6 research outputs found

    Increase of PlGF (Placental Growth Factor) Level After Administration of Dydrogesterone in Pregnancy

    Get PDF
    Aim: To observe the effect of Dydrogesterone administration in pregnancy on PlGF levelMethods: This is a randomized controlled clinical trial. Study population has been divided into two groups. Group A consists of 20 women who receive only Folic acid 5 mg a day for 4 weeks time. Group B consists of 20 women who receive Dydrogesterone 2x10 mg a day and Folic acid 5 mg a day for 4 weeks. PlGF has been measured twice. First measurement was done before drug administration, while the second measurement has been done during 18th weeks of pregnancy. The changes on PlGF level before and after treatment from each group has been analyzed using SPSS 17.Results: 40 pregnant women have been recruited for this study. There are no differences based on the patient’s age, number of pregnancy and parity, gestational age and body weight between each group.  The mean levels of PlGF in both groups before intervention shows no significant difference (p = 0091 or p> 0.05), 40.80 pg/mL vs.  25.95 pg / mL. The mean levels of PlGF in group A after 4 weeks administration of Folic acid is 89.60 pg / mL. It shows the escalation of 48.8 pg / mL. The elevation of PlGF level in group A shows significant difference (p = 0.000 or p <0.05) after 4 weeks Folic acid treatment.The mean levels of PlGF in group B after 4 weeks administration of Dydrogesterone and Folic acid is 212.15 pg / mL. It shows the escalation of 186.20 pg / mL. The elevation of PlGF level in group B shows significant difference (p = 0.000 or p <0.05) after 4 weeks Dydrogesterone and Folic acid treatment.Conclusion: Dydrogesterone treatment can increase the level of PlGF

    AST to Platelet Ratio Index (APRI), Fib-4 Score, and Pregnancy Outcome of Pregnant Women with Hepatitis B

    Get PDF
    Hepatitis B virus infection in pregnancy has become a major concern in many developing countries,. The relationship between hepatitis B virus infection and pregnancy is complex and puzzling. This study aimed to investigate the relationship between hepatitis B virus infection and pregnancy outcomes with the insights into the AST to Platelet Ratio Index (APRI) and Fib-4 score. This was a cross-sectional study on pregnant women with hepatitis B virus infections who underwent labor at dr. Zainal Abidin Hospital General Hospital, Aceh, Indonesia. Data were collected from the obstetric ward patient medical records from 2017 to 2019 and 77 pregnant women was identified to be infected with hepatitis B virus, of which 44 had complete medical record data and were included in the analysis. The median APRI in this study was 0.30 (0.1-1.2) while the median FIB-4 score was 0.74 (0.3-1.9). Delivery with live births was identified in 42 (95.5%) women. Term pregnancy and vaginal delivery were observed in 39 (88.6%) and 10 (22.7%) women, respectively, Complicated pregnancy was seen in 14 (31.8%) of pregnancies that included complications such as oligohydramnios, HELLP, severe preeclampsia, placenta previa, and premature rupture of membranes. APRI was higher in the stillbirth group (0.5 [0.2-0.8] p = 0.682) and preterm birth group (0.4 [0.2-0.6], p = 0.502). FIB-4 scores were higher in the stillbirth group (1.2 [0.5-1.8], p = 0.517) and preterm birth group (0.9 [0.4-1.9], p = 0.529). Hence, pregnancy does not always worsen liver function and is not related to the natural course of hepatitis B infection. Pregnancy with hepatitis B without fibrosis is not associated with poor pregnancy outcomes. Routine liver function examination is needed in pregnant mothers with hepatitis B virus infections

    HUBUNGAN STATUS GIZI SISWI SMP DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN TERHADAP POLA SIKLUS MENSTRUASI

    Get PDF
    Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis dan psikososial. Pada remaja putri, pubertas ditandai dengan permulaan menstruasi (menarche). Pada remaja putri dibutuhkan status gizi yang baik dalam membantu pertumbuhan remaja termasuk keteraturan siklus menstruasi. Remaja putri yang mengalami asupan gizi kurang atau lebih dapat menyebabkan gangguan fungsi reproduksi dan berdampak pada gangguan menstruasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri di SMP perkotaan dan pedesaan. Desain penelitian yaitu metode koleratif dengan rancangan cross sectional, populasi yaitu semua remaja putri yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian ini 120 responden termasuk 60 responden daerah pedesaan dan 60 responden dari daerah perkotaan yang didapat dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner siklus menstruasi dan lembar obeservasi hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dilakukan. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square pada tingkat kemaknaan 95% (α ≤ 0,05), kemudian diperoleh dipedesaan dengan nilai p = 0.401 sedangkan diperkotaan dengan nilai p = 0.203. Ini berarti bahwa nilai p >α (0,05). Dengan demikian bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri di remaja putri di SMP perkotaan dan pedesaan. Dan juga tidak ada perbedaan secara signifikan semua variabel. Saran untuk remaja putri agar lebih menjaga status gizi dan memelihara kesehatan reproduksi mereka agar siklus menstruasi mereka menjadi teratur

    Hubungan siklus menatruasi dengan faktor hirsutisme dan pcos pada mahaiswi program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran universitas abulyatama

