31 research outputs found

    Managing Studentsā€™ Math-Anxiety Through Humanistic Mathematics Education

    Get PDF
    Prior to the national examination, there are many students and/or their parents often anxious excessively. Especially for math class, students often feel anxious not only at the time of the exam, but also long before the exam. Actually, not all anxiety is bad. Anxiety, within certain limits, can be managed so that it will turn into an intrinsic motivation that can help students perform better. There are several reasons why students have anxiety about math. One of the reasons is an authoritarian teacher. Another reason of anxiety for students to learn mathematics is from the students themselves, such as low self-esteem or lack of confidence. Low self-esteem or lack of confidence can be generated by previous negative experiences when they learned mathematics. There are many studies showing a negative correlation between mathematics anxiety and mathematics learning achievement. The question then is: what can be done by a math teacher to help students manage their anxiety? One possible way, teachers can help students to manage their anxiety by implementing humanistic teaching and learning. This paper will discuss how to manage the anxiety of students in learning mathematics through a humanistic mathematics education. Key words: math-anxiety, humanistic mathematics education

    Strategi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Masalah

    Get PDF
    Guru atau dosen berkewajiban untuk menjamin hak setiap siswa atau mahasiswa untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna. Untuk dapat menjamin hak setiap siswa/mahasiswa tersebut, guru/dosen perlu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang dapat mengatasi masalah sebagai akibat keheterogenan siswa/mahasiswa yang ada. Untuk guru/dosen matematika, salah satu solusinya adalah dengan melaksanakan pembelajaran dalam kelompok kecil, menggunakan strategi pembelajaran kolaboratif berbasis masalah. Ide pembelajaran kolaboratif berpangkal pada pendapat dari Sato (2007) yaitu bahwa pembelajaran haruslah ā€œmelampaui batas dan melompatā€ melalui kolaborasi. Landasan teoritis untuk strategi pembelajaran kolaboratif berbasis masalah adalah teori konstruktivisme, khususnya teori konstruktivisme sosial dari Vygotsky, terutama pada konsep tentang ZPD, dan dipadu dengan konsep scaffolding dari Bruner, yang menekankan pentingnya interaksi sosial untuk membantu siswa memperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Belajar ā€melampaui batas dan melompatā€ dengan bantuan teman dan guru, adalah konsep ZPD dan scaffolding. Strategi pembelajaran kolaboratif berbasis masalah, mempunyai karakteristik: (1) Pembelajaran dipandu oleh masalah yang menantang, (2) Sebelum para siswa/mahasiswa belajar dalam kelompok, mereka diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang diberikan oleh guru/dosen dan merancang strategi penyelesaiannya beberapa saat secara mandiri, kemudian dipersilahkan belajar dalam kelompok (4 -6 orang) untuk mengklarifikasi pemahaman mereka, mengkritisi ide/gagasan teman dalam kelompoknya, membuat konjektur, memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah yang diberikan, dengan cara saling bertanya dan beradu argumen, (3) Setelah belajar dalam kelompok, siswa/mahasiswa menyelesaikan masalah yang diberikan guru/dosen secara individual, (4) Guru/dosen mengambil peran sebagai fasilitator, yang berkewajiban memfasilitasi jalannya diskusi kelompok dengan memberi pertanyaan pancingan untuk menghidupkan kolaborasi, (5) Beberapa siswa/mahasiswa yang diberi kesempatan mempresentasikan penyelesaian masalahnya di depan kelas tidak dalam peran mewakili kelompok. Kata kunci: pembelajaran, kolaboratif, berbasis masala

