8 research outputs found

    An Assessment of Mangrove Rehabilitation Programs in Bolaang Mongondow Selatan Regency, North Sulawesi

    Get PDF
    While the results of many mangrove rehabilitation efforts have not been optimal due to various factors, the rate of mangrove forest deforestation remains high in Indonesia. This research was designed to test the principle “planting certain mangrove seedlings on suitable habitat would be survived”. The test was based on an assessment of six locations in Bolaang Mongondow Selatan Regency where mangrove rehabilitation programs were implemented. This assessment was conducted by using a spot check method to analyze any variables associated with plantation area feasibility, and the use of a participative approach to collect additional information. Results from this study confirmed that mangrove seedlings have to be planted on the right habitat and that the implemented rehabilitation programs have followed a try and error or speculative approach, and have not been supported by sufficient technical and theoretical competencies. Keywords: artificial plantation, natural regeneration, mangrove, rehabilitation Deforestasi hutan mangrove di Indonesia berlangsung cepat, sementara itu banyak upaya rehabilitasi belum memberikan hasil yang optimal karena berbagai faktor. Penelitian ini menguji secara khusus prinsip “benih yang ditanam di tempat yang cocok akan tumbuh”, melalui penilaian enam lokasi program rehabilitasi mangrove di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Penilaian dilakukan menggunakan metode pengecekan lapangan (on spot check) untuk menganalisis variabel-variabel yang berkaitan dengan kelayakan lahan tanam, dan pengumpulan informasi melalui pendekatan partisipatif. Hasil penelitian menegaskan bahwa “jenis bibit yang ditanam harus sesuai dengan lahan tanam”. Upaya penanaman yang dilakukan masih menggunakan pendekatan coba-coba atau spekulatif, dan tidak didukung pemahaman teknis maupun teoritis yang memadai

    Studi Perubahan Lahan Pantai Kolongan Di Kelurahan Malalayang Dua Kota Manado

    Get PDF
    TeridentifikasiPantai Kolongan telah dimanfaatkan secara intensif, salah satunya yaitu dengandibangunnya bangunan pelindung pantai T-groins.Efektivitas peran bangunan pelindung pantai T-groinsdalam meredamaksi faktor hidro-oseanografi serta menjalankan fungsinya dalam menangkapsedimen, merupakan faktor yang dikaji dalam studi ini. Diketahui bahwa faktorhidro-oseanografi sebagai agen geomorfik, merupakan kontributor terbesar dalamproses perkembangan suatu lahan pantai. Penelitian ini dilakukan dengan caramengamati kondisi lahan pantai dan menganalisis perubahan lahan pantai melaluipengamatan citra google sertamenganalisis karakteristik arus yang terjadi pada lahan yang diobservasi. Hasil penelitian menunjukkan T-groinsmelindungi lahan pantai dibelakangnya. Hal ini ditunjang dengan hasil pengukurankemiringan lereng yang menunjukkan keberadaan lereng pantai yang cenderungdatar danlandai. Berdasarkan hasil analisis granulometri sedimen, Pantai Kolongansementara atau sedang dalam proses pendeposisian sedimen. Data hasil pengukuran arus di Pantai Kolongan bervariasi di setiap titikpengamatan, dengan kisaran kecepatan arus 0,08 knot – 0,47 knot saat pasang dan0,27 knot – 0,55 knot saat surut