    No full text
    Latar Belakang:Siklus menstruasi merupakan intervalantara hari pertama menstruasi dengan haripertama menstruasi selanjutnya ataujumlah hari sebelum menstruasi berikutnyaterjadi. Siklus menstruasi normal tidak 35 hari. Hiperandrogenismeyang merupakan suatu keadaan dimanasecara klinis didapatkan adanya hirsutisme.Hirsutisme merupakan pertumbuhan rambutberlebihan di wanita di tempat yang idealnya minimal jumlahnya dan biasa    pertumbuhannya pada area yangdipengaruhi oleh hormon androgen.Penyebab paling umum darihiperandrogenisme adalah polycystic ovary syndrome (PCOS). Tujuan: Penelitian iniyakni guna melihat hubungan siklusmenstruasi       dengan faktor hirsutismedan PCOS pada mahasiswi program studiPendidikan dokter fakultas kedokteranUniversitas Abulyatama. Metode: Penelitianini merupakan penelitian analitikobservasional dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2021 samapai Juni 2021 diprogram studi Pendidikan dokter fakultaskedokteran Universitas Abulyatama. Pengambilan sampel dengan memakaimetode simple random sampling.Pengumpulan data dijalankan secaralangsung melalui pengisian kuesioner olehresponden. Data hasil penelitian dianalisisdengan memakai uji statistik Chi-Square.Hasil: hasil penelitian yang didapat dari 130 sampel yang terpilih dan kontrolberdasarkan uji statistik Chi-Square dimananilai p-value = 0,012 dengan kesimpulanterdapat hubungan yang signifikan antarasiklus menstruasi dengan faktor hirsutismedan hasil analisis uji statistik Chi-Square juga menyatakan hubungan yang signifikanantara siklus menstruasi dengan PCOS dimana nilai p-value = 0,000.Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan anatara siklus menstruasi denganfaktor hirsutisme dan PCOS

    PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN ABORSI PADA REMAJA PUTRI DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN

    No full text
    Remaja merupakan periode transisi antara anak-anak ke masa dewasa,atau anak usia belasan tahun, Remaja harus mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa, termasuk dalamaspek seksualnya. Dibutuhkan sikap yang bijaksanadaripara orang tua, pendidik dan masyarakat pada umumnya serta tentunya dariremaja itu sendiri, agar mereka dapat melewati masa transisi itu dengan selamat supaya remaja dan orangtua dapat mengatasi transisi ini dengan baik. Pada tahun 2011 angka kejadian aborsi di dunia diperkirakan 56 juta kasus (25,6%) dari 180 juta kehamilan. Di wilayah Asia Tenggara, World Health Organization (WHO) memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya. Diantaranya 750.000 sampai 2 juta kasus terjadi di Indonesia, atau dapat dikatakan hampir 50%nya terjadi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang aborsi pada usia remaja. Metode penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling  yang diambil dari remaja putri kecamatan Simpang Keuremat dan Kota Lhokseumawe yang berjumlah total 214 sampel. Uji statistik yang digunakan adalah uji T dengan ketentuan hasil dilihat dari nilai T hitung. Hasil uji statistik didapatkan hasil nilai mean 38.33 (SD 5.335) dan nilai median 39,00 pada remaja putri perkotaan dan nilai mean 36.13 (SD 4,853) dan nilai median 36,00  pada  remaja putri pedesaan nilai t hitung = 3.150 (sig. 0.002 dan  T-hitung > T-tabel). Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan tentang aborsi pada sampel penelitian ini berdasarkan statistik

    AST to Platelet Ratio Index (APRI), Fib-4 Score, and Pregnancy Outcome of Pregnant Women with Hepatitis B

    No full text
    Hepatitis B virus infection in pregnancy has become a major concern in many developing countries,. The relationship between hepatitis B virus infection and pregnancy is complex and puzzling. This study aimed to investigate the relationship between hepatitis B virus infection and pregnancy outcomes with the insights into the AST to Platelet Ratio Index (APRI) and Fib-4 score. This was a cross-sectional study on pregnant women with hepatitis B virus infections who underwent labor at dr. Zainal Abidin Hospital General Hospital, Aceh, Indonesia. Data were collected from the obstetric ward patient medical records from 2017 to 2019 and 77 pregnant women was identified to be infected with hepatitis B virus, of which 44 had complete medical record data and were included in the analysis. The median APRI in this study was 0.30 (0.1-1.2) while the median FIB-4 score was 0.74 (0.3-1.9). Delivery with live births was identified in 42 (95.5%) women. Term pregnancy and vaginal delivery were observed in 39 (88.6%) and 10 (22.7%) women, respectively, Complicated pregnancy was seen in 14 (31.8%) of pregnancies that included complications such as oligohydramnios, HELLP, severe preeclampsia, placenta previa, and premature rupture of membranes. APRI was higher in the stillbirth group (0.5 [0.2-0.8] p = 0.682) and preterm birth group (0.4 [0.2-0.6], p = 0.502). FIB-4 scores were higher in the stillbirth group (1.2 [0.5-1.8], p = 0.517) and preterm birth group (0.9 [0.4-1.9], p = 0.529). Hence, pregnancy does not always worsen liver function and is not related to the natural course of hepatitis B infection. Pregnancy with hepatitis B without fibrosis is not associated with poor pregnancy outcomes. Routine liver function examination is needed in pregnant mothers with hepatitis B virus infections
    corecore