264 research outputs found

    Sifat Pengkaratan Lima Jenis Kayu Asal Ciamis Terhadap Besi

    Get PDF
    Lima jenis kayu yaitu tangkalak (Litsea roxburghii Hassk.), cangkring (Erythrina fusca Lour.), kayu putih (Melaleuca cajuputi Powell.), ki tanah (Zanthoxylen rhetsa D.C.), dan huru leueur (Sterculia cordata Blume.), diuji sifat pengkaratannya terhadap sekrup logam menggunakan metode jam-pot. Contoh uji diambil dari bagian tepi (A), tengah (B), dan dalam (C) dolok dari dua tegakan pohon. Hasilnya menunjukkan bahwa pengkaratan logam terjadi pada semua jenis kayu yang diuji. Intensitas pengkaratannya ditunjukkan dengan besarnya kehilangan berat sekrup yang berbeda-beda. Sifat karat yang kuat terjadi pada kayu putih. Kehilangan berat sekrup tertinggi didapatkan pada kayu putih dari pohon P-II di bagian tengah (B) yakni 2,76%. Sedangkan kehilangan berat sekrup terendah yaitu terjadi pada kayu tangkalak dari pohon P-II di bagian dalam (C) yakni 0,11%). Kehilangan berat sekrup pada tegakan pohon P-I (0,55%) lebih rendah dibandingkan dengan P-II yakni 0,72%. Kehilangan berat sekrup contoh uji bagian tepi (A) dan bagian dalam (C) lebih rendah dibandingkan dengan pada bagian tengah (B)

    Sifat Pengkaratan Besi Pada Sebelas Jenis Kayu

    Full text link
    Sebelas jenis kayu yang berasal dari Cianjur Selatan, Sukabumi, Jawa Barat dan Probolinggo, Jawa Timur di uji sifat pengkaratannya terhadap sekrup logam menggunakan metode jam-pot. Contoh uji diambil dari bagian tepi (A), tengah (B), dan dalam (C) dolok. Hasilnya menunjukkan bahwa pengkaratan logam terjadi pada semua jenis kayu yang diuji. Tingkat pengkaratannya ditunjukkan dengan besarnya kehilangan berat sekrup yang bervariasi. Sifat korosif logam yang besar umumnya terjadi pada kayu ki hiur (Castanopsis acuminatissima A.DC.). Kehilangan berat sekrup tertinggi didapatkan pada kayu ki hiur yang berasal dari bagian dalam yaitu 6,89%. Sedangkan kehilangan berat sekrup terendah terjadi pada bagian dalam kayu huru mentek (Lindera polyantha Boerl.)

    UTILIZATION OF AREN (Arenga pinnata Merr.) SAWMILLING WASTE FOR EDIBLE MUSHROOM CULTIVATION MEDIA

    Get PDF
    Aren (Arenga pinnata Merr.) is a multipurpose tree that can be utilized for palm sugar, alcoholic drinks, beverages and construction wood. The use of aren sawdust has not been studied intensively. This study examines the utilization of aren sawdust as cultivation media for edible mushrooms. Aren sawdust was mixed with rice bran, CaCO3, gypsum, fertilizers and distilled water before sterilization in 30 minutes pressurized autoclave at 1210C and 1.5atm. The mixed media was inoculated with pure cultures containing four mushrooms species (Pleurotus flabellatus, P. ostreatus, P. sajor-caju and Lentinula edodes) and incubated for five weeks to allow mycelium growth producing fruit bodies. The fruit bodies were harvested everyday within four months and examined for its gained mushroom-weight and biological conversion efficiency/BE. The core part of aren trunk was cut into smaller pieces of 10 cm (width) by 5 cm (thickness), by 120 cm (length). Each core sample was bored from the surface inward, creating holes with a particular distance apart. Each hole was inoculated with pure cultures containing 6 mushroom species (four species above, P. cystidiosus and Auricularia polytricha). The inoculated samples were slanted on bamboo support, and placed in a bamboo hut. Harvesting was carried out everyday after the fruiting body became mature and examined for its gained mushroom weight. Results show that the use of sawdust supplemented with nutritious material is more likely to improve the mushroom yield than that of aren sawn-timber core. In this case, the BE values with aren-sawdust media were 21.97-89.45% (P. flabellatus), 15.36-105.36% (P. ostreatus), 63.88-76.86% (P. sajor-caju), and up to 62.88% (L. edodes). Meanwhile, the yields (gained mushroom weight) with aren sawn-timber media were 210g (P. ostreatus), 368g (P. flabellatus), 331g (P. sajor-caju) and 48g (A. polytricha); however, P. cystidiosus and L. edodes inoculated on aren stem core failed to grow

