26 research outputs found

    Aktivitas Antivirus Beberapa Ekstrak Tanaman Terhadap Bean Common Mosaic Virus Strain Black Eye Cowpea (BCMV-BIC) Pada Kacang Panjang

    Full text link
    Antivirus actitivity of several plant extracts against Bean common mosaic virus strain Black eye cowpea (BCMV-BlC) on Yard long bean. Bean common mosaic virus (BCMV) is an important virus on yard long bean and it is difficult to control. One of control effort way by utilizing antiviral substances of plant origin. The research was done to select and test the effectiveness of plant extracts in suppressing BCMV infection on yard long bean. Twenty two plant extracts were selected by (1) spraying the crude extract to Chenopodium amaranticolor leaves, then plant inoculated by BCMV 1 hour after spraying, and (2) mixturing the crude extract with sap containing BCMV, then inoculated mechanically to C. amaranticolor. Local necrotic lesion number and inhibition percentage are measured. All plant extract treatments were able to reduce Necrotic lokal lesion formation significantly compared to untreatment control. Further, fifteen plant extracts were selected to test their effectiveness in controlling BCMV on yard long bean in green house trial. The results showed that except geranium and red ginger treatment, other extract treatments were able to reduce significantly the disease incidence and severity, symptoms, and BCMV titer, respectively. Among tested extracts, Bougainvillea spectabilis, Mirabilis jalapa, and Celosia cristata are the most effective crude extracts in suppressing BCMV infection

    Deteksi Virus-Virus Pada Kentang Di Jawa Barat Dengan Menggunakan Teknik Molekuler

    Full text link
    . Gejala infeksi virus ditemukan bervariasi di sentra pertanaman kentang di Jawa Barat (Rancabali, Pangalengan, dan Bayongbong). Diagnosis virus berdasarkan gejala sulit untuk menentukan identitas suatu virus. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mendeteksi virus-virus pada tanaman kentang dengan teknik molekuler. Sebanyak 50 sampel daun dikoleksi secara acak dari tanaman kentang yang bergejala di setiap lokasi. Parameter yang diamati adalah gejala, kejadian penyakit, dan runutan DNA virus yang dominan ditemukan. Kejadian penyakit ditentukan dengan uji serologi menggunakan antiserum PVY, PVX, PVS, dan CMV, sedangkan deteksi asam nukleat dilakukan dengan RT-PCR dan Perunutan DNA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala yang ditemukan bervariasi pada daun kentang, seperti vein clearing, vein banding, rugose, dan malformasi daun. Kejadian penyakit oleh PVY, PVX, PVS, dan CMV di Rancabali berturut-turut adalah 28%, 0%, 0%, dan 28%, di Pangalengan adalah 80%, 24%, 2%, dan 82%, serta di Bayongbong adalah 82%, 0%, 6%, dan 74%. RT-PCR menggunakan primer spesifik PVY dan CMV berhasil mengamplifikasi gen coat protein PVY dan CMV asal Bayongbong masing-masing berukuran ~800 pb dan ~650 pb. Homologi nukleotida dan asam amino PVY asal Bayongbong terhadap PVY dari negara lain berkisar 89,5–99,7% dan 92,0–100%. Homologi tertingginya yaitu dengan PVY-NTN asal Cina dan Jepang, sedangkan homologi nukleotida dan asam amino CMV asal Bayongbong terhadap CMV asal negara lain berkisar 87,6–96,9% dan 86,9–93,7%. Homologi tertingginya yaitu dengan CMV strain soybean stunt (S) asal Bogor (Indonesia). Kedua strain virus (PVY-NTN dan CMV-S) pertama kali terdeteksi pada kentang di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teridentifikasinya kedua strain virus baru harus dipertimbangkan sebagai pembatas penting produksi kentang di Jawa Bara

    Tanaman Penghalang Dan Ekstrak Daun Pagoda Untuk Mengendalikan Bean Common Mosaic Virus Pada Kacang Panjang Di Lapangan

