2 research outputs found

    PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN PRIORITAS DI KABUPATEN SUBANG

    Get PDF
    P PP Pembangunan Wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.Pengembangan wilayah pada prinsipnya adalah pembangunan ekonomi di wilayah tersebut. Pengembangan ekonomi daerah pada saat ini lebih mewacana seiring dengan diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Potensi alam yang kaya serta melimpahnya tenaga kerja, sepatutnya menjadi pendorong pembangunan ekonomi. Sayangnya, kebijakan yang ditempuh selama ini tidak berbasiskan pada kerja yang integral. Pengenalan kemampuan (economic foundation) dan potensi alam tidak terangkum dalam kebijakan yang sistematis. Dengan diterapkannya otonomi daerah, sebenarnya dapat mengembangkan peranan daerah menjadi lebih strategis, sehingga memiliki kemampuan dalam memajukan perekonomiannya. Didalam pembangunan wilayah, pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam melakukan analisis tentang pengembangan ekonomi yang terjadi disuatu wilayah. Oleh karena itu, dengan adanya perbedaan potensi sumberdaya alam yang dimiliki tersebut, maka tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan berbeda satu sama lain. Keterbatasan potensi sumberdaya yang dapat dikembangkan untuk pengembangan wilayah akan memerlukan suatu alternatif pengembangan sektor perekonomian yang lebih strategis. Permasalahan ekonomi mendasar yang sering dihadapi oleh wilayah-wilayah yang sedang berkembang yaitu menetapkan sektor prioritas yang sesuai dengan potensi wilayahnya. Pemilihan sektor perekonomian prioritas akan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan sektor basis (faktor yang dominan dalam suatu perekonomian daerah dan memberi pendapatan melalui perdagangan antar daerah) dan mendorong sektor non basis kearah sektor basis. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu analisis untuk menentukan komoditas tanaman pangan yang menjadi prioritas bagi pengembangan ekonomi Kabupaten Subang dengan pendekatan faktor sumberdaya, potensi pasar, serta kebijakan pemerintah Kabupaten Subang. Metoda analisis yang digunakan dalam studi ini terdiri dari tiga metoda yaitu metoda Analytical Hierarchy Process (AHP), metoda Shift and Share dan metoda penampalan (overlay) untuk menentukan kesesuaian lahan pertanian setiap komoditas tanaman pangan. Berdasarkan kondisi eksisting dan analisis yang dilakukan dalam studi ini, maka dihasilkan output yaitu berupa komoditas tanaman pangan prioritas bagi Kabupaten Subang, lokasi ideal bagi pengembangan komoditas tanaman pangan prioritas di Kabupaten Subang, serta rekomendasi begi pihak terkait dalam membantu pengembangan komoditas tanaman pangan prioritas tersebut baik secara umum (Kabupaten Subang) maupun per Kecamatan. Key word : Komoditas tanaman pangan, Prioritas, Kesesuaian lahan komoditas, metoda Analytical Hierarchy Process (AHP) , metoda Shift and Share

    Development of Creative Handicrafts Industrial Zones in Rajapolah District, Tasikmalaya Regency: Spatial Recommendation for Village Areas

    Full text link
    The creative craft industry in Rajapolah District as the main driver of the regional economy in supporting facilities that still concentrated in one particular area. There have been limited studies concerned on  spatial functions in creative spaces. This article addresses the criteria for functions and facilities for the development of creative industrial areas and their application in spatial recommendation for village areas. This research used a quantitative method using instruments on statistical data. Data analysis was divided into three stages namely identification, determining the criteria, and determining spatial functions. The study used the form of production data includes raw materials, labor, product size, product diversity, as well as the distribution of production houses, marketing facilities and education and training. The results showed that the development of creative industrial zones can be identified on criteria functions in the provision of raw materials, production, research and development, and marketing. Some villages have fulfilled the criteria for the function of creative spaces, which are relatively scattered in craft production houses close to the center of village activities. Besides that, it is also relatively far away, however supported by adequate road access. Creative promotion centers in the form of markets, outlets and shops are mostly concentrated on the main road network. Meanwhile, creative education centers in the form of multi-purpose building are relatively concentrated in some villages. Articles contribute to the field of creative industry science which is practically used as a consideration for the government in preparing detailed urban masterplans. Keywords: Creative industry; Handicrafts; Spatial; Development zone   Copyright (c) 2021 Geosfera Indonesia and Department of Geography Education, University of Jember This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Share A like 4.0 International Licens
    corecore