    MATHEMATICAL COMMUNICATION SKILLS FOR POSTGRADUATE STUDENT OF PRIMARY EDUCATION STUDY PROGRAM: A CASE STUDY

    Get PDF
    The purpose of the research is to identify which aspects of the communication skills of the postgraduate student of Primary Education Study Program that needs to be improved. The subjects of the research were 30 students of Postgraduate Student of Primary Education Study Program, State University of Yogyakarta, Indonesia, who took Mathematics course from September to December, 2014. The instruments used to collect the data were in form of Mathematics questions/problems. There were 3 times tests over a period of September ā€“ December 2014, each consists of 3 questions. There were 4 aspects that were assessed, namely: (1) the accuracy, coherently, and clarity of the reasons used in answering the question; (2) the clarity of the drawing/illustrations used; (3) The appropriateness and the completeness of mathematical models/equations used, and (4) the accuracy of the phrase used in answering the question. This research shows: (1) The mathematical communication skills of the postgraduate student of Primary Education Study Program, Yogyakarta State University, who were the subject of this research are classified as "medium"; (2) The accuracy, coherently, and clarity of the reasons used in answering the question and the accuracy of the phrase used in answering the question tend to be in the category of "medium" constantly; (3) The clarity of the drawing/illustrations used and the appropriateness and the completeness of mathematical models/equations used has a tendency to be included in the high category. Thus, aspects that still need to be improved mainly are: (1) ) The accuracy, coherently, and clarity of the reasons used in answering the question; and (2) The accuracy of the phrase used in answering the question. Key words: communication, mathematics, postgraduate, primary, educatio

    MENGEMBANGKAN KEYAKINAN SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIK

    Get PDF
    Banyak faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam matematika. Salah satu di antara faktor tersebut adalah masih banyak siswa yang berkeyakinan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan sangat abstrak. Bagaimanapun, para guru memegang peran penting dalam membangun keyakinan (belief) siswa terhadap matematika. Apa yang diyakini siswa, sebagian besar berdasarkan pengalaman yang diperolehnya selama belajar matematika. Oleh karena itu, pengalaman belajar matematika yang menyenangkan, beragam, dan konstruktivis, sangat penting untuk menumbuhkan keyakinan yang positip terhadap matematika, khususnya di Sekolah Dasar. Pendidikan Matematika Realistik (PMR) menawarkan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang berpangkal pada falsafah bahwa mathematics as a human activity. Dengan falsafah yang demikian, menjadikan PMR sebagai pendekatan pembelajaran matematika yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan pembelajaran konvensional. Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR untuk siswa Sekolah Dasar terbukti menjadikan pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan. Siswa memperoleh kesempatan yang cukup untuk mengonstruksi atau menemukan pengetahuan matematikanya, melalui kegiatan yang dirancang guru, interaksi dengan temannya, dan bimbingan yang tepat dari gurunya. Pembelajaran dengan pendekatan yang demikian diyakini akan mampu mengembangkan keyakinan siswa SD terhadap matematika

    PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG HUMANIS: MEMBANGUN KARAKTER GURU, KARAKTER SISWA, DAN KARAKTER BANGSA

    Get PDF
    Untuk dapat berkontribusi nyata terhadap pembangunan karakter bangsa, seorang guru/dosen, termasuk guru/dosen matematika, harus mampu menjadi sosok panutan yang berkarakter dan berkompeten secara pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Kesediaan untuk terus menerus belajar dengan setulus hati dan sepenuh semangat, minimal untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan belajar untuk semakin profesional dalam profesinya sebagai guru/dosen, akan menjadikan seorang guru/dosen pantas menjadi sosok panutan. Salah satu kegiatan yang direkomendasikan sebagai forum bagi guru/dosen untuk saling belajar dan yang berpotensi membangun karakter para guru/dosen adalah kegiatan Lesson Study. Karena salah satu strategi pembangunan karakter di tingkat satuan pendidikan adalah melalui pengintegrasian pendidikan karakter kedalam kegiatan pembelajaran, maka para guru/dosen matematika dapat memilih pendekatan, strategi, atau model pembelajaran yang berpotensi mengembangkan nilai-nilai karakter siswa/mahasiswa. Melalui pemilihan konteks yang tepat, kegiatan pembelajaran yang sesuai, teladan yang diberikan, dan yang dilaksanakan dengan memperhatikan sisi-sisi manusiawi para siswa/mahasiswa, maka besar kemungkinan karakter siswa/mahasiswa akan terbangun selama kegiatan belajar-mengajar. Pembelajaran matematika yang memperhatikan sisi-sisi manusiawi siswa atau mahasiswalah, yang dikenal dengan nama Pembelajaran Matematika yang Humanis, yang direkomendasikan untuk digunakan guru dan dosen mengembangkan karakter siswa atau mahasiswa. Dengan melaksanakan pembelajaran matematika yang humanis, ditambah dengan ketulusan hati dan kobaran semangat untuk bersedia terus menerus belajar, seorang guru/dosen akan berkontribusi nyata terhadap pembangunan karakter bangsa melalui pembangunan karakter dirinya dan karakter siswa/mahasiswa. Kata kunci: karakter, siswa, guru, bangsa, matematika, humani

