21 research outputs found

    Evaluasi Pemanfaatan Ekstrak Daun Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii) Sebagai Feed Additive Dalam Pakan Terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging

    Get PDF
    Kebutuhan masyarakat Indonesia akan konsumsi daging sebagai sumber protein hewani semakin meningkat setiap tahunnya. Tingkat konsumsi daging yang meningkat memberikan peluang usaha dalam industri peternakan terutama sektor perunggasan. Ayam pedaging memiliki potensi yang cukup besar untuk dibudidayakan dalam rangka mencukupi kebutuhan protein hewani masyarakat. Namun, broiler memiliki sifat yang mudah terkena cekaman maupun mudah terinfeksi bakteri patogen dalam saluran digesti, sehingga dibutuhkan feed additive alami yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta mengurangi tingkat stres pada broiler. Kayu manis (Cinnamomum burmannii) diketahui mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, dan sinamaldehid yang berfungsi sebagai antioksidan dan antibakteri. Kandungan sinamaldehid pada ekstrak daun kayu manis yang dianggap sebagai faktor penstimulasi pencernaan sehingga dapat meningkatkan performa dan kualitas karkas ayam pedaging. Penelitian merupakan penelitian kelompok bersama mahasiswa S2 yang dilaksanakan di kandang milik Bapak Samsul yang berlokasi di Dusun Bunder RT.07/RW.02 Desa Ampeldento, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Penelitian ini berlangsung pada tanggal 1 Agustus sampai 7 Oktober 2020, dan pengambilan data dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2020. Pembuatan ekstrak daun kayu manis dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi pemanfaatan ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebagai feed additive dalam pakan terhadap kualitas karkas yang terdiri dari persentase karkas, dada, paha, sayap dan deposisi daging dada. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi akademisi dan peternak tentang ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang dapat digunakan sebagai feed additive guna meningkatkan kualitas karkas broiler. Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu ekstrak daun kayu manis, pakan basal, dan Day Old Chick (DOC) ayam pedaging strain Lohmann yang diperoleh dari PT. Japfa Comfeed yang tidak dibedakan jenis kelaminnya (unsexing) dengan tingkat koefisien keragaman dari bobot badan 2,91%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan langsung dan rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 6 ekor ayam pedaging sehingga jumlah keseluruhan ayam yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 144 ekor. Adapun perlakuan yang diberikan kepada ayam pedaging adalah sebagai berikut : P0 (pakan basal tanpa ekstrak daun kayu manis); P1 (pakan basal + antibiotik zinc bacitracin 0,01 %); P2 (pakan basal + ekstrak daun kayu manis 0,25 %); P3 (pakan basal + ekstrak daun kayu manis 0,5 %); P4 (pakan basal + ekstrak daun kayu manis 0,75 %) dan P5 (pakan basal + ekstrak daun kayu manis 1 %). Variabel yang diamati terdiri dari persentase karkas, dada, paha, sayap dan deposisi daging dada. Pengambilan data dilakukan saat broiler berumur 35 hari. Analisa data menggunakan analisis ragam (ANOVA), jika didapatkan hasil yang berpengaruh nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan rataan persentase karkas broiler P0 sebesar 69,325±0,824%, P1 sebesar 68,885±4,674%, P2 sebesar 70,694±2,955%, P3 sebesar 69,934±0,818%, P4 sebesar 70,256±2,473% dan P5 sebesar 69,016±1,610%. Hasil rataan persentase dada broiler P0 sebesar 40,376±1,154%, P1 sebesar 40,595±1,193%, P2 sebesar 39,792±1,610%, P3 sebesar 40,524±2,963%, P4 sebesar 38,782±1,677% dan P5 sebesar 39,431±2,453%. Hasil rataan persentase sayap broiler P0 sebesar 10,219±0,575%, P1 sebesar 9,855±0,788%, P2 sebesar 10,284±0,559%, P3 sebesar 10,075±0,466%, P4 sebesar 11,156±0,551% dan P5 sebesar 10,213±0,968%. Hasil rataan persentase paha broiler P0 sebesar 30,200 ±1,389%, P1 sebesar 30,664 ±2,198%, P2 sebesar 28,654±1,108%, P3 sebesar 30,031±1,674%, P4 sebesar 30,353±1,139% dan P5 sebesar 29,822±2,554%. Hasil rataan persentase deposisi daging dada broiler P0 sebesar 31,475±1,168%, P1 sebesar 31,340±0,940%, P2 sebesar 30,853±2,362%, P3 sebesar 33,334±3,178%, P4 sebesar 31,487±1,820% dan P5 sebesar 30,181±1,205%. Berdasarkan analisis ragam, diperoleh hasil bahwa penambahan ekstrak daun kayu manis sebagai feed additive dalam pakan memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap persentase karkas, persentase dada, persentase sayap, persentase paha dan persentase deposisi daging dada broiler. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah dengan pemanfaatan ekstrak daun kayu manis sebagai feed additive dalam pakan sampai level 1% tidak mempengaruhi persentase karkas, persentase dada, persentase sayap, persentase paha dan persentase deposisi daging dada pada ayam pedaging. Saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan ekstrak daun kayu manis sebagai feed additive dalam pakan dengan level lebih dari 1% dan pengujian kandungan ekstrak daun kayu manis untuk mengetahui kandungan zat aktif didalamnya serta pengaruhnya terhadap kualitas karkas ayam pedaging