    Full text link
    Bean common mosaic virus (BCMV) merupakan salah satu virus penting penyebab penyakit mosaik pada kacang panjang. Di lapangan, virus ini ditularkan dan disebarkan oleh kutudaun secara nonpersisten dan terbawa benih sehingga pengendalian BCMV yang tepat perlu diupayakan. Penelitian bertujuan menguji keefektifan tanaman penghalang dan ekstrak daun pagoda yang diaplikasi secara tunggal atau kombinasi terhadap penekanan infeksi BCMV di lapangan. Jagung sebagai tanaman penghalang ditanam 4 minggu sebelum kacang panjang. Penyemprotan ekstrak daun pagoda pada daun dilakukan 1 hari sebelum penularan BCMV. Penularan BCMV oleh Aphis craccivora bersayap yang mengandung virus serta dilepaskan pada empat titik di lapangan. Peubah yang diamati adalah periode inkubasi, kejadian dan keparahan penyakit, serta titer BCMV. Gejala yang teramati bervariasi dari mosaik ringan sampai mosaik berat, mosaik kuning, kuning, tulang daun menjaring, serta malformasi daun dan buah. Periode inkubasi dari tanaman perlakuan relatif 1–2 hari lebih lama dibanding kontrol tanpa perlakuan. Kejadian, keparahan penyakit, dan titer BCMV dari tanaman perlakuan nyata lebih rendah dibandingkan kontrol. Di antara semua perlakuan yang diuji, aplikasi tanaman penghalang dikombinasikan dengan ekstrak daun pagoda merupakan perlakuan yang paling baik dalam menekan BCMV sebesar 68,43% di lapangan

    Dialog Bahasa, Rasa, dan Citra

    Full text link
    Dalam masa hidupnya, manusia pasti akan mengalami peristiwa kehilangan akan sesuatu. Dari peristiwa kehilangan ini, secara psikologis manusia akan merespon dengan berbagai emosi dan perilaku, seperti munculnya kemarahan dengan keadaan, merasa tidak berdaya, atau timbulnya penyesalan yang terhadap apa yang terjadi di masa lalu. Elisabeth Kübler-Ross menyimpulkan bahwa terdapat lima fase yang akan manusia lalui setelah peristiwa kehilangan tersebut dialami, yaitu denial (penyangkalan), anger (kemarahan), bargaining (penawaran), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan).Penulis, sebagai yang merasakan kehilangan sebuah hubungan pertemanan dan interaksi sosial di dalamnya, rusaknya sebuah pertemanan saat itu merupakan hal yang cukup mengusik hingga hari ini. Di sisi lain, rasa kehilangan itu berusaha untuk direduksi oleh penulis dengan lebih banyak dilepaskan melalui menulis. Kebiasaan menulis yang dilakukan bukanlah sebuah kegiatan pelampiasan pengungkapan emosi yang gamblang dan eksplisit, namun lebih yang banyak menggunakan gaya bahasa metafora.Tulisan metafora yang dibuat adalah katarsis yang penulis lakukan dan ingin dibawa ke tahap yang lebih lanjut, yaitu dengan karya visual. Dengan mengadaptasi pemahaman Kübler-Ross mengenai kehilangan ke dalam karya, secara visual emosi yang dilepaskan menggunakan pendekatan gaya surealisme dan metafora visual, serta drawing dengan medium ballpoint sebagai teknik untuk mengejawantahkan gagasan berkarya

    Dialog Bahasa, Rasa, dan Citra

    Full text link
    Dalam masa hidupnya, manusia pasti akan mengalami peristiwa kehilangan akan sesuatu. Dari peristiwa kehilangan ini, secara psikologis manusia akan merespon dengan berbagai emosi dan perilaku, seperti munculnya kemarahan dengan keadaan, merasa tidak berdaya, atau timbulnya penyesalan yang terhadap apa yang terjadi di masa lalu. Elisabeth Kübler-Ross menyimpulkan bahwa terdapat lima fase yang akan manusia lalui setelah peristiwa kehilangan tersebut dialami, yaitu denial (penyangkalan), anger (kemarahan), bargaining (penawaran), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan).Penulis, sebagai yang merasakan kehilangan sebuah hubungan pertemanan dan interaksi sosial di dalamnya, rusaknya sebuah pertemanan saat itu merupakan hal yang cukup mengusik hingga hari ini. Di sisi lain, rasa kehilangan itu berusaha untuk direduksi oleh penulis dengan lebih banyak dilepaskan melalui menulis. Kebiasaan menulis yang dilakukan bukanlah sebuah kegiatan pelampiasan pengungkapan emosi yang gamblang dan eksplisit, namun lebih yang banyak menggunakan gaya bahasa metafora.Tulisan metafora yang dibuat adalah katarsis yang penulis lakukan dan ingin dibawa ke tahap yang lebih lanjut, yaitu dengan karya visual. Dengan mengadaptasi pemahaman Kübler-Ross mengenai kehilangan ke dalam karya, secara visual emosi yang dilepaskan menggunakan pendekatan gaya surealisme dan metafora visual, serta drawing dengan medium ballpoint sebagai teknik untuk mengejawantahkan gagasan berkarya