    Studi Perubahan Lahan Pantai Kolongan Di Kelurahan Malalayang Dua Kota Manado

    Full text link
    TeridentifikasiPantai Kolongan telah dimanfaatkan secara intensif, salah satunya yaitu dengandibangunnya bangunan pelindung pantai T-groins.Efektivitas peran bangunan pelindung pantai T-groinsdalam meredamaksi faktor hidro-oseanografi serta menjalankan fungsinya dalam menangkapsedimen, merupakan faktor yang dikaji dalam studi ini. Diketahui bahwa faktorhidro-oseanografi sebagai agen geomorfik, merupakan kontributor terbesar dalamproses perkembangan suatu lahan pantai. Penelitian ini dilakukan dengan caramengamati kondisi lahan pantai dan menganalisis Perubahan lahan pantai melaluipengamatan citra google sertamenganalisis karakteristik arus yang terjadi pada lahan yang diobservasi. Hasil penelitian menunjukkan T-groinsmelindungi lahan pantai dibelakangnya. Hal ini ditunjang dengan hasil pengukurankemiringan lereng yang menunjukkan keberadaan lereng pantai yang cenderungdatar danlandai. Berdasarkan hasil analisis granulometri sedimen, Pantai Kolongansementara atau sedang dalam proses pendeposisian sedimen. Data hasil pengukuran arus di Pantai Kolongan bervariasi di setiap titikpengamatan, dengan kisaran kecepatan arus 0,08 knot – 0,47 knot saat pasang dan0,27 knot – 0,55 knot saat surut

    Karakteristik Arus Di Perairan Sekitar Kawasan Kelurahan Sario Tumpaan Teluk Manado

    Get PDF
    Sejak era 1990anpembangunan di Kota Manado mulai difokuskan di wilayah pesisir. Kegiatan reklamasimemberikan dampak terhadap pergerakan massa air terutama di kawasan pantai padaskala tertentu. Pemantauan secara berkala terhadap kondisi oseanografiskawasan pantai sekitar lahan reklamasi dipandang penting dilakukan untuk mencermatisejauh mana Perubahan telah terjadi dengan menentukan arah dan kecepatan arus sertamenganalisis dinamika arus yang berlaku saat bulan kuartir akhir dan bulan purnama. Denganmenerapkan metode lagrangian ditemukan beberapa hal penting terkaitkarakteristik arus yang berlaku pada kawasan yang diobservasi. Pada periode bulan kuartir akhir, kecepatanresultan arus yang terukur saat surut dan pasang bervariasi diantara 0,70sampai 1,40 knot. Saat surut arus mengarah ke Barat dan Barat Laut sedangkansaat pasang mengarah ke Barat dan Barat Daya. Pada periode bulan Purnama kecepatan resultan arus yang terukur saatsurut dan pasang bervariasi diantara 0,70 sampai 1,09 knot. Saat surut umumnya arus mengarah ke BaratLaut dan Utara, berbeda dengan waktupasang dimana arah arus ke Barat. Araharus di perairan Sario Tumpaan saat pergerakan air pasang dan surut selalumengarah ke laut dengan arah relatif ke Barat Daya, Barat dan Barat Laut

    Structure Of The Mangrove Community In Meras Beach, Bunaken District, Manado City, North Sulawesi

