19 research outputs found

    Dinamika Potensi Biomassa Karbon pada Lanskap Hutan Bekas Tebangan di Hutan Penelitian Malinau

    Full text link
    Indonesia diberkahi dengan banyaknya hutan alam meskipun sebagian dari hutan alam tersebut merupakan hutan bekas tebangan. Hutan-hutan alam tersebut berpotensi dapat mendukung Program Pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26% sampai dengan tahun 2020 melalui kegiatan seperti Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi (REDD). Lanskap hutan bekas tebangan, dimana salah satunya terdapat di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Timur, memiliki potensi biomasa karbon yang tinggi. Studi penelitian ini memperkirakan potensi biomasa karbon pada lanskap hutan bekas tebangan umur 5, 10 dan 30 tahun di Hutan Penelitian Malinau, Provinsi Kalimantan Timur, yang dikelola dengan skema pengelolaan lestari. Sampling tanah diambil secara random untuk mengukur kandungan karbon dalam tanah. Untuk analisis pendugaan biomassa karbon di atas permukaan tanah, telah ditempatkan tiga plot dimana setiap plot terdiri dari 25 subplot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan karbon tanah pada hutan bekas tebangan setelah 5, 10 dan 30 tahun masing-masing adalah 46 tonC/ ha, 47 tonC/ha dan 30 tonC/ha, sementara itu biomassa tegakan di atas permukaan tanah masingmasing adalah 343,61 ton/ha, 392,56 ton/ha dan 498,19 ton/ha. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biomassa karbon pada hutan alam bekas tebangan setelah 30 tahun dibawah pengelolaan hutan lestari memiliki biomassa karbon hampir sama dengan biomasa karbon di hutan alam primer yaitu 529,4 ton/ha dan 264,70 tonC/ha. Implikasi hasil penelitian ini adalah dapat digunakannya kandungan biomassa karbon di hutan bekas tebangan sebagai indikator untuk penilaian pengelolaan hutan lestari (Sustainable Forest Management )

    Potensi Biomassa Karbon Tegakan, Nekromas (Necromass) dan Seresah (Litter) pada Hutan Penelitian Dramaga

    Get PDF
    Human activity and environmental damage increased has led to high level of carbon emission in the atmosphere and led to the global warming. Reducing of carbon emission through sink program which requires estimation data of biomass carbon stock. The aim of this study to determine the potential of stand biomass carbon stock, necromass and litter. The study conducted from April-May 2013. Research location was executed in Dramaga Research Forest, Bogor. The results of this study indicate that potential of biomass carbon stock in Dramaga Research Forest were 225.51 ton biomass/ha and 105.99 ton carbon/ha (trees); 16.00 ton biomass/ha and 8.10 ton carbon/ha (poles); 19.11 ton biomass/ha and 8.98 ton carbon/ha (saplings); 2.01 ton biomass/ha and 0.94 ton carbon/ha (seedlings); 0.92 ton biomass/ha and 0.43 ton biomass/ha (undergrowth); 0.41 ton biomass/ha and 0.19 ton carbon/ha (necromass); 0.86 ton biomass/ha and 0.41 ton carbon/ha (litter). The species dominant for carbon stock are Pinus merkusii, Shorea guiso, Tectona grandis, Dipterocarpus trinervis, Shorea balangeran, Pterygota alata, Hopea mengarawan, Protium javanicum, Quercus sp. and Shorea leprosula

    Potensi Cadangan Karbon Tegakan Hutan Sub Montana di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

    Full text link
    Untuk mendukung implementasi REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Degradation+) sebagai upaya mitigasi Perubahan iklim di Indonesia diperlukan berbagai baseline data stok karbon untuk hutan alam. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) Guidelines 2006, perhitungan stok karbon harus terukur, terbuka, terlaporkan, dapat diverifikasi, dan konsisten. Dalam skala sub nasional, Pulau Jawa khususnya ekosistem hutan alam, seringkali luput dari perhatian para penggiat REDD+ sehingga data dan informasi mengenai cadangan karbon ekosistem hutan alam di Pulau Jawa masih sangat terbatas. Penelitian ini dilakukan di hutan alam sub montana di kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dengan tujuan untuk mengetahui cadangan karbon pada 5 pool karbon di TN Gunung Halimun Salak. Dua puluh tujuh petak ukur dibuat dengan ukuran 20x20 meter. Pengukuran sumber karbon hutan dilakukan untuk biomassa di atas tanah, biomassa di bawah tanah yang meliputi perakaran tanaman, tumbuhan bawah dan nekromas pada hutan primer dengan kerapatan tajuk tinggi dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TNGHS memiliki potensi simpanan karbon yang cukup besar yaitu: di atas permukaan tanah sebesar 139,326 tonC/ha, di bawah permukaan tanah (perakaran tanaman) sebesar 39,011 tonC/ha, tumbuhan bawah sebesar 1,971 tonC/ha dan nekromas sebesar 5,77 tonC/ha. Biomassa dan cadangan karbon tegakan rata-rata di hutan primer di TNGHS secara berturut-turut adalah sebesar 364,503 ton/ha dan 185,177 tonC/ha. Studi ini merekomendasikan persamaan alometrik yang dikembangkan oleh Chave et al. (2005) untuk digunakan dalam mengestimasi potensi biomassa tegakan hutan di TNGH