    Pengaruh Bobot Doc (Day Old Chick) Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Pakan Dan Persentase Karkas Ayam Pedaging Pada Kandang Open House

    Get PDF
    Ayam pedaging merupakan ternak unggas yang banyak digemari oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu banyak yang membudidayakan atau memelihara ayam pedaging sebagai usaha ternak. Daging ayam merupakan salah satu protein hewani yang dapat memberikan gizi pada kebutuhan tubuh manusia. Selain memiliki harga terjangkau, produk dari ayam pedaging juga memiliki protein yang tinggi. Keunggulan yang dimiliki ayam ras pedaging yaitu dapat dipanen dengan waktu yang relatif singkat 4-5 minggu dan dengan bobot badan yaitu 1,5 – 2 kg per ekornya. Ayam ini memiliki tekstur daging yang empuk, efisiensi pakan tinggi, pertambahan bobot badan cepat, konversi pakan kecil dan ukuran badan yang besar. Keberhasilan dalam usaha peternakan dipengaruhi oleh 3 faktor produksi yaitu bibit, pakan, dan manajemen pemeliharaan. Bibit yang dimaksud adalah DOC viii (day old chick) atau anak ayam umur sehari yang mana jika dalam pemeliharaan dilakukan manajemen yang baik akan menghasilkan performa ayam unggul dan menghasilkan produk berupa daging. Penelitian dan pengambilan data dilakukan pada tanggal 23 September 2020 sampai 28 Oktober 2020. Penelitian dilaksanakan secara berkelompok dengan S2 pada kandang open house selama 35 hari di Peternakan Indra Jaya Farm milik Bapak Sumardi yang beralamatkan di Dusun Bendilwuni RT 22 RW 01, Desa Kademangan, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari perbedaan bobot DOC pada kandang open house terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan dan persentase karkas ayam pedaging. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber kajian ilmiah dan sebagai bahan informasi kepada peternak tentang pengaruh bobot DOC pada kandang open house terhadap performa dan persentase karkas ayam pedaging. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam pedaging strain Cobb CP707 produksi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm umur 1 hari sebanyak 126 ekor tanpa dibedakan jenis kelaminnya dengan waktu pemeliharaan selama 35 hari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan atau eksperimental yang dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 7 kali ulangan, sehingga terdapat 21 unit kandang percobaan. Masing – masing unit kandang percobaan terdapat 6 ekor ayam pedaging. Perlakuan yang diberikan yaitu P1 (bobot DOC 50 gram). Variabel yang diamati yaitu konsumsi pakan, ix pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan dan persentase karkas. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) apabila hasil yang didapat memiliki perbedaan pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan bobot DOC pada kandang open house memberikan pengaruh yang sangat nyata (P0,05) terhadap konversi pakan dan persentase karkas ayam pedaging. Rataan konversi pakan yang dihasilkan pada penelitian ini adalah P1 (1,59 ± 0,113), P2 (1,68 ± 0,136), P3 (1,61 ± 0,097). Sedangkan hasil rataan persentase karkas yang diperoleh adalah P1 (73,74 ± 2,28)%, P2 (71,73 ± 2,67)%, P3 (71,58 ± 4,29)%. Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan ayam pedaging pada kandang open house dipengaruhi oleh besar kecilnya bobot badan DOC, namun untuk konversi pakan dan persentase karkas ayam pedaging tidak dipengaruhi oleh bobot badan DOC pada kandang open house. Sedangkan saran yang diberikan dalam pemeliharaan ayam pedaging harus memperhatikan nutrisi pakan dan suhu lingkungan disekitar kandang agar menghasilkan performa dan persentase karkas yang maksimal

    Pengaruh Perbedaan Zona Dalam Kandang Sistem Closed House Terhadap Berat telur, Persentase Albumin, Yolk dan Kerabang Telur Ayam Strain Hyline

