23 research outputs found

    Identifikasi Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor

    Full text link
    Scientific reasoning skills help students to explain concepts and argumentations, which is it's beneficial for student. This article aims to identification pattern of scientific reasoning student that used to solving problems in heat and temperature material. Type of research is descriptive quantitative with 97 students. Instrument is used 4 item essay test of scientific reasoning with reliability 0.726. the scientific reasoning analyze with the rubric that level and category from pattern of correlational reasoning, proportional reasoning, and probabilistic reasoning. Results of research shows that scientific of reasoning skills in correlational reasoning 44.3% students into category of NR (no relationship). Then, in proportional reasoning 24.7% students into category of AD (Additive). In the last, in probabilistic reasoning 62.8% students into category of AP (Approximate). So, the conclusion of the research is students still in low level of category of scientific reasoning skills.Kemampuan penalaran ilmiah membantu siswa untuk menjelaskan suatu konsep dan berargumentasi, yang mana hal tersebut mendatangkan beberapa keuntungan bagi siswa. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola penalaran ilmiah siswa yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan pada materi suhu dan kalor. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif, dengan subjek sebanyak 97 siswa. Instrumen yang digunakan berupa 4 butir soal uraian penalaran ilmiah dengan reliabilitas 0.726. Analisis penalaran ilmiah sesuai dengan rubrik level dan kategori dari pola correlational reasoning, proportional reasoning, dan probabilistic reasoning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan penalaran siswa pada correlational reasoning paling banyak berkategori NR (No Relationship) sebesar 44,3%. Pada proportional reasoning paling banyak siswa berkategori AD (Additive) sebesar 24,7% dan pada probabilistic reasoning siswa paling banyak berkategori AP (Approximate) sebesar 62,8%. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa kemampuan penalaran ilmiah siswa masih tergolong rendah karena masih berada pada level-level terendah dalam kategori di tiap-tiap pola penalaran ilmiah yang digunakan pada butir soal

    Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VII dengan Pembelajaran Model Levels Of Inquiry

    Get PDF
    Many research studies separately investigated the science process skills between basic process skills and integrated skills. Therefore, it is necessary to conduct a research regarding science process skills that combined basic skills and integrated skills utilizing Levels of Inquiry model to teach the material of the characteristics and classification of living things. This study employed a mixed methods design of embedded to the seventh grade students of SMPN 9 Pontianak. The data were analyzed both quantitatively and qualitatively. The research findings showed that the Levels of Inquiry model could train and develop students' science process skills from less skilled to highly skilled. Pretest and posttest results showed significant improvement with N-gain of 0.67 which means that the improvement was in the level of fair.Banyak penelitian yang mengkaji tentang keterampilan proses sains namun masih diteliti secara terpisah antara keterampilan proses dasar dan keterampilan terintegrasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang keterampilan proses sains yang menggabungkan keterampilan dasar dan terintegrasi dengan menggunakan Levels of Inquiry pada materi ciri-ciri dan klasifikasi makhluk hidup. Penelitian ini menggunakan mixed methods desain embedded terhadap siswa kelas VII SMPN 9 Pontianak. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil analisis data menunjukkan pembelajaran model Levels of Inquiry dapat melatih dan mengembangkan keterampilan proses sains siswa mulai dari kurang terampil sampai menjadi sangat terampil. Hasil pretes dan postes memperlihatkan peningkatan hasil dengan N-gain sebesar 0.67 berada pada kriteria sedang

    Tes Isomorfik Berbasis Komputer Untuk Diagnostik Miskonsepsi Diri Pada Materi Gaya Dan Hukum Newton

    Get PDF
    : This paper consist of research and development of computer-based isomorphic test (Tes Isomorfik Berbasis Komputer, TIBEKOM) for self-diagnostic of misconceptions in force and Newton's laws. The research has been conducted using a research and development theory adapted from Borg and Gall design and consisted of seven stages. The research subjects include lecturers, teachers, and students. As a result, the product has been available to be implemented. TIBEKOM, as the form of isomorphic test, are able to explore the student's weaknesses and difficulties. It is also able to uncover the strength and the weakness of the students

    Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament Termodifikasi Berbasis Outbound terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar

    Full text link
    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Teams Games Tournament termodifikasi berbasis outbound terhadap prestasi belajar Fisika ditinjau dari motivasi belajar siswa. Jenis penelitian kuasi eksperimen dalam bentuk faktorial 2x2. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nganjuk. Secara acak ditetapkan tiga kelas eksperimen model Teams Games Tournament termodifikasi berbasis outbound dan tiga kelas sebagai kelas konvensional (kontrol). Instrumen yang digunakan terdiri atas instrumen pengumpulan data dan instrumen perlakuan. Pengujian hipotesis menggunakan Anava dua arah dan uji lanjut menggunakan uji Tukey pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Fisika yang belajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament termodifikasi berbasis outbound dibanding konvensional. Hasil Penelitian juga menunjukkan ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Prestasi belajar fisika siswa yang memiliki motivasi tinggi, yang belajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament termodifikasi berbasis outbound tidak lebih tinggi dari konvensional, sedangkan siswa yang mempunyai motivasi rendah, prestasi belajarnya lebih tinggi daripada konvensional

    Pengaruh Pembelajaran TPS Dengan Scaffolding Konseptual Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Masalah Sintesis Fisika

    Full text link
    : This study addresses the effect of TPS learning using conceptual scaffolding towards the Physics synthesis problem-solving ability in terms of the initial knowledge of Physics. This research is a quasi-experimental design with 2x2 factorial experiment. The obtained research data were analyzed by using two lanes analysis of variance (ANOVA). The results of this study showed that there are no differences in the ability to solve the problem of Physics synthesis between the groups of students who learned through TPS learning with conceptual scaffolding and TPS learning and between groups of students who have different prior knowledge. There is no effect of interaction between TPS learning strategies and conceptual scaffolding with prior knowledge to the ability to solve physics synthesis problem

    Eksplorasi Perbedaan Gender pada Argumentasi Ilmiah Siswa

    Full text link
    Penelitian tentang neuroscience mengungkapkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan di beberapa bagian otak mereka. Ada perbedaan cara dalam memproses memori, memecahkan masalah, dan membuat keputusan antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perbedaan gender dalam argumentasi ilmiah. Ada 80 siswa (40 siswa laki-laki dan 40 siswa perempuan) dipilih dengan teknik purposive sampling dari dua sekolah di Malang. Setiap siswa diberi delapan esai tentang Hukum Newton sebagai instrumen argumentasi ilmiah. Uji krusial-wallis dilakukan (nilai-p < 0,05 dianggap sebagai perbedaan yang signifikan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan argumentasi ilmiah yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan; (2) Claim, evidence, dan reasoning dalam argumentasi ilmiah yang dikemukakan siswa perempuan lebih baik daripada laki-laki; (3) argumentasi ilmiah siswa dalam kategori kurang dengan level claim, evidence, dan reasoning dalam level 1. Temuan ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam studi argumentasi ilmiah berikutnya terutama pembelajaran-pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan argumentasi ilmiah siswa

    Model Mental dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas IV SD pada Materi Sifat-Sifat Cahaya melalui Inkuiri Terbimbing

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap model mental dan penguasaan konsep siswa. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan mix method atau penelitian campuran kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian yaitu siswa kelas IV SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap model mental dan penguasaan konsep siswa kelas IV SD Aisyiyah Muhammdiyah 3 Makassar pada materi sifat-sifat cahaya
    corecore