    Ketahanan Lima Jenis Kayu Asal Cianjur Terhadap Jamur

    Get PDF
    Lima jenis kayu kurang dikenal yaitu kayu ki hiur(Castanopsis acuminatissimaA.DC.), huru pedes (Cinnamomun iners Reinw Ex Blume.), huru koja(Litsea angulata Bl.), ki kanteh (Ficus nervosa Heyne), and ki bonem (Horsfieldia glabra Warb.), diuji ketahanannya terhadap sebelas jamur pelapuk menggunakan metode Kolle-flask. Contoh uji setiap kayu diambil dari bagian tepi dan dalam dolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua jenis kayu yang diteliti termasuk kelompok kayu tidak-tahan terhadap jamur (kelas IV). Kehilangan berat kayu bagian dalam lebih rendah yaitu 14,99% dibandingkan dengan kayu bagian tepi dolok yaitu 15,76%, namun kedua bagian tersebut termasuk dalam kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat tertinggi terjadi pada bagian dalam kayu Cinnamomun iners yang diuji dengan P. sanguineus HHBI-324 yaitu 56,19%. Kemampuan jamur dalam melapukkan kayu mulai yang paling tinggi sampai yang rendah adalah Pycnoporus sanguineus HHBI-324, Tyromyces palustris, Trametes sp., Schizophyllum commune, Polyporus sp., Coriolus versicolor, Postia placenta, Lentinus lepideus,P. sanguineus HHBI-8149, Dacryopinax spathularia,dan Chaetomium globosum

    Ketahanan Lima Jenis Kayu Asal Ciamis Terhadap Sebelas Strain Jamur Pelapuk

    Get PDF
    Lima jenis kayu yaitu kayu tangkalak(Litsea roxburghii Hassk.), cangkring (Erythrina fusca Lour.), kayu putih(Melaleuca cajuputi Powell.), ki tanah (Zanthoxylen rhetsa D.C.), dan huru leueur (Sterculia cordata Blume.), diuji ketahanannya terhadap sebelas jamur menggunakan metode Kolle-flask. Contoh uji setiap kayu, masing-masing diambil dari bagian luar dan dalam dolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu tangkalak dan ki tanah termasuk kelompok kayu tahan (kelas II), sedangkan kayu putih, cangkring dan huru leueur termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Ketahanan kayu dari pohon berbeda nampak bervariasi. Pada kelima jenis kayu, pohon pertama (P-I) termasuk kelas III, sedangkan pohon kedua dan ketiga (P-II dan P-III) dikelompokkan ke dalam kelas IV. Kehilangan berat kayu bagian dalam dolok yaitu 9,67% termasuk kelompok kayu agak-tahan (kelas III), lebih rendah dibandingkan dengan kehilangan berat kayu bagian tepi dolok, yaitu 10,67% termasuk dalam kelas IV (kelompok kayu tidak-tahan). Kehilangan berat tertinggi terjadi pada bagian dalam dolok pohon P-I kayu cangkring (E. fusca) yang diuji dengan Pycnoporus sanguineus HHB-324 yaitu 51,9%. Kemampuan fungi untuk melapukkan kayu bervariasi bergantung kepada kayu dan jenis atau strain fungi yang menyerangnya. Kemampuan jamur dalam melapukkan kayu mulai yang tertinggi sampai yang terendah adalah P. sanguineus HHBI-324, P. sanguineus HHBI-348, Polyporus sp. HHBI-209, Trametes sp., Polyporus sp. HHBI-371, Schizophyllum commune, Chaetomium globosum, P. sanguineus HHBI-345,P. sanguineus HHBI-8149,Marasmius sp. dan Dacryopinax spathularia

    Kemampuan Pelapukan 10 Strain Jamur Pada Lima Jenis Kayu Asal Kalimantan Timur

    Get PDF
    Sepuluh strain jamur pelapuk diuji kemampuannya untuk melapukkan lima jenis kayu anggota famili Dipterocarpaceae dengan mengacu SNI 7207:2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Schizophyllum commune merupakan jamur pelapuk putih yang memiliki kemampuan tertinggi, kemudian diikuti oleh Trametes sp., Pycnoporus sanguineus, Tyromyces palustris, Phlebia brevispora, Polyporus sp. HHBI-209, Polyporus sp. HHBI-371, Chaetomium globosum,dan Dacryopinax spathularia, sedangkan kemampuan terendah terdapat pada jamur pelapuk coklat, Lentinus lepideus. Kehilangan berat kayu tertinggi didapatkan pada kayuDipterocarpus glabrigemmatus yang diumpan S. commune, sedangkan kehilangan berat terendah terdapat pada kayuD. glabrigemmatus dan Shorea hopeifolia yang diumpan L. lepideus. Berdasarkan klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan jamur pelapuk maka lima jenis kayu yaitu keruing (Dipterocarpus pachyphyllus, D. stellatus, D. glabrigemmatus), resak (Vatica nitens) dan meranti(S. hopeifolia) termasuk kelompok kayu tahan (kelas II)

