan penilaian oleh peneliti. Best-Worst Scaling dilakukan untuk menganalisis preferensi pengguna terhadap karakteristik kualitas taman kota aktif menggunakan bantuan perangkat lunak R dengan data hasil kuesioner BWS. Analisis perbandingan dilakukan untuk mengetahui apakah suatu karakteristik kualitasnya sesuai atau tidak dengan tingkat preferensi pengguna. Hasil analisis skoring karakteristik kualitas menunjukkan taman kota aktif hasil CSR di Kota Malang yang memiliki kualitas tertinggi yaitu Taman Alun-alun Kota Malang dan yang terendah Taman Slamet. Hasil analisis BWS menunjukkan karakteristik yang paling diutamakan pengguna yaitu “Kebersihan dan Perawatan” sedangkan yang paling tidak diutamakan yaitu “Tingginya Jumlah Pengunjung”. Hasil analisis perbandingan menemukan karakteristik yang kualitasnya lebih tinggi dibanding keutamaannya mayoritas karakteristik fisik

    Hubungan Kinerja UMKM Dengan Modal Ekonomi Pelaku UMKM di Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

    No full text
    Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah kegiatan usaha milik individu atau badan usaha yang memenuhi beberapa kriteria sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah. Kecamatan Sukodono merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi besar di sektor UMKM karena mempunyai posisi cukup strategis dalam hal lokasi dan dalam sektor perekonomian. Selain itu, Kecamatan Sukodono juga terdapat 4.322 UMKM yang memiliki berbagai sektor jenis usaha yang diusahakan. Meskipun begitu, masih terdapat beberapa permasalahan yang menjadi problema dalam perkembangan kinerja UMKM di Kecamatan Sukodono. Kondisi ketahanan komunitas pada UMKM Kecamatan Sukodono belum dapat dikatakan optimal. Hal tersebut dapat dilihat dengan tidak adanya keberadaan pusat atau sentra UMKM sebagai sarana pengembangan dan pemasaran produk bersama bagi komunitas pelaku UMKM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi modal ekonomi pelaku UMKM dan kinerja UMKM di Kecamatan Sukodono serta hubungan antara keduanya. Sampel penelitian ini adalah pelaku UMKM yang memiliki usaha yang berlokasi di Kecamatan Sukodono dengan metode pengambilan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner ke pelaku UMKM. Metode statistik menggunakan Analisis Korelasi, dengan teknik rank spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja UMKM secara signifikan positif memiliki hubungan dengan modal ekonomi pelaku UMKM. Selain itu terdapat beberapa poin-poin yang dapat ditingkatkan demi terwujudnya UMKM Kecamatan Sukodono yang berketahanan

    Strategi Penanganan Sanitasi pada Permukiman Kumuh di Sempadan Sungai Kelurahan Kotalama Kota Malang.

    No full text
    Penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi Pertambahan laju penduduk kawasan perkotaan sebagai salah satu dampak urbanisasi yang semakin meningkat, mengakibattkan pemanfaatan lahan yang semakin kompetitif. Kota Malang sebagai salah satu tujuan urbanisasi mengalami pertumbuhan yang pesat mengakibatkan tumbuh berkembangnya permukiman informal di kawasan daerah aliran sungai. Kelurahan Kotalama sebagai salah satu permukiman kumuh yang masih memiliki luasan kumuh terbesar yaitu 28,38 Ha dimana 70% dari total luasan kumuh berada di lahan ilegal yaitu di sempadan sungai dan memiliki isu permasalahan utama pada aspek pengelolaan air limbah dan sampah. Penanganan permasalahan permukiman kumuh khusunya aspek sanitasi menjadi lebih kompleks ketika dihubungkan dengan status penghunian ilegal (Squatter). Karena seringkali terjadi praktik pembiaran (neglegiance) terhadap berkembangnya ruang-ruang marjinal perkotaan, lemahnya pengelolaan kota serta permukiman informal dianggap tidak berhak atas dana negara. Selain itu julukan kampung kumuh ini seringkali menutup aspek positif permukiman sehingga seakan sulit untuk ditangani. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang, namun sampai saat ini kondisi penanganan sanitasi di Kota Malang masih belum cukup optimal Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis dan mengintepretasikan secara detail tentang: 1) kondisi sanitasi pada kawasan permukiman kumuh di sempadan sungai Kelurahan Kotalama; 2) faktor pendorong dan faktor penghambat dalam upaya penanganan sanitasi pada kawasan permukiman kumuh di sempadan sungai Kelurahan Kotalama; dan 3) strategi penanganan sanitasi pada kawasan permukiman kumuh di sempadan sungai Kelurahan Kotalama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, kuesioner, observasi di lapang, serta studi literatur. Analisis data yang diperoleh dari penelitian dilakukan menggunakan model analisa data interaktif Miles, Huberman dalam Sugiyono (2020) dengan software Atlas.ti sebagai alat bantu reduksi data. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 1) kondisi sanitasi di Kecamatan Kotalama berada pada kategori “sedang” dengan skor 41,1; 2) Aspek regulasi, dari segi ketersediaan kebijakan merupakan faktor pendorong dan dari segi kontrol serta muatan kebijakan merupakan faktor penghambat dalam penanganan sanitasi; aspek struktur birokrasi, pada SOP dan fragmentasi menjadi faktor penghambat dalam penanganan sanitasi; Aspek sumber daya manusia, anggaran dan fasilitas merupakan pendorong sekaligus penghambat dalam penanganan sanitasi; Aspek komunikasi, komunikasi antar pelaksana dan antara pelaksana dengan masyarakat merupakan faktor pendorong sekaligus penghambat; Aspek lingkungan, kondisi sosial dan dukungan masyarakat, lingkungan fisik dan teknologi merupakan faktor pendorong sekaligus penghambat; Aspek kelembagaan, kapasitas dan dukungan pemerintah menjadi faktor penghambat, demikian pula aspek spasial menjadi faktor pendorong sekaligus penghambat pengelolaan sanitasi di Kelurahan Kotalama; 3) strategi penanganan sanitasi di Kotalama meliputi: peningkatan kesadaran masyarakat, penguatan kelembagaan masyarakat, pengembangan infrastruktur sanitasi, monitoring dan pengawasan, kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan dan penguatan regulasi dan kebijakan
    corecore