    Get PDF
    Meras is one of the sub-districts with high potential for coastal areas, located in Bunaken District, is the largest sub-district in Manado city, North Sulawesi, has a variety of complete coastal ecosystems such as mangrove forests. The potential of mangrove forests along the Meras coast in the northern part of Bunaken National Park has an important role in terms of ecology and economy as well as an important asset to be maintained and preserved. This study aims to determine the structure of the mangrove community and the current mangrove area. This research was conducted on May 29, 2021, carried out using the quadratic method. The results showed that the highest species density was Sonneratia alba with a value of 900 trees/ha with a relative density of 61.4%, while the lowest species density was Rhizophora mucronata (33 ind/ha) with a relative density of 2.3%. Furthermore, the highest frequency was found in the species Sonneratia alba and Avicenia marina with the same relative frequency value of 38%. Meanwhile, the species with the highest dominance value was Nypa fruticant, with a relative dominance value of 39.9%, and the species with the lowest value, Bruguiera gymnorhiza, with a relative dominance value of 4.6%. The results of the calculation of the mangrove area on the Meras beach are 53.9 hectares.Keywords: Meras Beach; Mangrove; Community StructureAbstrakHutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Kelurahan Meras adalah salah satu Kelurahan dengan potensi wilayah pesisir yang tinggi, terletak di Kecamatan Bunaken, merupakan wilayah kecamatan terluas di kota Manado Sulawesi Utara yang memiliki beranekaragam ekosistem pesisir yang lengkap yang salah satunya adalah hutan mangrove. Potensi  hutan  mangrove yang terdapat  di sepanjang  pesisir pantai Meras wilayah Taman Nasional Bunaken bagian utara yang masih menyimpan hutan mangrove, memiliki peran penting baik itu dari segi ekologi maupun ekonomi yang merupakan salah satu aset yang penting untuk  dijaga dan dilestarikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana struktur komunitas mangrove dan berapa luasan mangrove yang tersisa saat ini. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2021, dilakukan di kawasan mangrove Pantai Meras, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara. Metode yang di gunakan yaitu metode kuadrat (quadrat methods) untuk mengetahui struktur komunitas mangrove. Berdasarkan hasil dari ke-3 zona menunjukkan  bahwa kerapatan jenis tertinggi dimiliki oleh Sonneratia alba dengan nilai 900 pohon/ha dengan kerapatan relatif jenis 61,4%, sedangkan kerapatan spesies terendah yaitu spesies Rhizophora mucronata (33 ind/ha) dengan nilai kerapatan relatif spesies yaitu 2,3%. Selanjutnya frekuensi tertinggi terdapat pada spesies Sonneratia alba dan Avicenia marina  dengan nilai frekuensi relatif yang sama sebesar 38%. Sedangkan  spesies yang memiliki nilai dominasi paling tinggi Nypa fruticant yaitu dengan nilai dominasi relatif 39,9% dan spesies yang yang memiliki nilai paling rendah Bruguiera gymnorhiza yaitu dengan nilai dominasi relatif 4,6%. Hasil perhitungan luas mangrove di pantai Meras 53,9 hektar.Kata kunci: Pantai Meras, Mangrove, Struktur Komunita

    IDENTIFIKASI SAMPAH ANORGANIK PADA EKOSISTEM MANGROVE PANTAI TASIK RIA KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA

    Get PDF
    Threats to the marine and coastal environment are increasing due to the increasing population and increasing exploitation of the population on the coast. If the garbage is thrown into the river or thrown directly into the sea, it will eventually result in a reduction in the beauty of the coastal area, the sea and the mangrove ecosystem. Inorganic waste with the type of plastic will not be separated from everyday life, due to the increasing number of people in the world. Therefore, the demand for and consumption of plastic-type materials is increasing and will continuously enter the land environment to the sea. Sampling is located at Tasik Ria Beach, Tombariri District, Minahasa Regency. The sampling time for marine debris in the mangrove ecosystem will be in August 2021. Inorganic waste sampling is carried out in the mangrove ecosystem by looking at the age of the month at the lowest low tide. Sampling used the line transect method or quadrant line transect and was carried out directly in the morning and it took one day until the tide started. Based on the research objectives, to identify inorganic marine debris found in the mangrove ecosystem of the Tasik Ria beach and analyze the total density of inorganic marine debris, both heavy and the amount laid on the mangrove ecosystem, research conducted at Tasik Ria Beach, Tombariri District, Minahasa Regency has obtained five types of waste. namely plastic, glass, metal, rubber and wood waste and their derivatives. Keywords: Coastal, Mangrove Ecosystem, Identification, Marine Debris, Tasik Ria Coast ABSTRAK Ancaman terhadap lingkungan laut dan pesisir semakin meningkat diakibatkan oleh bertambahnya jumlah penduduk dan bertambah pula eksploitasi penduduk di pesisir. Apabilah sampah tersebut dibuang ke sungai maupun dibuang langsung ke laut yang akhirnya berakibat berkurangnya keindahan wilayah pesisir, laut maupun pada ekosistem mangrove. Sampah anorganik dengan jenis plastik tidak akan terlepas dengan kehidupan sehari-hari, dikarenakan bertambahnya jumlah penduduk di dunia. Maka dari itu permintaan maupun kunsumsi bahan dengan berjenis plastik semakin meningkat dan akan secara terus-menerus masuk ke lingkungan daratan sampai ke laut. Pengambilan sampel terletak di Pantai Tasik Ria Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Waktu pengambilan sampel sampah laut pada ekosistem mangrove dilaksanakan pada bulan Agustus 2021. Pengambilan sampel sampah anorganik di lakukan pada ekosistem mangrove dengan melihat umur bulan pada saat kondisi surut terendah. Pengambilan sampel menggunakan metode line transek atau transek garis kuadran dan dilakukan secara langsung di pagi hari dengan membutuhkan waktu selama satu hari sampai pada saat air mulai pasang. Berdasarkan tujuan penelitian mengidentifikasi sampah laut anorganik yang terdapat di ekosistem mangrove pantai tasik ria dan menganalisa jumlah kepadatan sampah laut anorganik baik itu berat maupun jumlah yang tergampar pada ekosistem mangrove penelitian yang di lakukan di Pantai Tasik Ria Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa telah di dapatkan lima jenis sampah yaitu sampah jenis plastik, kaca, logam, karet serta kayu dan turunannya. Kata Kunci : Pesisir, Ekosistem Mangrove, Identifikasi, Marine Debris, Pantai Tasik Ri