    Towards a cysticercosis-free tropical resort island: A historical overview of taeniasis/cysticercosis in Bali

    Get PDF
    Taeniasis and cysticercosis are known to be endemic in several Indonesian islands, although relatively little recent epidemiological data are available. As most Indonesian people are Muslims, taeniasis/cysticercosis caused by the pork tapeworm, TAENIA solium, has a restricted presence in non-Muslim societies and is endemic only among some Hindu communities on the island of Bali. Bali has long been known to be endemic for taeniasis/ cysticercosis; almost a century ago levels of cysticercosis of 20–30% were described in cattle and 2–3% in pigs. Few studies of taeniasis/cysticercosis were undertaken in Bali prior to a series of research programs commenced since the 1990s. Both TAENIA SAGINATA and T. solium continue to be endemic in Bali. Molecular studies have revealed that all T. SAGINATA-like tapeworms detected in Bali are T. SAGINATA. No evidence has been found for the presence of TAENIA ASIATICA in Bali. Economic, sanitary and education improvements across much of the island over the past decades have been associated with a decline in the amount of transmission of T. solium such that the parasite now seems to be restricted to the eastern part of the island, a small area on the northeastern slope of Mt. Agung, the highest mountain in Bali. The living environment including sanitation and hygiene condition in this endemic area remains relatively poor especially during the half-year dry season, and pigs continue to roam freely. In this review, historical records and ongoing projects towards elimination of taeniasis/cysticercosis in Bali are reviewed to provide a better understanding of the present situation of taeniasis/cysticercosis in Bali towards a future, cysticercosis-free tropical resort island

    Stok Karbon Tegakan Hutan Alam Dipterokarpa di PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah

    Full text link
    Terdapat dua alasan mengapa hutan alam penting dalam skema perdagangan karbon : a). Peranan hutan alam di dalam penyerapan CO2 dan pelepasan O2 ke atmosfer melalui proses fotosintesis; b). Adanya kompensasi pendanaan dari perdagangan karbon akan menjadi alternatif yang menarik untuk merubah basis pengelolaan hutan alam dari kayu ke jasa lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang besarnya kapasitas tegakan hutan alam sebagai pengikat karbon pada biomasa bagian atas (above ground biomass), biomasa bagian bawah (below ground biomass) dan biomasa total. Lokasi penelitian di tegakan hutan alam IUPHHK-HA PT. Sarpatim, Kabupaten Sampit, Provinsi Kalimantan Tengah. Prosedur yang dilakukan dalam pengukuran biomasa ini menggunakan metode destructive sampling pada tegakan yang ditebang. Destructive sampling dilakukan mulai dari tegakan berdiameter > 5 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan alometrik untuk biomasa di atas tanah, biomasa di bawah tanah dan biomasa total masing-masing adalah : Y = 0,0112(DBH)2,6878 (R2 = 0,91); Y = 0,011(DBH)2,3251 (R2 = 0,88) dan Y = 0,0194(DBH)2,603 (R2 = 0,91). Tegakan hutan alam dipterokarpa di PT. Sarpatim memiliki potensi kandungan biomasa total dan kandungan karbon total masing-masing sebesar 506,65 ton/ha dan 253,33 tonC/ha. Serapan karbondioksida (CO2) total dan serapan CO2 rata-rata tegakan hutan alam dipterokarpa di PT. Sarpatim masing-masing sebesar 928,86 tonCO2/ha dan 20,64 ton CO2/pohon

    Analisa Pengaruh Perlakuan Kimia pada Serat terhadap Kekuatan Impak Charpy Komposit Serat Sabut Kelapa Bermatriks Epoxy