    Mengembangkan Softskill Mahasiswa Calon Guru Matematika Melalui Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah

    Get PDF
    Soft skill meliputi ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan ketrampilan dalam mengatur diri sendiri (intra personal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Soft skill mahasiswa calon guru matematika perlu dikembangkan selama perkuliahan agar kelak mereka menjadi guru matematika yang berkompeten dan sukses dalam karir maupun dalam hidup bermasyarakat. Empat kunci penting agar pelaksanaan perkuliahan menggunakan strategi kolaboratif berbasis masalah dapat menjadi kegiatan belajar-mengajar yang berpotensi mengembangkan beberapa soft skill mahasiswa adalah: (1) pemilihan masalah; (2) pembentukan kelompok; (3) pemberian kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar secara mandiri sebelum dan sesudah diskusi kelompok; dan (3) peran dosen sebagai fasilitator. Masalah matematika yang kontekstual, realistik, dan open-ended , dapat menjadi pilihan untuk mengembangkan empati atau kepedulian mahasiswa terhadap sesama, negara, dan lingkungan. Diskusi yang intensif dalam tim yang heterogen berpotensi melatih kesabaran, ketangguhan, kepercayaan diri, dan kemampuan mahasiswa dalam berargumentasi. Kelompok belajar yang heterogen berpotensi mengembangkan ketrampilan mahasiswa dalam berinisiatif, beradaptasi, berinteraksi sosial, dan bekerja dalam tim. Pemberian kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar secara mandiri sebelum dan sesudah diskusi kelompok berpotensi mengembangkan kemandirian belajar dan tanggung jawab. Peran dosen sebagai fasilitator, yang mampu melakukan interfensi atau memberi bantuan kepada mahasiswa atau kelompok mahasiswa tepat waktu dan sasaran, sangat memungkinkan berkembangnya sifat-sifat baik seorang mahasiswa, khususnya dalam semangat, common sense, rasa humor, integritas, pengelolaan waktu, dan motivasi. Kata kunci: soft skill, matematika, kolaboratif berbasis masala

    Membangun Komunitas Belajar Bagi Guru Matematika Melalui Lesson Study

    Get PDF
    Menghadapi tantangan yang semakin banyak, para guru matematika sangat memerlukan forum yang mampu menjadi forum saling belajar diantara mereka. Forum yang demikian, yang saat ini sangat terkenal di Jepang, dinamakan Lesson Study. Lesson Study adalah kegiatan kolaboratif dari sekelompok guru untuk secara bersamaā€sama: (1) merencanakan pembelajaran (plan), (2) salah seorang guru melaksanakan pembelajaran di depan kelas dan guru lain mengamati jalannya proses pembelajaran (do), dan (3) melakukan refleksi atau melihat lagi (see) pembelajaran yang telah dilaksanakannya, guna menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran yang mungkin muncul, agar pembelajaran berikutnya dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan lebih baik. Selama ini forum MGMP Matematika sebenarnya dapat dipandang sebagai komunitas belajar bagi guru matematika. Namun jika ditinjau dari intensitas kegiatannya, nampaknya untuk dapat benarā€benar menjadi suatu komunitas belajar, kegiatan di MGMP masih harus diintensifkan, sedemikian hingga setiap anggotanya secara aktif saling belajar sesuatu dalam forum yang diselenggarakannya, dengan tujuan untuk meningkatkan keprofesionalan mereka dalam mengajar, agar siswa dapat belajar dengan optimal. Jika forum MGMP belum cukup mampu menjadi suatu komunitas belajar bagi guru, maka sekolahlah yang seharusnya menjadi tempat komunitas belajar berkembang. Diprakasai kepala sekolah, didukung lingkungan yang kondusif, adanya tekad dan semangat diantara para guru untuk maju secara bersamaā€sama, adanya kesediaan para guru untuk saling berbagi pengetahuan, ketrampilan, dan masalahā€masalah pembelajaran matematika yang dihadapinya sehariā€hari, adanya komitmen yang tinggi dari para guru untuk mengatasi masalah pembelajaran matematika yang ada di sekolah tersebut (seperti rendahnya motivasi dan prestasi belajar matematika siswa) secara bersamaā€sama, adalah halā€hal yang akan sangat mendukung terbangunnya komunitas belajar bagi guru matematika di sekolah tersebut. Melalui kegiatan Lesson Study para guru akan dapat membangun komunitas belajar untuk meningkatkan keprofesionalan mereka. Kata kunci: komunitas belajar, lesson stud

    KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA: APA dan BAGAIMANA MENGEMBANGKANNYA

    Get PDF
    Suatu soal atau pertanyaan merupakan suatu masalah apabila soal atau pertanyaan tersebut menantang untuk diselesaikan atau dijawab, dan prosedur untuk menyelesaikannya atau menjawabannya tidak dapat dilakukan secara rutin. Pemecahan masalah adalah proses yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Selain empat langkah pemecahan masalah matematika yang terkenal yang dikemukakan oleh G. Polya, dalam bukunya ā€How to Solve Itā€, terdapat juga model pemecahan masalah yang disebut dengan Bransfordā€™s IDEAL model dan Gick model. Mahasiswa calon guru matematika harus cukup mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya dalam pemecahan masalah, mengingat termasuk di dalam tugasnya nanti ketika menjadi guru adalah membimbing siswa belajar memecahkan masalah matematika. Mengajarkan bagaimana menyelesaikan masalah merupakan kegiatan guru untuk memberikan tantangan atau motivasi kepada para siswa agar mereka mampu memahami masalah tersebut, tertarik untuk memecahkannya, mampu menggunakan semua pengetahuannya untuk merumuskan strategi dalam memecahkan masalah tersebut, melaksanakan strategi itu, dan menilai apakah jawabannya benar. Melalui perkuliahan berbasis masalah (PBL), mahasiswa calon guru matematika dapat dikembangkan kemampuannya dalam pemecahan masalah. Ada banyak mata kuliah di Program Studi Pendidikan Matematika yang cocok diberikan menggunakan pendekatan PBL. Salah satu diantaranya adalah Matematika Diskret. Di dalam makalah ini diberikan contoh implementasi PBL dalam mata kuliah Matematika Diskret. Untuk dapat menjadi wahana pengembangan kemampuan pemecahan masalah, maka bahan ajar untuk mata kuliah Matematika Diskret dirancang secara khusus sedemikian hingga mahasiswa dapat belajar konsep tertentu melalui masalah yang diselesaikannya, sekaligus akan menjadi trampil menyelesaikan masalah matematis yang beragam. Kata Kunci: pemecahan masalah, mahasisw

    MENGEMBANGKAN KECAKAPAN MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PERKULIAHAN KOLABORATIF BERBASIS MASALAH

    Get PDF
    Minimal ada 5 kecakapan matematis (mathematical proficiency) yang perlu dipunyai seorang siswa agar sukses belajar matematika. Kelima kecakapan tersebut adalah: (1) pemahaman konseptual (conceptual understanding); (2) kelancaran prosedural (procedural fluency); (3) kompetensi strategis (strategic competence); (4) penalaran adaptif (adaptive reasoning); dan (5) disposisi produktif (productive disposition). Guru matematika berkewajiban memfasilitasi berkembangnya lima kecakapan matematis tersebut pada diri setiap siswa yang diajarnya. Untuk dapat menjadi seorang guru matematika yang mampu mengembangkan kecakapan matematis pada diri siswa maka setiap mahasiswa calon guru matematika terlebih dahulu harus menguasai lima kecakapan matematis tersebut. Strategi perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah bagi mahasiswa calon guru matematika dapat menjadi pilihan untuk mengembangkan kecakapan matematis mahasiswa. Pada makalah ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan pemahaman konseptual, kelancaran prosedural, kompetensi strategis, penalaran adaptif dan disposisi produktif, serta bagaimana cara mengembangkannya pada diri mahasiswa calon guru matematika melalui strategi perkuliahan kolaboratif berbasis masalah. Kata kunci: kecakapan matematis (mathematical proficiency), mahasiswa, kolaboratif berbasis masala
    corecore