19 research outputs found
PENGARUH SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL ALUMINIUM-MAGNESIUM PADA BODY PESAWAT TANPA AWAK TERHADAP BEBAN IMPAK DAN CACAT LAS
Pembangunan konstruksi dengan menggunakan logam pada masa sekarang ini banyak melibatkan unsur pengelasan khususnya bidang rancang bangun karena sambungan las merupakan salah satu pembuatan sambungan yang secara teknis memerlukan keterampilan yang tinggi bagi pengelas. Agar diperoleh sambungan dengan kualitas baik dengan menggunakan pengelasan Oxy Acetylene Welding (OAW) pada material paduan Aluminium-Magnesium. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketangguhan material adalah sifat mekanik dari material tersebut. Untuk mengkaji hal tersebut disusunlah sebuah konsep penelitian yang terdiri dari dua tahapan. Mengukur nilai ketangguhan (Impak) pengelasan pada Aluminium-Magnesium dan pengujian Penetran(Cacat las). Pada pengujian Impak nilai ketangguhan tertinggi terdapat pada spesimen I yaitu sebesar 0,3501 joule/mm2. Dan pada pengujian penetran terdapat cacat las yang berupa retak (Crack) dan lubang jarum (pin hole). Penambahan unsur magnesium sangat mempengaruhi sifat mekanik dari material tersebut
NISBAH KELAMIN DAN UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD BULUBABI Tripneustes gratilla (LINNAEUS 1758) PADA EKOSISTEM LAMUN DAN EKOSISTEM BERPASIR DI PULAU BARRANG LOMPO SULAWESI SELATAN
Pulau Barrang Lompo terletak di Zona II Kepulauan Spermonde secara administratif termasuk wilayah kecamatan Ujung Tanah, yang berjarak 12, 77 km dari kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi reproduksi bulubabi (Tripneustes gratilla LINNAEUS, 1758) yang hidup pada ekosistem lamun dan ekosistem berpasir di perairan Pulau Barrang Lompo, dengan menganalisis aspek reproduksinya antara lain nisbah kelamin dan ukuran pertama kali matang gonad. Pengambilan sampel dilakukan mulai akhir juli hingga desember 2015 pada ekosistem lamun dan ekosistem berpasir di Pulau Barrang Lompo, Sulawesi Selatan. Jumlah bulubabi yang diperoleh pada ekosistem lamun sebanyak 273 jantan dan 239 betina pada ekosistem berpasir sebanyak 217 jantan dan 160 betina. Hasil penelitian menunjukkan Nisbah kelamin bulubabi (Tripneustes gratilla Linnaeus 1758) pada ekosistem lamun dan ekosistem berpasir di Pulau Barrang Lompo, Makassar, Sulawesi Selatan tidak seimbang atau bukan (1:1). Hasil analisis terhadap ukuran pertama kali matang gonad bulubabi pada kedua ekosistem bulubabi jantan mengalami kematangan gonad pertama kali yang lebih cepat pada ukuran 53.6162 mm pada ekosistem lamun dan 55.3639 mm pada ekosistem berpasir sedangkan bulubabi betina pada ekosistem lamun 57.9453 mm dan 57.3778 pada ekosistem berpasir