    Climate Phenomenon of La Niña and El Niño Advances on Variation in Sea Water Level of Lembeh Strait and Sangihe Waters

    Full text link
    Coastal Waters of Lembeh Strait characterizes by small waves and bathymetry undulation. While Sangihe waters have big waves, coastal bays with gently sloping beaches and flawless beaches that are generally steep headlands or cliffs on the shoreline. Differences in these two characters are interesting to watch, especially the value of the Mean Sea Level (MSL). The Least square method is the method of calculating the tidal harmonic constants which are the amplitude and phase lag. Formzahl number calculation is used to determine the type of the tidal in these two waters. The Formzahl numbers of these two waters ranged from 0.26-1.5, so there was no difference in the tidal type. The type of tidal of these two waters was catagorised as Mixed Tide Prevailing Semidiurnal, which is generally in eastern Indonesia waters. Comparison of the fluctuation of Mean Sea Level (MSL) in Lembeh Strait waters in normal climatic conditions, lanina and elnino showed the difference in height. In elnino condition, the MSL value was 87 mm lower (5.9%) than in normal operating condition (1387 mm), and in lanina condition, the average of MSL was higher 51 mm (3.46%) of the normal condition (1525 mm). While in normal climatic conditions, the MSL was 1474 mm© Perairan laut di Selat Lembeh mempunyai karakteristik gelombang kecil dan batimetri berundulasi. Sedangkan di perairan Sangihe memiliki gelombang besar, pantai teluk berparas pantai landai dan pantai tanjung yang umumnya terjal atau bertebing pada garis pantai. Perbedaan dua karakter ini menjadi hal yang menarik untuk diamati, terutama muka air laut rerata (MLR). Metode least square adalah metode perhitungan pasang surut yang digunakan untuk menghitung konstanta harmonik yaitu amplitude dan kelambatan Fase. Dengan perhitungan bilangan Formzahl akan mengetahui tipe pasang surut di kedua perairan tersebut. Diperoleh bilangan Formzahl perairan tersebut berkisar antara 0,26-1,5, sehingga tidak ada perbedaan tipe pasang surutnya. Tipe pasang surut antara kedua perairan ini adalah tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia bagian timur. Perbandingan fluktuasi muka laut rerata (MLR) di perairan Selat Lembeh pada kondisi iklim normal, El Niño dan La Niña menunjukkan perbedaan ketinggian. Di mana pada kondisi El Niño mempunyai muka laut rerata (MLR) lebih rendah 87 mm (5,9%) dari kondisi normalnya yaitu 1387 mm dan pada kondisi La Niña mempunyai muka laut rerata (MLR) lebih tinggi 51 mm (3,46%) dari kondisi normalnya yaitu 1525 mm. Sedangkan pada kondisi iklim normal muka laut rerata (MLR) adalah 1474 mm
    corecore