6 research outputs found

    APLIKASI LAMPU LED BERTENAGA SURYA SEBAGAI PENERANGAN RUMPON NELAYAN DI PANTAI ATAPUPU KABUPATEN BELU

    Get PDF
    Pemakaian rumpon tradisional oleh nelayan di pesisir pantai Atapupu  selama ini kurang efektif  dalam hal memanggil ikan karena hanya menggunakan daun kelapa/daun lontar sebagai rumah ikan untuk berlindung dan mencari makan. Daun yang dipakai ini tidak bertahan lama karena rusak akibat gelombang maupun pembusukan daun dan juga waktu tangkap yang baik dan maksimal hanya terjadi pada saat subuh/remang-remang, dimana saat tersebut ikan tertarik untuk naik ke permukaan karena pantulan cahaya. Kurangnya pencahayaan dan mahalnya minyak tanah menyebabkan beberapa kelompok nelayan yang menggunakan rumpon enggan untuk menarik rumponnya diwaktu malam, padahal penarikan ikan saat malam menurut mereka lebih maksimal. Selain itu, kebutuhan minyak tanah untuk penerangan saat menarik  rumpon ikan sekitar 5 liter atau setara Rp. 30.000,- Untuk mengatasi masalah ini maka tim menerapkan penggunaan lampu LED bertenaga surya sebagai  alat penerangan rumpon, sekaligus sebagai alat pemanggil ikan.. Beberapa  keunggulan lampu LED yang akan dirancang sebagai penerangan rumpon ini diantaranya dapat dicelupkan/direndam dalam air, lebih tahan lama, konsumsi daya listrik yang lebih sedikit dan dapat terdapat pilihan warna cahaya atau kerlap-kerlip yang cepat menarik perhatian ikan. Penerapan teknologi penerangan rumpon dilakukan dengan merancang serta membuat suatu sistem penerangan menggunakan lampu LED dengan sumber tenaga berasal dari tenaga surya. Selanjutnya lampu penerangan ini digunakan pada saat penangkapan ikan  dengan rumpon. Hasil penerapan teknologi lampu LED ini menunjukan adanya peningkatan hasil tangkapan ikan para nelayan pantai Atapupu yang pada akhirnya dapat meningkatan pendapatan dan ekonomi nelayan

    KARAKTERISTIK KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAHAN TEMPURUNG KENARI (CANARIUM AMBONEINSES HOCHR) DARI KABUPATEN ALOR

    Get PDF
    Kabupaten Alor merupakan satu-satunya penghasil tanaman kenari yang sangat besar di mana tanaman dimaksud tumbuh secara alami dan saat sekarang telah dibudidayakan. Bijinya digunakan sebagai bahan makanan dan tempurungnya dibuang begitu saja sehingga semakin banyak menumpuk akan merusak pemandangan sekitarnya, dengan demikian tempurungnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, yakni sebagai bahan tambahan. Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan yang diperoleh yaitu perlakuan III (64 % Kerikil + 34% Pasir + 2% Tempurung Kenari) dengan kuat tekan 282,83 kg/cm2, perlakuan IV (63 % Kerikil + 34% Pasir + 3% Tempurung Kenari) dengan kuat tekan 284,67 kg/cm2 dan perlakuan V (62 % Kerikil + 34% Pasir + 4% Tempurung Kenari) dengan kuat tekan 285,49 kg/cm2 ini menggambarkan bahwa banyaknya tempurung kenari yang akan di campurkan maka akan menghasilkan kuat tekan yeng lebih besar. Dengan demikian tempurung kenari layak digunakan sebagai bahan tambahan campuran beton karena memberikan pengaruh yang  cukup berarti terhadap kakuatan tekan beton

    APLIKASI GRADASI GABUNGAN DI LABORATORIUM DAN GRADASI HOT BIN ASPHALT MIXING PLANT CAMPURAN LATASTON (HRS – BASE) TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

