Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
Abstract
Guru atau dosen berkewajiban untuk menjamin hak setiap siswa atau mahasiswa untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna. Untuk dapat menjamin hak setiap siswa/mahasiswa tersebut, guru/dosen perlu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang dapat mengatasi masalah sebagai akibat keheterogenan siswa/mahasiswa yang ada. Untuk guru/dosen matematika, salah satu solusinya adalah dengan melaksanakan pembelajaran dalam kelompok kecil, menggunakan strategi pembelajaran kolaboratif berbasis masalah. Ide pembelajaran kolaboratif berpangkal pada pendapat dari Sato (2007) yaitu bahwa pembelajaran haruslah “melampaui batas dan melompat” melalui kolaborasi.
Landasan teoritis untuk strategi pembelajaran kolaboratif berbasis masalah adalah teori konstruktivisme, khususnya teori konstruktivisme sosial dari Vygotsky, terutama pada konsep tentang ZPD, dan dipadu dengan konsep scaffolding dari Bruner, yang menekankan pentingnya interaksi sosial untuk membantu siswa memperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Belajar ”melampaui batas dan melompat” dengan bantuan teman dan guru, adalah konsep ZPD dan scaffolding.
Strategi pembelajaran kolaboratif berbasis masalah, mempunyai karakteristik: (1) Pembelajaran dipandu oleh masalah yang menantang, (2) Sebelum para siswa/mahasiswa belajar dalam kelompok, mereka diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang diberikan oleh guru/dosen dan merancang strategi penyelesaiannya beberapa saat secara mandiri, kemudian dipersilahkan belajar dalam kelompok (4 -6 orang) untuk mengklarifikasi pemahaman mereka, mengkritisi ide/gagasan teman dalam kelompoknya, membuat konjektur, memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah yang diberikan, dengan cara saling bertanya dan beradu argumen, (3) Setelah belajar dalam kelompok, siswa/mahasiswa menyelesaikan masalah yang diberikan guru/dosen secara individual, (4) Guru/dosen mengambil peran sebagai fasilitator, yang berkewajiban memfasilitasi jalannya diskusi kelompok dengan memberi pertanyaan pancingan untuk menghidupkan kolaborasi, (5) Beberapa siswa/mahasiswa yang diberi kesempatan mempresentasikan penyelesaian masalahnya di depan kelas tidak dalam peran mewakili kelompok.
Kata kunci: pembelajaran, kolaboratif, berbasis masala