    No full text
    Ayam petelur merupakan salah satu unggas penghasil protein hewani melalui produksi telurnya. Di Indonesia ayam petelur dibudidayakan khusus untuk menghasilkan telur secara komersil. Manajemen pemeliharaan dan perkandangan menjadi salah satu aspek penting dalam pemeliharaan ayam petelur secara intensif. Peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan pemeliharaan pada kandang sistem closed house. Namun penggunaan kandang closed house masih menyisahkan beberapa masalah, diantaranya distribusi suhu, kembaban dan kecapatan angin yang tidak merata pada zona tertentu. Zona dekat saluran masuk memiliki suhu lebih rendah dibandingkan dengan zona yang jauh dari inlet. Peningkatan suhu di zona yang lebih jauh dari inlet menyebabkan peningkatan volatisasi amonia, sehingga diduga terjadi penigkatan kadar atmosfer dizona yang jauh dari inlet. Tingginya kadar ammonia atmosfer menjadi penyebab ayam mengalami kerusakan pada saluran pernafasan, rentan terhadap penyakit dan penurunan kinerja atau produksi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan zona terhadap kualitas telur yang meliputi berat telur, persentase albumin, yolk dan kerabang ayam petelur strain Hyline pada kandang system closed house. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi, referensi dan kajian ilmiah tentang pengaruh perbedaan zona dalam kandang sistem closed house terhadap berat telur, persentase albumin, yolk dan kerabang telur ayam strain Hyline serta sebagai acuan bagi peternak dalam manajemen pemeliharaan dan perkandangan untuk peningkatan efisiensi produksi telur. Penelitian ini dilaksanakan selama 21 hari pada tanggal 10 Agustus sampai 30 Agustus 2022 di Teaching Farm Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Desa Dadaprejo, Kec. Junrejo Kota Batu. Pengukuran variabel berat telur, albumin, yolk dan kerabang dilakukan 2 kali dalam seminggu dilokasi yang sama. Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu ayam petelur strain Hyline sebanyak 96 ekor yang dimulai pada umur 57 minggu dan berakhir pada umur 59 minggu, yang dipelihara pada kandang sistem closed house di Teaching Farm Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang battery dengan ukuran p x l x t = 55cm x 35cm x 35cm yang dibagi kedalam 3 letak zona yang berbeda diantaranya zona depan yang berdekaatan dengan cooling pad (inlet), zona yang berada di tengah (middle), dan zona belakang yang berdekatan dengan exhaust fan (outlet). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat pengukur microclimate (anemometer, thermohigrometer, CO2 meter, particle counter), timbang analitik untuk mengukur berat telur, jangka sorong untuk mengukur indeks telur. Alat tulis dan laptop yang digunakan untuk menulis data yang diperoleh serta kamera dokumentasi penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan yang dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan zona depan yang berdekaatan dengan cooling pad (inlet), zona yang berada di tengah (middle), dan zona belakang yang berdekatan dengan exhaust fan (outlet). Penelitian dilakukan dengan ayam umur 57 minggu, masing-masing perlakuan sebanyak 32 ekor unit percobaan yang dibagi menjadi 8 ulangan dengan pengukuran dilakukan selama 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan zona dalam kandang sistem closed house memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata pada setiap perlakuan (P>0,05) terhadap berat telur, persentase albumin, yolk dan kerabang telur ayam strain Hyline. Hasil penelitian terhadap berat telur yaitu P1 (66,98 ±2,24), P2 (66,29±2,32) dan P3 (64,36±2,93). Persentase albumin (%) pada P1 (61,76±3,92), P2 (60,41±1,95) dan P3 (59,89±1,50). Persentase yolk (%) pada P1 (26,36±0,90), P2 (26,53±1,12) dan P3 (26,74±1,17). Persentase kerabang (%) pada P1 (12,54±0,79), P2 (11,87±0,92) dan P3 (12,61±0,48). Perbedaan zona dalam kandang closed house tidak berpengaruh terhadap berat telur, persentase albumin, yolk dan kerabang telur ayam strain Hyline. Dalam pengukuran mikroklimat kandang sebaiknya dilakukan pengukuran lebih teliti lagi pada setiap zonanya agar data yang diperoleh lebih akurat, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi tentang pengaruh perbedaan zona dalam kandang sistem closed house terhadap produksi dan kualitas telur

    Pengaruh Imbangan Acidifier dan Tepung Kunyit (Curcuma domestica) dalam Pakan terhadap Bobot Panen, Persentase Limpa dan Lemak Abdominal Broiler.

    No full text
    Acidifier merupakan asam organik berupa asam sitrat seperti jeruk nipis (asam sitrat alami) maupun asam sitrat sintetik (asam sitrat buatan) yang dapat diberikan atau dicampur dengan pakan maupun dicampur di tempat minum. Penambahan acidifier dalam pakan bermanfaat dalam meningkatkan kecernaan karena adanya peningkatan aktivitas enzim pada sistem pencernaan sehingga mampu meningkatkan asupan nutrisi pakan dan memperbaiki konversi pakan. Kunyit (Curcuma domestica) merupakan salah satu jenis tanaman herbal yang digunakan sebagai pakan tambahan dan telah terbukti memiliki kualitas yang baik apabila ditambahkan ke dalam pakan basal untuk unggas. Kunyit berfungsi terhadap proses konsumsi dan konversi pakan ayam pedaging yang berpengaruh dalam pembentukan daging serta dapat menghasilkan pertambahan berat badan ayam pedaging yang optimal, salah satunya yaitu berpengaruh pada bobot panen. Minyak atsiri yang terkandung dalam kunyit dapat mempercepat pengosongan isi lambung sehingga meningkatkan konsumsi pakan dan PBB. vii Penelitian ini dilaksanakan secara berkelompok di kandang peternakan ayam broiler milik Mas Amir yang berlokasi di Desa Buring, Kecamatan Kedung Kandang, Kabupaten Malang. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2022 sampai dengan 20 Desember 2022. Materi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah a) Tepung kunyit yang didapat dari UPT Materia Medica, Batu, b) Acidifier dengan merk dagang Pros Acid G yang diperoleh dari toko pakan ternak, c) Ayam broiler yang dipelihara sejak DOC hingga umur 35 hari, d) Kandang dan peralatan, serta e) Pakan dan minum. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 6 perlakuan : P0 (Pakan Basal tanpa penambahan), P1 (Pakan Basal + 0% Acidifier + 2% Tepung Kunyit), P2 (Pakan Basal + 0,5% Acidifier + 1,5% Tepung Kunyit), P3 (Pakan Basal + 1% Acidifier + 1% Tepung Kunyit), P4 (Pakan Basal + 1,5% Acidifier + 0,5% Tepung Kunyit), dan P5 (Pakan Basal + 2% Acidifier + 0% Tepung Kunyit) dengan 4 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam broiler. Pengambilan data dilakukan pada akhir pemeliharaan (umur 35 hari). Analisa data menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan jika diperoleh perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan uji dengan menggunakan Duncan's Multiple Range Test (DMRT)