    Pemanfaatan Kitosan Untuk Pengendalian Bean Common Mosaic Virus (Bcmv) Pada Kacang Panjang

    Full text link
    Utilization of chitosan to control Bean common mosaic virus (BCMV) on yard long bean. Bean common mosaic virus (BCMV) is one of important viruses infecting yard long bean in Indonesia. One of efforts to control its infection is by utilizing chitosan. Thus, the aim of the conducted research was to test the effectiveness of chitosan in controlling BCMV on yard long bean. Concentration of chitosan tested were 0.1% and 1.0% and it was applied as seed treatment (PB), leaf spraying before (SB) and after (ST) mechanical inoculation of BCMV. Incubation period, disease incidence and severity, peroxidase enzyme activity, and BCMV titer were measured as observation parameters. Incubation period of all treated plants were longer as compared with untreated control plants. Symptoms of treated plants at concentration 0.1% (SB and ST) showed mild to severe symptom and leaf malformation, while at concentration 1.0% showing milder symptoms and some of tested plants remain symptomless. Treated plants showed lower peroxidase enzyme activity and significantly lower BCMV titer as compared with that of untreated control plants. The lowest to highest percentage of virus inhibition exhibited by ST0.1, SB0.1, PB0.1, PB1, SB1 and ST1 treatments with virus relative inhibition level ranged 75.94%-86.07% and severity inhibition level ranged 39.55%-64.63%

    Identification of Quorum Quenching Bacteria and Its Biocontrol Potential Against Soft Rot Disease Bacteria, Dickeya Dadantii

    Full text link
    Dickeya dadantii is one of newly found bacteria causing soft rot on orchids in Indonesia. Infected plants showed severe rot rapidly only in few days. An effort to control the bacteria was conducted by utilizing selected quorum quenching (QQ) inducer bacteria which produce AHL-lactonase by aiiA gene. The aims of this research were to screen and identify of quorum quenching bacteria, and also assayed their biocontrol potential ability against D. dadantii in laboratory. The screening of QQ bacteria was achieved using the anti-QS test, anti-microbial activity, and detection of aiiA gene using specific primer. The determination of the ability against D. dadantii was done using the soft rot assay on potato and orchid. Among thirty one bacteria isolates screened, four isolates (in succession namely B37, BT2, GG3, and GG6) were selected to control D. dadantii. All of these bacteria showed QQ ability to suppress the virulence of D. dadantii infection on orchids, significantly. Based on nucleotide sequences of 16S ribosomal RNA, those of bacteria isolates had the highest identity with Brevibacillus brevis, Bacillus cereus ATCC14579, Bacillus cereus ATCC14579 and Bacillus thuringiensis ATCC 10792. Brevibacillus brevis was reported for the first time as QQ bacteria in this study

    Tipe Peneluran, Pengaruh Lama Ketiadaan Inang, dan Pakan terhadap Keragaan Reproduksi Parasitoid Anagrus Nilaparvatae Pang Et Wang (Hymenoptera: Mymaridae)

    Full text link
    Anagrus nilaparvatae Pang et Wang (Hymenoptera: Mymaridae) is a major egg parasitoid of brown planthopper, Nilaparvata lugens Stal (Hemiptera: Delphacidae). The purpose of this study was to examine the type of nesting, the effect of host deprivation and feeding on the reproductive performance of parasitoid. Determination of the type of nesting was done by dissecting females of A. nilaparvatae upon emerging. Adult females aged 0, 1, 2, 3, 4, 5, and 6 hours were killed in the freezer. Abdominal of wasp was dissected by micro pin. Mature egg of wasp were calculated and documented. Treatment of host deprivations were conducted by feeding 10% honey solution and depriving female parasitoids of host for 3, 6, 9, 12, and 18 hours consecutively. After treatments, female parasitoids were given hosts every day until the parasitoids died. Another group of parasitoids were given with water and treated with the same lenght of deprivation period. Results showed that the A. nilaparvatae nesting type's is proovigenic. The egg maturation of parasitoid has been initiated since it first emerge with 75% mature eggs of potential fecundity. In the conditions provided 10% honey solution or water as feed, reproductive performance of A. nilaparvatae decreased with increasing duration of host deprivation period, include realized fecundity, parasitization rate, and longevity of female wasp. The decline in the reproductive performance was done by host deprivation for 9 to 18 hours. Longevity of female wasps varied from one to three days, with higher and lower values consecutively for 9 and 18 hours of host deprivation period
    corecore