    Ketahanan Enam Jenis Kayu Terhadap Jamur Pelapuk

    Full text link
    Enam jenis kayu kurang dikenal yaitu kayu huru kacang (Neolitsea triplinervia Merr.), beleketebe (Sloaneasigun Szysz.), tunggereuk (Castanopsis tunggurrut A.DC.), ki endog (Acer niveumBl.), huru mentek (Linderapolyantha Boerl.) dan mimba (Azadirachta indica Juss.), diuji ketahanannya terhadap jamur menggunakan metode Kolle-flash. Contoh uji setiap kayu diambil dari bagian luar dan dalam dolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa A. indicadikelompokkan ke dalam kayu tahan (kelas II), C. tunggurrut dan L. polyanthatermasuk kelompok kayu agak-tahan (kelas III), sedangkan N. triplinervia,S. sigun dan A. niveum termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat kayu bagian dalam lebih rendah yaitu 8,26% (termasuk kelas III) dibandingkan dengan kayu bagian luar dolok yaitu 12,40%, yang termasuk dalam kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat tertinggi terjadi pada bagian tepi kayu N. triplinervia yang diuji dengan P. sanguineus HHB-324 yaitu 54,8%

    PEN GAWETAN KAYU MANGIUM SECARA RENDAMAN PANAS-DINGIN DENGAN BAHAN PENGAWET BORON DAN CCB

    Get PDF
    Wood materials from plantation timber, among others is mangium (Acacia mangium Willd.) are supposed to be more susceptible to the wood-degrading organisms. This situation can expectedly be overcome by improving wood durability through a proper preservation. Previous study of the preservation of mangium wood was only by cold soaking treatment, using boron preservative. In order to provide a complete practical guidance of wood preservation, it would be necessary to study the preservation of such mangium by hot-cold treatment with not only boron but also CCB (copper-chrome-boron) preservatives. Mangium wood samples, after reaching their air-dry condition in block-shaped size measuring 5cm by 5cm by 100cm were treated by hot-cold soaking separately in solution of boron and CCB preservatives, varying at consecutively 5 percent, 7,5 percent and 10 percent. The treatment in this regard was implementing a particular schedule, which involved the regulation of soaking durations and temperatures. The durations in the hot-soaking stage for each preservative strength were 1 hour, 2 hours and 3 hours, with the temperature maintained at 65 to 70 °C. In the following cold-soaking stage, the durations were fixed for one day. The results showed that mangium wood treated with hot-cold soaking in either boron or CCB solution and implementing such particular schedule was only applicable for indoor uses, i.e. being under the roof utilization without ground contact. In this matter, the optimum strength for boron as well as CCB preservatives was 10 percent whereby the durations of hot-soaking stage were from one and three hours, followed by cold-soaking stage for one day

    Ketahanan Lima Jenis Kayu terhadap Tigabelas Jamur Perusak Kayu

    Full text link
    Ketahanan lima jenis kayu yang berasal dari Jawa Barat diuji terhadap 13 jamur Perusak menggunakan standar DIN 52176 yang telah dimodifikasi. Contoh uji kayu dibagi dalam dua kelompok secara radial, yaitu bagian tepi dan dalam dolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu marasi (Hymenaea courbaril L.) termasuk kelompok kayu agak-tahan (kelas III), sedangkan kayu asam jawa (Tamarindus indica L.), balobo (Diplodiscus sp. (?), kundang (Ficus variegata Bl.) dan kendal (Ehretia accuminata R. Br.) termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Berdasarkan dua kelompok contoh uji, kehilangan berat kayu bagian dalam sebesar 10,4%, yang lebih rendah dibandingkan dengan kayu bagian tepi dolok sebesar 12,4%. Kedua bagian dalam dan tepi dolok tersebut termasuk kelas ketahanan yang sama yaitu kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat tertinggi terjadi pada kayu kundang bagian dalam yang diletakkan pada biakan jamur Pycnoporus sanguineus HHB-324 (40,5%). Sedangkan kehilangan berat terendah terjadi pada kayu kendal bagian dalam yang diletakkan pada biakan jamur Dacryopinax spathularia (1,1%). Berdasarkan kemampuan melapukkan kayu, kemampuan tertinggi dijumpai pada Pycnoporus sanguineus HHB-324
    • …
    corecore