2 research outputs found

    Pengaruh Praktik Pemberian Makan (Feeding Practices) Terhadap Kejadian Stunting Pasca 1000 HPK di Nagari Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota

    Get PDF
    Stunting merupakan masalah gizi yang masih menjadi beban kesehatan dan perekonomian nasional akibat menurunnya produktifitas dan berbagai penyakit yang ditimbulkannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh praktik pemberian makan terhadap kejadian stunting. Penelitian mixed methods dilakukan pada Maret–Juli 2023 di Nagari Koto Tinggi. Responden penelitian case-control berjumlah 56 anak, sedangkan informan penelitian kualitatif berjumlah 5 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Data dianalisis menggunakan uji Mc.Nemar dan conditional logistic regression. Faktor yang mempengaruhi stunting adalah praktik IMD (OR=11,00), durasi ASI eksklusif (OR=17,00), waktu pemberian ASI (OR=8,00), waktu makanan pendamping pertama (OR=14,00), frekuensi makanan pendamping (OR=3,66), frekuensi sayur (OR=5,66), frekuensi buah (OR=16,00), frekuensi makanan hewani (OR=16,00), durasi ASI (OR=4,33), konsistensi makanan pendamping (OR=5,00), dan frekuensi makanan selingan (OR=14,00). Faktor yang paling berpengaruh yaitu durasi ASI eksklusif (AOR=12,47). Berdasarkan wawancara mendalam, didapatkan tidak adanya dukungan sosial. Faktor produksi ASI, pengetahuan, dan kebiasaan menjadi penghambat ASI eksklusif. Praktik IMD, durasi ASI eksklusif, waktu pemberian ASI, waktu makanan pendamping pertama, frekuensi makanan pendamping, frekuensi sayur, frekuensi buah, frekuensi makanan hewani, durasi ASI, konsistensi makanan pendamping, dan frekuensi makanan selingan berpengaruh terhadap stunting. Kurangnya dukungan dan terdapat hambatan dalam pemberian ASI eksklusif

    EDUKASI PENYAKIT DBD DAN PENCEGAHANNYA PADA SISWA SDN 39 PASAR AMBACANG DI KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG

    Get PDF
    Permasalahan peningkatan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diatasi, pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan menjadi salah satu jalan keluar permasalahan tersebut. Berdasarkan Keadaan dilapangan saat ini, terlihat bahwa selalu tejadi kejadian DBD di Kota Padang setiap tahunnya, sehingga masih perlu mendapatkan perhatian yang lebih. Untuk itu sektor pendidikan perlu mendukung upaya tersebut dengan diadakannya pelatihan dan pembentukan siswa pemantau jentik (Wamantik) di Sekolah Pemberdayaan siswa sekolah dasar menjadi Siswa Pemantau Jentik (Wamantik) mulai dicetuskan sejak tahun 2004 oleh pemerintah, tetapi sampai saat ini implementasi program masih belum berjalan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang penyakit DBD dan upaya pencegahannya, serta terbentuknya Wamantik di sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 39 Pasar Ambacang, Kota Padang. Khalayak sasaran merupakan perwakilan siswa sekolah dasar kelas 3 sampai kelas 6 masing-masing 3 orang sehingga peserta berjumlah 12 orang dengan menggunakan metode edukasi penyuluhan dan praktik langsung . Hasil dari kegiatan ini diawali dengan perkenalan oleh tim pelaksana. Kegiatan selanjutnya adalah penyampaian materi dan pelatihan yaitu terkait penyakit DBD, cara penularan DBD, gejala/tanda DBD, pertolongan penderita DBD, pengenalan nyamuk penular (vektor) DBD, dan upaya pencegahannya DBD, serta pentingnya membentuk wamantik di sekolah beserta bentuk pelaksanaannya. Peserta antusias dalam mengikuti kegiatan. Dari hasil pra-test dan post-test didapatkan peningkatan pengetahuan peserta sebelum dan setelah melakukan kegiatan berkaitan dengan DBD dan Wamantik. Dapat disimpulkan edukasi yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan peserta berkaitan dengan DBD dan Wamantik
    corecore