    Full text link
    Penggunaan serat sabut kelapa pada material komposit akan menaikkan nilai komersial dari perkebunan kelapa. Kekuatan komposit berpenguat serat alam dipengaruhi oleh penyebaran serat, interaksi antara serat dengan matriks, bagaimana serat itu diperoleh, ukuran serat, dan bentuk serat. Untuk memperoleh ikatan yang baik antara matriks dan serat dilakuan modifikasi permukaan serat. Alkalisasi pada serat alam adalah metode yang telah digunakan untuk menghasilkan serat berkualitas tinggi. Penelitian ini menganalisis dan mengetahui pengaruh perlakuan kimia pada serat terhadap kekuatan impak material komposit diperkuat serat sabut kelapa bermatriks epoxy. Adapun tahapan pada penelitian ini yaitu dilakukan perendaman serat sabut kelapa pada larutan NaOH dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 20%, selama 2 jam, lalu serat dicuci dengan menggunakan larutan H2O2 dengan konsentrasi 3% selama 1 jam. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu perlakuan alkalisasi terhadap komposit serat sabut kelapa mempengaruhi sifat kekuatan impak dari material komposit dengan kekuatan impak dan energi serap material komposit memiliki hubungan terbalik terhadap jumlah konsentrasi larutan alkalinya. Makin tinggi konsentrasi larutan alkalinya yang diberi pada serat akan menyebabkan makin kecilnya energi serap dan kekuatan impak dari material komposit berpenguat serat sabut kelapa

    Persamaan Alometrik dan Cadangan Karbon Vegetasi pada Hutan Gambut Primer dan Bekas Terbakar

    Full text link
    Biosekuestrasi atau penyerapan karbondioksida oleh vegetasi merupakan salah satu pengelolaan cadangan karbon yang penting untuk digarisbawahi dalam setiap pertemuan Internasional, tetapi ketersediaan data tersebut masih kurang lengkap dan tersebar. Data cadangan karbon dari vegetasi dan tanah gambut sangat penting untuk mengurangi variasi pendugaan stok karbon di hutan gambut. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasikan persamaan alometrik dalam pendugaan biomassa pohon di hutan gambut primer dan bekas kebakaran serta untuk menganalisis cadangan karbon vegetasi di hutan gambut primer dan bekas kebakaran. Penelitian dilakukan di hutan gambut primer (HGP), hutan gambut bekas terbakar berulang tiap tahun (HG1), hutan gambut bekas terbakar setelah tiga tahun (HG3), dan hutan gambut bekas terbakar setelah delapan tahun (HG8). Klaster plot dibuat di setiap hutan gambut primer dan bekas kebakaran yang mewakili periode kondisi setelah kebakaran dan hutan gambut tidak terganggu. Setiap klaster terdiri dari empat subplot lingkaran (jari-jari 7,32 m) dan empat annular lingkaran (jari-jari 17,95 m). Jumlah total adalah 16 subplot lingkaran serta 16 annular lingkaran. Data cadangan biomassa karbon dikumpulkan dalam plot-plot tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menduga biomassa total pada keseluruhan klaster, maka persamaan alometrik yang paling tepat adalah Y = 0,061 (DBHxρxT)1,464. Persamaan alometrik umum keseluruhan klaster tersebut digunakan untuk pengguna di lapangan dalam menghitung cadangan biomassa karbon tegakan. Persamaan umum ini dapat digunakan karena semua klaster penelitian memiliki wilayah zona iklim curah hujan sebesar 2.621-3.339 mm/tahun yang termasuk dalam zona iklim moist 1.500-4.000 mm/tahun (Brown et al., 1989). Masing-masing persamaan alometrik tiap klaster yang diperoleh dari hasil penelitian ini digunakan untuk menduga cadangan biomassa karbon tegakan tiap klaster. Persamaan alometrik terpilih penduga biomassa total untuk hutan gambut primer adalah Y = 0,040 (DBHxρxT)1,524; untuk hutan gambut bekas terbakar berulang tiap tahun adalah Y = 0,098 (DBH)2,350; untuk hutan gambut bekas terbakar setelah tiga tahun adalah Y = 0,084 (DBHxρxT)1,376; untuk hutan gambut bekas terbakar setelah delapan tahun adalah Y = 0,024 (DBHxρxT)1,667. Cadangan karbon total yang merupakan jumlah dari tumbuhan bawah, semai, pancang, tiang, dan pohon adalah sebesar 73,08 tonC/ha di HGP; 4,93 tonC/ha di HG1; 13,64 tonC/ha di HG3; dan 26,13 tonC/ha di HG8

    The Effect of Stress with Sport Behavior in Faculty of Medicine Students During Pandemic Covid-19

    Full text link
    Introduction; The current Covid-19 pandemic is one of the major health crises for individuals in all countries, continents, RAS, and socio-economic groups. Objectives; know the effect of stress on exercise behavior during the Covid-19 pandemic. Method; quantitative research with analytic design and cross-sectional approach. The measuring instruments used were the DASS42 questionnaire (Depression Anxiety Stress Scales 42) and the exercise intensity questionnaire. Result; Of the 60 samples studied, it was found that the largest age frequency distribution in this study was 30 people (50%), the highest gender frequency was 32 women (53.3%), the level of stress that was most often found. namely moderate stress as many as 21 people (35%), the frequency of sports behavior that was mostly found with low intensity was 25 people (41.7%). Conclusion: There is no effect of stress on exercise behavior on students when they enter the covid-19 medical facult
    corecore