    Pengaruh Pemanfaatan Ekstrak Daun Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii) Sebagai Feed Additive Dalam Pakan Terhadap Karakteristik Usus Ayam Pedaging

    No full text
    Ayam pedaging merupakan salah satu protein hewani yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia. Keunggulan dari ayam pedaging yaitu waktu pemeliharaan yang singkat, pertumbuhan yang cepat, dengan bobot badan panen antara 1,5 – 1,8 kg/ekor dan memiliki FCR yang tinggi. Penambahan feed additive ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmannii) dalam pakan ternak merupakan salah satu alternatif pengganti Antibiotic Growth Promotor. Kayu manis (Cinnamomum burmannii) diketahui mengandung senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan dan antibakteri. Pemanfaatan ekstrak daun kayu manis dalam pakan dimungkinkan dapat mempengaruhi karakteristik usus ayam pedaging. Penelitian ini di kandang milik Bapak Samsul yang berlokasi di Desa Ampeldento, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 1 Agustus sampai 22 Oktober 2020. Pembuatan ekstrak daun kayu manis dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. Pembuatan preparat dilaksanakan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. Pembacaan preparat karakteristik usus berupa tinggi vili, luas permukaan vili dan kedalaman kripta dilaksanakan di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya, Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pemanfaatan ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebagai feed additive dalam pakan terhadap karakteristik usus ayam pedaging dan untuk menentukan persentase yang optimal dalam pemanfaatan ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebagai feed additive dalam pakan terhadap karakteristik usus ayam pedaging. Kegunaan dalam penelitian ini adalah memastikan pemanfaatan ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebagai feed additive dalam pakan bermanfaat terhadap karakteristik usus ayam pedaging dan menentukan persentase yang optimal dalam pemanfaatan ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebagai feed additive dalam pakan terhadap karakteristik usus ayam pedaging. Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu Day Old Chick (DOC) ayam pedaging strain Lohmann yang diperoleh dari PT. Japfa Comfeed yang tidak dibedakan jenis kelaminnya (unsexing) dengan tingkat koefisien keragaman dari bobot badan kurang dari 10%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan langsung dan rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 6 ekor ayam pedaging sehingga jumlah keseluruhan ayam yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 144 ekor. Adapun perlakuan yang diberikan kepada ayam pedaging adalah sebagai berikut : P0 (pakan basal tanpa ekstrak daun kayu manis); P1 (pakan basal + antibiotik zinc bacitracin 0,01%); P2 (pakan basal + ekstrak daun kayu manis 0,25%); P3 (pakan basal + ekstrak daun kayu manis 0,5%); P4 (pakan basal + ekstrak daun kayu manis 0,75%) dan P5 (pakan basal + ekstrak daun kayu manis 1%). Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebagai feed additive dalam pakan memberikan perbedaan pengaruh yang nyata (P0,05). Hasil rataan tinggi vili dari yang tertinggi hingga terendah adalah 694,39 ± 166,58 μm (P1), 682,90 ± 170,17 μm (P4), 668,57 ± 211,67 μm (P3), 621,17 ± 171,52 μm (P0), 609,71 ± 206,45 μm(P2) dan 557,94 ± 277,96 μm (P5). Hasil rataan luas permukaan vili dari yang tertinggi hingga terendah adalah 2377,67 ± 1791,89 μm² (P3), 2043,50 ± 521,80 μm² (P1), 1850,57 ± 679,07 μm² (P0), 1838,59 ± 1456,34 μm² (P5), 1718,97 ± 670,88 μm² (P2) dan 1609,77 ± 479,08 μm² (P4). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan ekstrak daun kayu manis dalam pakan ayam pedaging tidak dapat meningkatkan tinggi vili dan luas permukaan vili usus namun, dapat meningkatkan kedalaman kripta. Penambahan level perlakuan 0,75% ekstrak daun kayu manis pada pakan ayam pedaging memberikan hasil yang terbaik terhadap kedalaman kripta usus halus ayam pedaging. Saran dalam penelitian ini yaitu perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan ekstrak daun kayu manis sebagai feed additive dalam pakan lebih dari 1% dan pengujian kandungan ekstrak daun kayu manis untuk mengetahui zat aktif didalamnya serta pengaruhnya terhadap karakteristik usus ayam pedaging

    Pengaruh Penambahan Tepung Buah Pare (Momordica Charantia) Sebagai Imbuhan Pakan Terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging

    No full text
    Hal yang umum digunakan untuk mengoptimalkan produksi ayam pedaging adalah menambahkan pakan imbuhan atau feed additive dalam pakan. Pemberian imbuhan pakan bertujuan menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan penyakit dan pengaruh stress, merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan daging menjadi baik) dan menambah nafsu makan. Pakan imbuhan yang biasa digunakan adalah antibiotik. Namun penambahan antibiotik dalam pakan dilarang penggunaannya karena dapat menimbulkan residu pada karkas ayam pedaging sehingga membahayakan konsumen. Fitobiotik dapat digunakan sebagai pengganti antibiotik. Fitobiotik merupakan tanaman herbal yang memiliki bahan aktif yang dapat digunakan sebagai antibakteri dan memiliki fungsi dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit serta memperbaiki saluran pencernaan (keseimbangan pH dan mikroflora). Buah pare (Momordica charantia) mengandung bahan aktif berupa flavonoid, saponin dan alkanoid yang memiliki sifat antibakteri. Penambahan tepung buah pare pada pakan diharapkan mampu menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen pada usus halus sehingga penyerapan nutrisi pakan dapat maksimal dan memberikan efek positif terhadap penampilan produksi dan kualitas karkas yang dihasilkan. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Oktober 2020 dan pengambilan data dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2020. Penelitian dilaksanakan secara berkelompok di peternakan milik Bapak Samsul yang beralamatkan di Jl. Tamanu Diharjo No.22, Perum. Griya Sampurna, Desa Ampeldento, Kecamatan Karang Ploso, Malang. Pembuatan tepung buah pare (Momordica charantia) dilaksanakan di UPT Laboratorium Herbal Materia Medika Batu. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penambahan tepung buah pare (Momordica charantia) terhadap persentase karkas, persentase potongan dada, paha, sayap serta persentase deposisi daging dada. Hasil penelitian ini dinharapkan dapat digunakan sebagai sumber kajian ilmiah dan sebagai bahan informasi kepada peternak tentang penggunaan tepung buah pare sebagai imbuhan pakan terhadap kualitas karkas pada ayam pedaging. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam pedaging strain Lohman produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk umur 1 hari sebanyak 150 ekor, unsexed dengan waktu pemeliharaan selama 35 hari. Metode penelitian yang digunakan adalah experimental yang dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 5 kali ulangan, sehingga terdapat 30 unit kandang percobaan. Masing-masing unit kandang percobaan terdapat 5 ekor ayam pedaging. Perlakuan yang diberikan yaitu P0 (Pakan basal + antibiotik (Zinc Bacitracin) 0,01%)), P1 (Pakan basal tanpa tepung buah pare), P2 (Pakan basal + tepung buah pare 0,25%), P3 (Pakan basal + tepung buah pare 0,5%), P4 (Pakan basal + tepung buah pare 0,75%) dan P5 (Pakan basal + tepung buah pare 1%). Variabel yang diamati yaitu persentase karkas, persentase potongan dada, persentase potongan paha, persentase potongan sayap dan persentase deposisi dahing dada. Data penelitian yang didapat dianalisa dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) apabila hasil yang didapat memiliki perbedaan pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung buah pare pada pakan ayam pedaging memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase deposisi daging dada yaitu pada perlakuan P2 (35,95±1,72)% dan P3 (35,24±1,59)%, namun memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap persentase karkas, persentase potongan dada, persentase potongan sayap dan persentase potongan paha. Rataan persentase karkas yang didapat penelitian ini adalah P0 (69,79±1,98)%, P3 (69,88±4,73)%, P1 (70,73±1,28)%, P4 (71,38±0,87)%, P5 (72,24±1,18)% dan P2 (72,78±2,31)%. Rataan persentase potongan dada yang diperoleh adalah P4 (39,54±3,37)%, P0 (41,42±1,61)%, P5 (41,56 ±1,81)%, P1 (42,21 ±2,76)%, P3 (42,41±1,83)% dan P2 (44,75±2,45)%. Hasil persentase potongan dada P2 (27,96±2,00)%, P3 (29,42±1,16)%, P4 (29,49±2,49)%, P0 (29,52±1,44)%, P5 (29,70±1,17)% dan P1 (30,47±1,99)%. Hasil rataan persentase potongan sayap P3 (9,70±0,58)%, P2 (9,72±0,60)%, P1 (9,91±0,91)%, P4 (10,05±0,62)%, P5 (10,23 ± 0,57)% dan P0 (10,23±0,57)%

    Pengaruh Penambahan Tepung Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Terhadap Karakteristik Usus Broiler

    No full text
    Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi dalam memproduksi daging. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas ayam broiler yaitu kesehatan ternak. Pertambahan bobot badan ayam broiler terjadi apabila ternak dalam kondisi yang sehat dan tidak terserang penyakit. Hal yang dilakukan oleh peternak untuk pencegahan penyakit yaitu dengan penggunaan antibiotik. Namun pemakaian antibiotik dapat menyebabkan residu pada ternak yang dapat mengakibatkan resistensi bakteri pada manusia. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk menggantikan antibiotik yaitu tepung daun ketepeng cina (Cassia alata L.). Daun ketepeng cina mengandung senyawa antibakteri dan antijamur yaitu alkaloid, triterpenoid, steroid, tanin, dan flavonoid. Senyawa antibakteri tersebut diharapkan mampu membunuh bakteri patogen pada usus halus sehingga berdampak pada efisiensi pencernaan dan memberikan produksi yang optimal pada ayam broiler. Penelitian dilaksanakan secara berkelompok pada tanggal 6 September - 13 November 2021 di Kelurahan Buring, Kedungkandang dan di Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Proses pembuatan tepung daun ketepeng cina dilakukan di Laboratorium Industri Pakan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Pengukuran panjang usus halus, bobot usus halus, viskositas, dan pH dilakukan di Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun ketepeng cina (Cassia alata L.) terhadap karakteristik usus broiler yang meliputi panjang usus halus, bobot usus halus, viskositas, dan pH. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian ilmiah untuk penelitian selanjutnya serta sebagai sumber informasi mengenai pengaruh penambahan tepung daun ketepeng cina terhadap karakteristik usus broiler. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Day Old Chick (DOC) broiler strain Cobb CP 707 produksi PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. yang tidak dibedakan jenis kelaminnya (unsexing) dan dipelihara selama 35 hari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan atau eksperimental lapang yang dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 20 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 10 ekor ayam broiler sehingga total ayam yang digunakan sebanyak 200 ekor. Adapun perlakuan yang diberikan yaitu P0+ (pakan komersial + 0,1% antibiotik tetrasiklin), P0- (pakan komersial + 0% tepung daun ketepeng cina), P1 (pakan komersial + 0,4% tepung daun ketepeng cina), P2 (pakan komersial + 0,8% tepung daun ketepeng cina), dan P3 (pakan komersial + 1,2% tepung daun ketepeng cina). Variabel yang diamati yaitu panjang usus halus, bobot usus halus, viskositas usus halus, dan pH usus halus. Data penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dari Rancangan Acak Lengkap, apabila hasil yang didapat memiliki perbedaan pengaruh maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung daun ketepeng cina dalam pakan memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata (P0,05). Rata-rata hasil setiap perlakuan untuk panjang usus halus yaitu: Duodenum (28,75-33,50) cm, Jejunum (82,63-88,38) cm, Ileum (85,75-96,13) cm. Rata-rata bobot usus halus dengan isi yaitu: Duodenum (16,88-21,51) g, Jejunum (27,08-31,69) g, Ileum (28,00-33,80) g. Rata-rata bobot usus halus tanpa isi yaitu: Duodenum (13,65-16,36) g, Jejunum (18,72-21,00) g, Ileum (16,29-20,34) g. Serta rata-rata pH usus halus yaitu 5,83-6,58. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan panjang dan bobot usus halus serta penurunan pH usus halus tidak ditentukan oleh adanya penambahan tepung daun ketepeng cina dalam pakan, namun penurunan viskositas usus halus ditentukan oleh adanya penambahan tepung daun ketepeng cina dalam pakan. Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa untuk menurunkan viskositas usus halus ayam broiler sebaiknya dilakukan penambahan tepung daun ketepeng cina dengan dosis 1,2% dari jumlah pakan yang diberikan