    Get PDF
    Perencanaan yang baik terkadang meleset dalam pelaksanaannya, yang akibatnya akan berdampak pada masyarakat pengguna jalan. Komposisi gradasi perkerasan lentur yang digunakan sering tidak sesuai dengan desain perencanaan dan peruntukkannya. Banyak upaya yang dilakukan untuk melihat kembali komposisi yang digunakan gradasi yang digunakan. Diantaranya dengan melihat perbandingan gradasi gabungan di laboratorium dengan gradasi gabungan pada unit Hot Feed Bin di Asphalt Mixing Plant (AMP) yang berbeda jauh, juga sering menghadapi kendala akibat tidak pernah diadakan kalibrasi pada saringan yang ada pada unit Hot Feed Bin di AMP. Dari faktor sumber daya manusia sering diakibatkan oleh sikap para operator pelaksana perkerjaan konstruksi jalan yang amat sering mengabaikan pentingnya pengukuran dan kalibrasi gradasi gabungan di laboratorium, maupun gradasi gabungan di unit Hot Feed Bin di Asphalt Mixing Plant (AMP). Sering terjadinya pencampur-bauran agregat dalam muatan bin, tipe yang benar dari feeders, termasuk tipe belt untuk agregat pasir halus, pintu feeders jarang dikalibrasi secara tepat dan terpasang dengan kuat, tidak terjaganya secara terpisah ukuran agregat di lokasi stockpile, menjadi penyebab penyimpangan pada Job Mix Agregate Formula (JMAGF). Penelitian komparasi aplikasi gradasi gabungan di laboratorium dan gradasi di unit Hot Feed Bin Asphalt Mixing Plant (AMP) yang mengacu pada Spesifikasi Baru Beton Aspal Campuran Panas perlu dilakukan untuk mendapatkan kinerja gradasi Job Mix Agregate Formula (JMAGF) campuran Lataston (HRS – Base) di Laboratorium dan membandingkannya dengan gradasi Job Mix Agregate Formula (JMAGF) dengan kadar aspal yang sama campuran Lataston (HRS -Base) di unit Hot Feed Bin Asphalt Mixing Plant (AMP)

    EVALUASI DAYA DUKUNG TANAH DASAR UNTUK MENDUKUNG PENANGANAN KERUSAKAN RUAS JALAN WEELULI - FULUR KABUPATEN BELU – NTT

    Get PDF
    Salah satu penyebab kegagalan struktur perkerasan jalan (pavement) dalam melayani arus lalulintas adalah daya dukung tanah (DDT) yang relatif rendah. Hal ini dapat diantisipasi sebelumnya melalui suatu penelitian tanah dasar pada ruas jalan baru maupun peningkatan jalan. Parameter yang paling umum dipakai dalam menilai daya dukung tanah untuk perkerasan jalan adalah nilai California Bearing Ratio (CBR) yang dapat diperoleh baik melalui uji CBR laboratorium atau uji Dynamic Cone Penetrometer (DCP) langsung di lapangan. Dalam penelitian ini akan dievaluasi bagaimana aplikasi dari kedua metode ini untuk menilai daya dukung tanah dasar dengan mengambil kasus di Ruas Jalan Weeluli – Fulur Kabupaten Belu NTT. Ruas jalan ini mengalami kerusakan yang cukup parah karena beban kendaraan yang melalui jalur ini melebihi kapasitas tonase jalan. Hasil dari penelitian ini adalah diperolehnya nilai DDT berdasarkan hasil uji lapangan menggunakan DCP dan hasil uji CBR laboratorium dan nantinya dipakai dalam merencanakan pekerjaan peningkatan ruas jalan Weeluli – Fulur. Hasil perbandingan nilai CBR diperoleh hubungan antara CBR lapangan (y) dengan CBR Laboratorium (x) adalah Linear menurut persamaan y = 1,249x – 0,557

    Mapping Groundwater Potential Zone Based on Remote Sensing and GIS Using Analytical Hierarchy Process (AHP) in Tana Righu, West Sumba, Indonesia

    Get PDF
    This study aims to delineate groundwater potential zones in Tana Righu. Multiple thematic maps were prepared using RS and GIS techniques and was assigned suitable weights on the Saaty’s scale. The assigned weights of the thematic maps were then normalized using the AHP technique. Ultimately, these thematic maps were integrated with a weighted overlay technique in GIS. The results showed that about 42% of the study area has “moderate” potential; 35.86% of the study area has “high” potential; 28,82% of the study area has ”low” potential. 3.57.1% of the study area has “very high” potential; and 1.56.1% of the study area The “very low” potential. Overall, this study provides more efficient approach to mapping the potential groundwater availability. The results of this study are expected to assist in the planning, management and better utilization of groundwater resources
    corecore