    Pengaruh Imbangan Bakteri Asam Laktat (BAL) dan Formula Herbal Sebagai Anti Mikrobial Terhadap Kualitas Telur

    No full text
    Penggunaan antimikroba sebagai imbuhan pakan telah dilarang penggunaannya. Larangan ini tercantum dalam pasal 51 ayat 3 UU 18 Tahun 2009. Penggunaan antimikroba dalam imbuhan pakan dapat menyebabkan residu yang akan berpengaruh pada produk pangan dan keamanan produk pangan. Hal ini karena antimikroba yang digunakan adalah antimikroba berbahan kimia. Perlu adanya upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi hal tersebut, salah satunya adalah dengan manipulasi pakan. Manipulasi pakan yang dapat digunakan adalah mengganti dari penggunaan bahan kimia (antimikroba). Bahan dapat diganti menjadi bahan herbal atau fitobiotik, yang mana bahan pengganti tersebut harus mempunyai peran yang sama sehingga dapat menjadi pengganti dari penggunaan antibiotik pada pakan. Bahan yang dapat digunakan adalah bakteri asam laktat, tepung temulawak dan tepung jahe Kandungan senyawa alami pada temulawak dan jahe dapat menjadi bahan antimikroba dalam imbuhan pakan. Penelitian ini dilaksanakan secara kelompok di peternakan ayam petelur milik Bapak Fauzi yang terletak di Desa Joho, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung pada 1 November sampai 15 Desember 2021. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh imbangan bakteri asam laktat (BAL) dan formula herbal sebagai anti mikrobial terhadap kualitas telur. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian bagi kalangan akademisi dan peneliti adalah sebagai bahan informasi dan kajian ilmiah tentang pengaruh imbangan bakteri asam laktat (BAL) dan formula herbal sebagai anti mikrobial terhadap kualitas telur Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 168 ekor ayam ras tipe petelur umur 35 minggu dengan strain Isa brown produksi PT. Malindo Gresik. Ayam ras petelur dengan memiliki keseragaman egg mass 5,8% . Penelitian ini dilaksanakan selama 45 hari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), apabila terdapat perbedaan antar perlakuan maka dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan’s. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dengan P0 pakan basal ; P1 pakan basal + Tepung jahe 0.25% + tepung temulawak 0,25% + BAL 0,2% ; P2 pakan basal + Tepung jahe 0,50% + tepung temulawak 0,50% + BAL 0,2% ; P3 pakan basal + Tepung jahe 0.75% + tepung temulawak 0,75% + BAL 0,2%. Setiap perlakuan akan diulang sebanyak 6 kali dengan 7 ayam petelur disetiap ulangan. Variabel yang diamati adalah Volume putih telur, volume kuning telur, warna kuning telur dan indeks telur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan bakteri asam laktat 0,2% dan formula herbal 0,25%; 0,5%; 0,75% dalam pakan ayam petelur memberikan perbedaam pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap volume putih telur. Volume putih telur menghasilkan rataan, P0 (38,5 ml), P1 (39,58 ml), P2 (40,29 ml) dan P3 (40,58ml). Kenaikan Volume diduga karena adanya bakteri asam laktat yang membantu kerja dari vili – vili usus halus dalam menyerap nutrisi pada pakan. Minyak atsiri pada formula herbal dapat membantu kerja dari enzim pencernaan. Penambahan bakteri asam laktat 0,2% dan formula herbal 0,25%; 0,5%; 0,75% dalam pakan ayam petelur memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata (P0,05) terhadap volume kuning telur. Volume kuning telur menghasilkan rataan P0 (15,92 ml), P1(16,46 ml), P2 (16,62 ml) dan P3 (16,57 ml). Perubahan volume kuning telur diduga karena kualitas kuning telur dipengaruhi oleh proses pembentukan ovum oleh ovarium disaluran reproduksi. Bakteri asam laktat membantu kerja penyerapan nutrisi pakan yang dilakukan oleh vili – vili usus halus. Flavonoid pada formula berfungsi sebagai antioksidan. Penambahan bakteri asam laktat 0,2% dan formula herbal 0,25%; 0,5%; 0,75% dalam pakan ayam petelur memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap indeks telur. Indeks telur menghasilkan rataan P0 (80,72%), P1(81,09%), P2 (81,74%) dan P3(80,62%). Perubahan nilai indeks telur diduga karena nilai indeks telur dipengaruhi oleh kualitas induk, pakan yang diberikan dan lingkungan. Induk yang berkualitas baik akan menghasilkan telur yang punya kualitas baik, telur akan berbentuk oval. Pakan yang banyak mengandung lemak, protein, kalsium dan fosfor akan membantu dalam proses pembuatan telur. Lingkungan yang tenang akan membuat ayam nyaman, sehingga dapat membentuk telur dengan baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan volume kuning telur dan nilai indeks telur tidak ditentukan oleh imbangan bakteri asam laktat (BAL) dan formula herbal sebagai antimikrobial dalam pakan ayam petelur, namun peningkatan volume putih telur dan nilai warna kuning telur dapat ditentukan oleh adanya imbangan bakteri asam laktat (BAL) dan formula herbal sebagai antimikrobial dalam pakan ayam petelur

    Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus Acidus L. Skeels) Sebagai Feed Additive Dalam Pakan Terhadap Persentase Karkas Ayam Pedaging

    No full text
    Kebutuhan daging ayam di Indonesia sebagai sumber protein hewani semakin lama semakin meningkat karena daging ayam lebih banyak dikonsumsi dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Adanya larangan penggunaan AGP sebagai feed additive dalam pakan dikarenakan dapat mengakibatkan residu pada daging dan resistensi mikroba. Sehingga perlu alternatif pengganti antibiotik, seperti fitobiotik. Tanaman ceremai (Phyllanthus acidus L. Skeels) merupakan salah satu jenis tanaman herbal di Indonesia. Daun ceremai mengandung senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan dan antibakteri yang dapat memperbaiki saluran pencernaan (menjaga keseimbangan pH dan mikroba dalam saluran pencernaan). Oleh karena itu, daun ceremai yang diekstrak berpotensi sebagai feed additive yang ditambahkan dalam pakan. Penambahan ekstrak daun ceremai diharapkan dapat meningkatkan persentase karkas ayam pedaging. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan mahasiswa S2 yang dilaksanakan di kandang milik Bapak v Samsul yang berlokasi di Desa Ampeldento, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Waktu penelitian dilaksanakan pada 1 Agustus sampai 7 Oktober 2020 dan pengambilan data dilaksanakan pada 7 Oktober 2020. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun ceremai sebagai feed additive dalam pakan terhadap persentase karkas ayam pedaging. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai pengaruh penambahan ekstrak daun ceremai sebagai feed additive dalam pakan terhadap persentase karkas ayam pedaging. Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu DOC (Day Old Chick) ayam pedaging umur 1 hari, strain Lohmann, yang tidak dibedakan jenis kelamin (unsexed) dengan tingkat koefisien keragaman kurang dari 10%. DOC diperoleh dari PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. Pemeliharaan ayam pedaging dalam kandang percobaan selama 35 hari kemudian dilakukan pemotongan. Setelah pemotongan, kemudian dilakukan penimbangan dan analisis data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yang dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 6 ekor ayam pedaging, sehingga total ayam pedaging yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 150 ekor. Perlakuan yang diberikan pada hewan coba sebagai berikut = P0: pakan basal (kontrol negatif), P1: pakan basal + antibiotik zinc bacitracin 0,01 % (kontrol positif), P2: pakan basal + ekstrak daun ceremai 1 %, P3: pakan basal + ekstrak daun ceremai 1,5 %, P4: pakan basal + ekstrak daun ceremai 2 %. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dapat diuji berdasarkan besarnya nilai koefisien keragaman dengan kriteria jika nilai koefisien kergaman < 10% maka menggunakan uji jarak berganda Duncan’s (DMRT) α =5% dikarenakan lebih akurat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun ceremai sebagai feed additive dalam pakan memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata (p>0,05) terhadap semua variabel yang diamati meliputi persentase karkas, dada, paha, sayap, dan deposisi dada. Hasil rataan persentase karkas dari yang terendah hingga tertinggi adalah 69,51 ± 2,04% (P0), 69,97 ± 1,90% (P2), 70,02 ± 2,34 (P4), 70,15 ± 2,01% (P1), dan 70,70 ± 2,34% (P3). Hasil rataan persentase dada dari yang terendah hingga tertinggi adalah 38,89 ± 1,97% (P4), 39,42 ± 5,26% (P0), 39,67 ± 1,91% (P1), 40,35 ± 0,49% (P2), dan 40,71 ± 2,62% (P3). Hasil rataan persentase paha dari yang terendah hingga tertinggi adalah 28,43 ± 1,18% (P2), 29,09 ± 1,69% (P1), 30,01 ± 2,36% (P3), 30,24 ± 1,27% (P0), dan 30,63 ± 0,85% (P4). Hasil rataan persentase sayap dari yang terendah hingga tertinggi yaitu 9,89 ± 0,40% (P3), 10,17 ± 0,47% (P4), 10,42 ± 0,43% (P1), 10,67 ± 0,28% (P2), dan 10,70 ± 0,70 (P0). Hasil rataan persentase deposisi dada dari yang terendah hingga tertinggi yaitu 28,96 ± 2,29% (P4), 31,54 ± 0,56% (P1), 31,91 ± 3,80% (P0), 32,36 ± 2,33% (P3), dan 33,06 ± 1,14% (P2). Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa penambahan ekstrak daun ceremai sebagai feed additive dalam pakan ayam pedaging dengan level 1% hingga 2% belum memberikan peningkatan produksi terhadap persentase karkas, persentase dada, persentase paha, persentase sayap, dan persentase deposisi dada ayam pedaging. Saran dari penelitian ini yaitu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penambahan ekstrak daun ceremai sebagai feed additive dengan memperhatikan batasan penggunaannya karena pada level 2% mulai menujukkan penurunan persentase karkas ayam pedaging

    Pengaruh Perbedaan Letak Posisi Dalam Kandang Sistem Closed House Terhadap Egg Surface Area

    No full text
    Ayam ras petelur merupakan komoditi ternak yang menyumbangkan pemenuhan gizi terutama protein bagi masyarakat di Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan akan kebutuhan telur konsumsi. Manajemen pemeliharaan dan perkandangan merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melakukan usaha peternakan. Manajemen pemeliharaan dan perkandangan yang kurang baik dapat menyebabkan cekaman pada ternak sehingga tidak tercapai potensi genetik pada ternak dalam berproduksi. Kandang closed house merupakan solusi untuk memaksimalkan produksi ayam petelur. Kandang sistem tertutup atau closed house merupakan sistem kandang yang sanggup mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap air, gas-gas yang berbahaya seperti CO, CO2 dan NH3 yang ada dalam kandang, tetapi disisi lain dapat menyediakan berbagai kebutuhan oksigen bagi ayam. Kandang closed house jenis tunnel banyak digunakan karena cocok dengan kondisi lingkungan kebanyakan di Indonesia. Tipe kandang ini mengandalakan kondisi lingkungan sekitar dengan dilengkapi exhaust fan dan cooling pad. Udara yang masuk kedalam kandang akan mereduksi suhu, kelembaban, kecepatan udara dan kadar NH3 dari posisi dekat inlet menuju posisi dekat outlet. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa pengaruh perbedaan posisi dalam kandang sistem closed house terhadap egg surface area, kedalaman kantong udara dan berat jenis. Penelitian dilaksanakan di Teaching Farm Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Desa Dadaprejo, Kec. Junrejo Kota Batu. Pengambilan data penelitian dimulai pada tanggal 10- 31 Agustus selama 21 hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan posisi terhadap kualitas ekterior telur (egg surface are, kedalaman kantong udara, dan berat jenis telur) ayam petelur strain hy-line pada kandang system closed house. Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai bahan informasi, referensi dan kajian ilmiah tentang pengaruh perbedaan posisi dalam kandang sistem closed house terhadap egg surface area, kedalaman kantong udara, dan berat jenis telur ayam strain hyline. Penelitian ini menggunkan ayam ras petelur strain hyline sebanyak 96 ekor yang dimulai pada umur 57 minggu dan berakhir pada umur 59 minggu, yang dipelihara pada kandang sistem closed house di Teaching Farm Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang battery dengan ukuran 55 x 35 35cm yang dibagi kedalam 3 letak posisi yang berbeda diantaranya posisi depan yang berdekaatan dengan colling pad (inlet), posisi yang berada di tengah (middle), dan posisi belakang yang berdekatan dengan exhaustfan (outlet). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat pengukur microclimate (anemometer, thermohigrometer, NH3 meter, particle counter), timbang analitik untuk mengukur berat telur, jangka sorong untuk mengukur kedalaman kantong udara dan beaker glass untuk mengukur volume telur. Alat tulis dan laptop yang digunakan untuk menulis data yang diperoleh serta kamera dokumentasi penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan lapang yang dirancang dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian dilakukan dengan ayam umur 57 minggu, masing-masing perlakuan sebanyak 32 ekor yang dibagi menjadi 8 ulangan, sehingga didapat total 96 ulangan dengan pengukuran dilakukan selama 21 hari. Hasil penelitian menunjukan letak posisi yang berbeda dalam kandang closed house tidak menentukan besar egg surface area, kedalaman kantong udara dan berat jenis telur. Rataan dari data yang diperoleh tidak menunjukan pengaruh perbedaan yang nyata. Rataan egg surface area diperoleh pada p1 ±77,21, ±76,68 pada p2 dan ±75,26 pada p3. Kedalaman kantong udara p1 diperoleh ±4,29; p2 ±4,64 dan p3 ±4,32. Berat jenis juga tidak menunjukan adanya perbedaan nyata dari hasil perlakuan meliputi p1 ±1,05; p2 ±1,05 dan p3 ±1,04. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan letak posisi pada kandang closed house tidak menentukan besar egg surface area, kedalaman kantong udara, dan berat jenis. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kandang closed house sudah memenuhi kebutuhan ternak dan kandang termasuk dalam kondisi optimal karena kualitas telur yang diperoleh sudah sesuai standart. Sebaiknya dilakukan penelitian pada kondisi pH darah untuk mengukur tingkat cekaman pada ternak ayam petelur
    corecore